Vidia dan Wira #1

Start from the beginning
                                    

"Bram sama Jeff belom dateng?" tanya Wira lagi.

"Belom sih tadi pas gue turun, nggak tahu kalo sekarang ya" jawab Kak Kinar. "Gue saranin mending lo ke atas aja sebelum ketua lo ngamuk-ngamuk" lanjutnya sambil tersenyum jenaka.

Wira malah tertawa. "Woles, dia ngamuk gue bisa blackmail pake video dia pas maba itu kok"

Kak Satria, pacarnya Kak Kinar plus ketua BEM dan ketua dari Enam Hari emang terkenal dengan perangainya yang tegas, eh kelewat tegas deng. Di BEM dia udah terkenal 'keras' dari sejak menjabat jadi staff Kastrat, terus naik jadi kadep-nya, sampai sekarang jadi ketua BEM. Dari desas-desus yang aku dapatkan, Kak Satria kalau lagi serius emang bukan tipe orang yang bisa kalian anggap enteng. Ngobrol pas rapat? Cari mati. Ketauan gabut pas jalanin proker? Cari mati (2). Sengaja telat dateng latian band? Cari mati (3). Intinya jangan aneh-aneh kalo dia lagi serius.

Tapi, kata Wira sebenarnya Kak Satria nggak se-horror apa yang dikatakan netizen. Emang dia anaknya tegas dan suka keras kepala, tapi di depan orang-orang terdekatnya (dalam hal ini kita ambil contoh Enam Hari dan Kak Kinar), image dia bisa berubah 180 derajat. Aku sendiri sebenarnya nggak percaya akan hal itu, sampai Wira memperlihatkan video gitarisnya itu breakdance waktu dia maba dulu. Yang kemudian disiarkan ulang oleh Kak Kinar sorenya habis kami latihan KTF.

Makanya anak-anak Enam Hari udah imun sama 'image' galaknya Kak Satria. Well, mungkin Dodi masih belum imun-imun banget tapi bisa lah seiring berjalannya waktu.

"Ya udah deh, gue ke atas duluan ya. Vidia nanti nonton kan?" tanya Kak Kinar sebelum berlalu.

Aku mengangguk. "Nonton dong, Kak. Udah bela-belain nggak langsung pulang lho ini demi dia" aku menunjuk Wira yang lagi-lagi cuma cengar-cengir.

"Sip deh. Duluan ya"

Wira melambai singkat. "Yo, Ki"

"Mau ke atas nggak?" tanyaku sesaat setelah Kak Kinar pergi.

Wira malah meraih ponselnya kembali dan menyalakan benda kecil itu. Jemarinya bergerak cepat mengetik-ngetik sesuatu. "Kamu abisin aja dulu itu es jeruknya, masih lama juga kok sekarang masih jam," dia berhenti sejenak untuk melirik jam tangannya. "Masih jam lima lewat sepuluh tuh. Acaranya kan jam 7"

"Check sound?"

"Gampang lah itu mah"

Aku mencubit punggung tangannya gemas. "Gampang gampang ntar tau-tau mic mati lagi kayak waktu gigs kamu yang kapan itu"

Wira nyengir lagi. Heran punya pacar hobi banget cengir-cengir.

"Kalo itu kan musibah, Vid. Orang pas check sound fine-fine aja kok" jawabnya lugas. Perhatiannya segera teralih saat ponselnya bergetar di atas meja, tanda telepon masuk. Sekilas aku melihat nama Satria terpampang di tampilan free call tersebut. Sukurin.

"Halo. Iya ini gue di bawah lagi makan sama Vidia, bentar lagi selesai. Bram sama Jeff belom dateng jug—" ia tiba-tiba menjauhkan ponselnya dari telinga dengan ekspresi kaget. "Buset, apaan tuh. Iya gue denger suara lo, Bram. Bentar lagi. Oke. Yo bye"

"Udah disuruh naik ya sama Pak Bos? Hm? Hm?" aku mengangkat-angkat alisku sambil tersenyum lebar.

Wira mengacak-acak poniku sesaat, kemudian menyampirkan ranselnya di bahu. "Panggilan dines. Yuk ke atas" ia mengulurkan tangannya sambil berdiri.

Aku meraih tasku sebelum menyambut uluran tangannya. "Jangan lupa check sound"

"Siap, Ibu Manajer"

***

"Udah tau kan lo semua rundown-nya? Kita tampil di awal sama di akhir. Jam 7.10 sama jam 8.40" Wira memimpin briefing di Yongma sore itu.

#PacarAnakBandWhere stories live. Discover now