30.

520K 13.7K 834
                                    

Ara terbangun dari tidurnya pukul 4 dini hari karena tangisan Al. Ia bergegas kekamar sebelahnya karena tak mau tangisan kencang Al membangunkan kedua adiknya.

"Haaah..kenapa kamu rewel sekali Al? Mom ngantuk sayang. Kamu selalu saja bangun jam segini minta main." Gerutu Ara berbincang dengan anaknya yang paling rewel dengan mata mengantuk.

Saat Ara mengangkat Al dari box nya, Al malah diam dan tartawa. Umur ketiga putra putrinya sudah berjalan 6 bulan. Ketiganya merupakan anak yang aktif. Bedanya Al paling sering menangis dan manja. Seperti Daddy nya.

"See? Sekarang kamu diam. Nakal ya...Coba kalau sudah besar, Mom cubit kamu..Ayo ketawa lagi.." Ara menggelitiki perut Al gemas membuatnya semakin tertawa lucu.

Zac biasanya selalu terbangun kalau Al sudah menangis. Mereka bergiliran menjaga ketiga bayi kembarnya. Bahkan tak jarang Zac meminta Maxi dan Rixi untuk menginap kalau salah satu anak mereka sakit.

"Lihat, Dad pasti lelah karena kamu selalu rewel. Anak nakal. Sekarang Al mau apa? Bobo aja ya?" Tanya Ara. Al hanya tertawa sambil menepuk-nepuk pipi Ara.

Ara mengajak Al tidur di ranjangnya bersama Zac. Ia menempatkan Al ditengah antara dirinya dan Zac. Al menoleh pada Zac dan berguling menepuk wajah Zac keras hingga Zac tersentak bangun. Ara terkekeh melihat kejahilan Al kalau berdekatan dengan Daddy-nya.

"Hnngggh..Al, kamu jahil sekali nak." Ucap Zac dengan suara serak. Ara terkekeh sambil mengelus lembut kepala Zac.

"Al, jangan nakal. Mom tidak suka kalau Al nakal." Ucap Ara dingin memperingatkan.

Entah karena Al memang anaknya yang pandai atau apa, kalau Ara sudah berucap dengan nada dingin maka Al akan diam dan menatap Ara takut. Mata Al otomatis akan berkaca-kaca dan siap menangis. Tapi saat Ara tersenyum dan mengecup pipinya, Al akan kembali tertawa sambil berceloteh tak jelas.

"Sayang..jangan begitu. Nanti dia menangis lagi. Biarkan saja." Ucap Zac yang benar-benar terbangun.

Zac bersandar dikepala ranjang dan mengangkat Al agar duduk diperutnya. Ia menjawil pipi tembam anaknya dan menciumnya gemas.

"Mom memarahimu hm? Makanya jangan sama Mom terus nanti sifat dinginnya menular padamu. Sama Dad saja ya?" Ucap Zac berinteraksi dengan anaknya tapi Al malah merentangkan tangannya pada Ara.

Ara meleletkan lidahnya pada Al dan menutup wajahnya dengan bantal. Al otomatis merengek dan turun dari perut Zac. Ia menggulingkan badannya dan merangkak menggunakan perutnya.

"Sayang, kamu jahil sekali. Kasihan dia merengek begitu Mom.."

"Biarkan saja. Aku suka menjahilinya. Nanti kalau aku senyum juga dia ketawa lagi. Week.." Ucap Ara yang entah sejak kapan berubah menjadi jahil.

Al menangis kencang saat Ara menutup lagi wajahnya menggunakan bantal. Ara tertawa dan mengambil Al kegendongannya. Ia bersandar disamping Zac dengan Zac merangkulnya.

"Ow ow ow...Anak Mom menangis hm? Ssshhh..Mom just kidding with you son. Al mau nenen?" Tanya Ara sambil membuka kancing piyama nya dan mengeluarkan salah satu payudaranya. Al langsung melahap puting susu Mom- nya.

"Mooom...Dad juga mauuuu.." Rengek Zac iri pada anaknya. Ara melotot kemudian terkekeh.

"Satu setengah tahun lagi Dad."

"Ck! Lama sekali. Sekarang ya Mom. Aku kangen rasanya." Ucap Zac mendapat hadiah sentilan pelan dikeningnya.

"Kan sudah kemarin Dad. Malah bilang enak. Ini jatah ketiga anakmu sayang." Omel Ara.

"Jatahku juga kan bisa Mooom. Lagian juga mereka sudah ada susu formulanya. Ya Mooom.." Rengek Zac. Ara mengalah lalu mengangguk.

Zac tersenyum cerah. Ia merogoh payudara Ara yang lain dan mulai bermain dengan puting Ara yang masih mengeluarkan ASI. Semenjak menyusui, payudara Ara menjadi membesar dan Zac menyukainya. Zac juga menyukai rasa ASI Ara. Tak jarang juga Zac akan ikut menyusu pada Ara.

My Ice QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang