10.

605K 19.5K 1.1K
                                    

Zack terbangun dari tidurnya dan tidak mendapati sosok istrinya disampingnya. Zac langsung bangun dan mandi secepat yang ia bisa. Zac memakai pakaiannya tanpa dasinya karena ia ingin istrinya yang memakaikannya. Saat melihat istrinya sedang sarapan, Zac langsung menghampirinya.

"Sayang, bisa tolong pasangkan dasiku?" Ucap Zac ragu. Orang tuanya menatap anaknya yang berdiri sambil menatap sendu istrinya.

Ara bangkit dan mengambil dasi Zac. Memasangkannya tanpa menatap Zac. Wajah Ara terlihat datar dan dingin. Zac merindukan senyum Ara. Senyum tipis yang pernah diberikan Ara untuknya.

Setelah memakaikan dasi dan membenarkan kerah kemeja suaminya, Ara berniat kembali duduk dan sarapan. Tapi tengkuknya ditarik oleh Zac untuk mendaratkan ciuman singkat dibibir Ara.

"Terima kasih, Sayang." Ucap Zac tapi Ara masih diam.

Saat Zac duduk, Ara bangkit dan pamit ke kantor tapi tangannya ditahan oleh Zac.

"Aku anter kamu ya?" Tanya Zac.

"Kamu belum sarapan." Ucap Ara dingin tanpa menatap Zac.

"Aku bisa sarapan dikantor. Yuk?" Ucap Zac yang bangkit dari kursinya. Ara kembali duduk.

"Duduk dan makan. Aku menunggumu." Ucap Ara dingin tapi cukup untuk Zac.

'Walaupun marah dia masih peduli padaku.' Batin Zac.

Orang tua Zac tersenyum melihat kepedulian Ara pada anaknya walaupun ia sedang marah. Zac pun tersenyum karena melihat tatapan orang tuanya yang memberikan semangat.

Tiba-tiba ponsel Ara berbunyi. Dahi Ara mengkerut. Tercetak nomor tidak dikenal dari ponselnya. Pasalnya itu adalah ponsel untuk urusan pribadinya, bukan bisnis. Tapi Ara tetap mengangkatnya.

"Halo, siapa ini?" Tanya Ara dingin.

"Saya Juan, Nona. Ada berkas yang lupa saya berikan pada Nona kemarin." Ucap Juan santai.

"Lalu darimana kamu mendapatkan nomor ponsel pribadi saya? Kenapa kamu tidak menyerahkan berkas itu kepada sekertaris saya? Kamu bodoh atau apa?" Tanya Ara dingin dan kejam. Semua mata yang ada disana terbelalak mendengar kata-kata dingin dan pedas Ara.

"Ma-maafkan saya, Nona. Saya tidak memikirkannya. Saya mendapatkannya dari sekertaris Nona." Jawab Juan ragu.

"Bullshit! Sekertaris saya tidak memiliki nomor pribadi saya. Kali ini kamu saya maafkan. Lain kali kamu melakukan ini, saya menunggu surat pengunduran diri kamu, Juan. Atau perlu saya memecat kamu secara tidak hormat dan menghancurkan kamu hingga kamu tidak ingin hidup lagi? Jangan macam-macam dengan saya, Juan! Saya tidak bodoh! Tidak banyak orang yang saya maafkan setelah sekali membuat saya marah dan kecewa! Paham kamu?" Ucap Ara dingin dan penuh ancaman sebelum menutup teleponnya.

Zac yang mendengar percakapannya ternganga tidak menyangka istrinya bisa sekejam itu dengan kata-katanya. Bahkan mertuanya pun ternganga karena wibawa sang menantu dan juga prinsipnya.

"Apa itu bisa mengobati kecemburuan kamu, Zac?" Tanya Ara dingin tanpa menatap Zac.

Zac tersenyum dan memeluk istrinya dari samping. Zac menciumi pipi istrinya walaupun wajah Ara masih datar dan dingin. Orang tua Zac tersenyum melihat bagaimana menantunya juga memikirkan perasaan Zac walaupun dirinya masih marah pada anaknya yang bodoh itu.

"Terima kasih, honey. I love you. I love you so much. Maafkan aku karena tidak percaya kepadamu dan cemburu kepadamu. Itu karena aku terlalu mencintaimu. Maafkan aku. Pleaseee..." Rengek Zac melupakan tentang kegalauannya setelah mendengar cercaan istrinya pada Juan.

My Ice QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang