Ara melajukan mobilnya kencang kearah penthouse lamanya ditengah kota, tak jauh dari gedung kantornya. Selama satu jam ia mengelilingi kota dan akhirnya ia benar-benar lelah. Ia ingin kembali pulang tapi ia belum bisa menghadapi kecemburuan Zac. Sesampainya didalam penthouse mewahnya, ia kembali tercenung mematung menatap ruang tamu luas dan elegan itu.
Penthouse yang dulu pernah ia tempati bersama Aldrik. Tempat yang sudah bagaikan rumah kedua untuknya selain rumah orang tuanya. Rumah yang memiliki banyak kenangan dengan pria pertamanya. Rumah yang sekarang menguak kembali kenangan dan luka lamanya.
Ara melangkah perlahan kearah sofa besar yang dulu menjadi spot favoritnya disaat sore menjelang malam bersama sang kekasih. Ia memperhatikan letak benda dan ruangan luas itu, tak ada yang berubah. Ia masih menjaga tempat itu tetap bersih untuk menghormati sang kekasih. Walaupun ia tak akan kemari lagi, ia tetap menjaga tempat itu selalu bersih dan nyaman seperti yang sang kekasih sukai.
Ara duduk disofa dimana ia dan Aldrik selalu duduk berdua untuk menikmati malam. Ia merebahkan kepalanya disofa seperti dulu ia selalu merebahkan kepalanya dipangkuan Aldrik. Ara menangis dalam diam. Hatinya sangat merindukan kekasih hatinya. Hatinya mengutuk dirinya sendiri, karena kebodohan dan kelemahannya, sang kekasih pergi meninggalkannya. Pergi dan tak akan pernah kembali kesisinya juga kedunia.
Flashback on
Saat itu adalah malam yang sangat membahagiakan bagi Ara dan Aldrik. Malam itu merupakan hari jadi hubungan mereka yang keenam tahun. Mereka merayakannya bersama teman dan saudara Ara. Mereka mengadakan party kecil-kecilan di penthouse-nya. Ara dan Al, seperti biasa akan meniup lilin dari kue berbentuk hati dan akan menjadikan malam itu benar-benar berkesan.
Malam itu, Al menyiapkan sebuah hadiah untuk Ara sang kekasih. Ia menyiapkan hadiah yang tidak spesial menurutnya, tapi sangat spesial untuk Ara. Ia ingin memberikan sebuah kalung dengan inisial nama mereka. Kalung itu adalah hadiah pertama yang ia beli untuk Ara dengan uangnya sendiri. Ia bahkan rela bekerja dikantor Papanya sebagai asisten Papanya agar bisa menabung dan mengumpulkan uang demi membeli kalung itu.
Bukan ia tak mampu membeli sesuatu yang jauh lebih mahal dari kalung itu, hanya saja ia ingin memberikan sesuatu yang berbeda pada kekasihnya, Ara. Ia ingin memberikan sesuatu yang tidak dilihat dari harganya, tapi dari perjuangannya mendapatkan hadiah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Queen
Romance21+. Seorang wanita berparas cantik, bertubuh indah, berkulit putih bak pualam, mata biru gelap segelap laut dalam, berotak cerdas, sukses dan kaya. Apa yang kurang dari seorang Araxi Amora Hernandes? Hanya satu. Bibir ranum itu tak pernah tersenyum...