26.

501K 14.9K 269
                                    

Setelah mengetahui kehamilan Ara, Zac menjadi lebih protektif pada istrinya. Ia jadi semakin bawel kalau menurut Ara. Zac bahkan sering menangis kalau permintaannya tak dikabulkan oleh istrinya. Mertua Ara hanya bisa terkekeh melihat sikap Zac yang sangat menjaga Ara dan calon bayi mereka. Mereka mengatakan kalau saat ini Zac yang sedang mengidam, bukan Ara. Terkadang Ara menjadi geram dibuatnya tapi hanya bisa pasrah dan menurut, demi calon anak mereka. Seperti sekarang, Zac merengek hanya karena sebuah sepatu yang akan dipakai ke kantor oleh Ara.

"Mooom...jangan pakai Heels..Nanti kalau kamu jatuh bagaimana, Sayang?" Rengek Zac saat melihat Ara memakai heels nya.

"Tidak akan jatuh, Dad. Selama ini aku tidak pernah jatuh memakai heels." Bantah Ara. Zac merengut dan membuka paksa heels yang sudah dipakai istrinya.

"Ck! Zac! What are you doing?" Protes Ara.

"Membuka sepatumu, Mom. Kamu pakai flat shoes aja ya, Mom? Biar aku tenang bekerja nanti. Please Mooom..." Pinta Zac dengan mata memelasnya.

Ara menghela nafas pelan dan mengangguk. Zac tersenyum sumringah dan berlari ke rak sepatu milik Ara. Ia mengambilkan sepatu flat hitam yang serasi dengan pakaian Ara. Ara memakainya dengan terpaksa, tak mau Zac merengek dipagi hari.

"Sudah. Sekarang kita sarapan ya?" Ajak Ara lembut. Zac mengangguk antusias dan langsung menggamit pinggang istrinya.

Saat dimeja makan, Zac meminta agar Ara makan satu piring dengannya. Ia selalu minta disuapi saat makan, tak perduli tempat dan sedang bersama siapa ia saat itu. Elena dan Mario hanya terkekeh melihat Zac yang semakin manja pada istrinya.

"Ara...keluargamu sudah tahu tentang kehamilanmu, Sayang?" Tanya Elena pada Ara yang seketika menepuk jidatnya.

"Astaga...aku lupa Mom. Nanti aku akan menelepon mereka setelah meeting. Terima kasih sudah mengingatkanku, Mom." Elena terkekeh.

"Mom yakin kamu lupa karena terlalu sibuk mengurus bayi besarmu itu." Goda Elena pada Zac membuat Zac mencebikkan bibirnya.

"Ck! Aku bukan bayi besar. Hanya saja aku ingin dimanja oleh Ara sebelum anak kami lahir. Karena kata temanku, setelah anak kami lahir, Ara akan lebih sibuk dengan anak kami Mom." Jelas Zac membuat orang tuanya tertawa.

"Kamu ini Zac...Zac..Hal itu tidak akan terjadi kalau kamu membantu Ara merawat anakmu. Kalau kamu hanya menyerahkan urusan anakmu pada istrimu, sudah jelas ia tidak akan ada waktu untukmu, Nak." Timpal Mario menjelaskan. Zac mengangguk mengerti.

"Benarkah? Kalau begitu aku berjanji akan membantu Ara mengurus anak kami nanti. Jadi Ara tidak akan dimonopoli oleh Aldara. Hehehe.." Balas Zac membuat Ara mendengus geli.

"Sudah? Kita berangkat sekarang?" Ajak Ara, Zac mengangguk. Ia mengambil tas kerja Ara dan menggandeng pinggang istrinya setelah pamit pada Elena dan Mario.

Sesampainya di kantor Ara, Zac ikut turun dan mengantar Ara ke ruangannya. Ara hanya menurut tak memprotes suaminya. Ia merasa bahagia dengan perlakuan Zac padanya.

"Mom...jangan bergerak terlalu aktif. Jangan berjalan terlalu cepat. Dan jangan kemana-mana." Perintah Zac saat sudah mendudukkan Ara dikursi kebesarannya. Ara hanya tersenyum tipis dan mengangguk.

"Good Mommy. Aku berangkat dulu ya. Bye..Love you." Ucap Zac sebelum mencium kening, bibir dan perut Ara.

Hal seperti ini akan menjadi hobby baru Zac dari sekarang. Berbicara dengan calon anaknya dipagi dan malam hari, menciumi perut Ara setelah percintaan panas mereka, mengelus perut Ara dan berdoa dalam hatinya untuk kesehatan dan keselamatan kandungan Ara.

My Ice QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang