19.

462K 14.4K 350
                                    

Setelah makan siang bersama Maxi dan Anna, Ara kembali kekantornya begitu juga dengan Zac. Ara, Maxi dan Anna naik kelantai yang sama. Ara berjalan dibelakang Maxi dan Anna. Ara merasa kalau kakaknya itu tidak bisa lepas dari Anna. Bahkan Maxi tidak malu lagi untuk menggandeng tangan Anna didepan Ara. Untungnya keluarga Hernandez diajarkan sopan santun untuk tidak ikut campur urusan pribadi masing-masing kecuali kalau salah satu meminta tolong dan mengatakannya sendiri. Karena walaupun mereka keluarga yang saling menyayangi, mereka berhak untuk memiliki privasi.

Ara kembali masuk keruangannya, pura-pura tidak peduli pada kakaknya yang masih dengan betahnya menyambangi meja kerja Anna. Ia tidak mau terus-terusan menggoda kakaknya dan mengacaukan rencana nya dengan kakak keduanya Rixi.

Ara kembali melanjutkan pekerjaannya dengan tenang. Ia masih merasa senang mengingat bagaimana senyum dan tawa kakaknya saat bersama Anna. Ara berdoa agar kakaknya diberikan kebahagiaan bersama Anna.

Ara bekerja dengan tekun sampai tak menyadari jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Ia baru mengangkat kepalanya saat Anna meminta ijin untuk pulang kerumahnya.

Tok tok tok

"Masuk."

"Nona, pekerjaan saya sudah selesai dan ini berkas yang akan dipresentasikan untuk meeting dengan Ramons group. Apa ada yang bisa saya lakukan lagi, Nona?" Tanya Anna sopan.

"Tidak. Kau pulanglah. Aku tidak mau kak Max memarahiku karena meminta wanitanya libur." Goda Ara membuat pipi Anna memerah malu. Anna menunduk tak berani menatap Ara.

"Sa-saya tidak ada hubungan apa-apa dengan Tuan Maxi, Nona." Ucap Anna terbata. Ara tersenyum geli mendengar itu.

"Oh ya? Maafkan aku. Nanti aku akan mengatakan itu pada kak Max." Pancing Ara dan kena. Anna langsung mendongak dengan wajah terkejut kemudian ia menggeleng keras.

"Jangan Nona. Saya akan dihukum kalau Nona mengatakan itu." Ucap Anna memohon tanpa takut. Ara menaikkan alisnya mendengar kata 'dihukum'.

"Apa kakak memukulmu?" Selidik Ara, Anna menggeleng pasti.

"Tidak Nona. Tuan bahkan sangat baik dan lembut pada saya." Jawab Anna dengan wajah bersemu merah. Ara terkekeh pelan mendengarnya.

"Oh..baguslah. Kalau begitu, kau boleh pulang. Hati-hati dijalan Anna." Ucap Ara lembut membuat Anna mendongak menganga.

'Kenapa sekarang kakak beradik ini mendadak jadi lembut begini padaku?' Tanya batin Anna.

"Baiklah. Terima kasih Nona. Selamat sore." Ucap Anna dengan senyum dibalas anggukan Ara.

Ara mengambil HPnya untuk menelpon suaminya. Ia termenung saat melihat wallpaper diHPnya. Ia mengusap foto yang dipajangnya disana dan menatapnya dengan tatapan sendu.

"Aku merindukanmu, Sayang. Sebentar lagi aku akan mengunjungimu. Bersabarlah. Aku mencintaimu." Ucap Ara didepan foto itu.

Ara memainkan jarinya diatas layar HPnya sebelum menempelkannya ditelinganya.

"Halo Zac, apa kau masih sibuk?"

"Iya, Sayang. Aku masih mengerjakan beberapa berkas yang akan aku gunakan untuk besok pagi. Aku tidak bisa menjemputmu, maafkan aku." Ucap Zac terdengan menyesal.

"Baiklah. Tidak apa-apa. Aku akan meminta supir kantor mengantarku. Aku pulang duluan ya. Kau jangan pulang terlalu larut malam."

"Iya sayang. Maaf ya."

"Oke. Bye." Tutup Ara. Ara membereskan kertas-kertas dan menaruhnya kembali ke map dan menumpuknya rapi.

Ara melangkah ke lobby dan memanggil supir kantor untuk mengantarkannya pulang. Ia hanya butuh waktu 30 menit kalau tidak macet untuk sampai kerumahnya. Sampai dirumah, Ara disuguhkan dengan keadaan rumah yang sepi. Ternyata Mama mertuanya sedang pergi arisan dan kemungkinan sebentar lagi pulang. Ara sudah terbiasa dengan keadaan sepi seperti ini, jadi ia tak mempermasalahkannya.

My Ice QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang