2.

695K 21.2K 653
                                    

Ara bangkit dari kursinya dengan anggun padahal hatinya mengutuk semua yang terjadi malam ini. Ara berdiri berhadapan dengan Zac yang sedang menatap keberbagai arah.

Tinggi tubuh Ara yang sebatas telinga Zac bisa melihat dengan jelas kegelisahan Zac dari matanya. Ara menyerahkan tangan kirinya dengan tatapan datar. Zac dengan ragu meraih tangan Ara dan menyematkan cincin itu ke jari manis Ara.

Ara mengambil cincin yang akan digunakan Zac dari kotaknya. Zac terlihat bingung dan ragu untuk menyerahkan tangannya.

"Kalau kau ragu, kau boleh kembali duduk ketempatmu." Ucap Ara dingin menyentak Zac.

Zac melirik Mom-nya yang menatapnya dengan tatapan membunuhnya. Zac terpaksa menyerahkan tangannya pada Ara.

Setelah acara pertunangan dadakannya mereka pulang setelah berbincang sebentar. Zac benar-benar kesal karena ia harus menikahi wanita yang bahkan tak menarik sama sekali.

'Ok, fine. Dia cantik. Tapi apa gunanya cantik, sexy tapi dingin sedingin kutub seperti itu?' Batin Zac.

"Mom...Apa yang Mom suka dari wanita itu? Dia bahkan tak segan untuk berbicara dingin pada Mom." Ucap Zac mengompori Mom-nya agar berubah fikiran.

"Justru itu yang Mom suka, my boy. Dia apa adanya." Ucap Mom nya santai membuat Zac melongo dan skak mat, tidak bisa membantah lagi.

***************

Tok tok tok

"Masuk" Ara mengijinkan seseorang yang mengetuk pintu kamarnya untuk memasuki daerah kekuasaannya.

"Hai dear..Are you okay?"  Tanya Maxi sang kakak tertua menghawatirkan adik tersayangnya.

"I'm fine. Why?" Tanya Ara santai.

"Sure? Kamu nggak kesal sayang, dipaksa menikah seperti itu?" Tanya Rixi kakak keduanya.

"Sure brothers. But i have no choice anyway. So, kenapa harus difikirkan? Aku hanya harus mengikuti apa yang diperintahkan bukan?" Tanya Ara dingin.

"Fuck! I don't know anything about this plan. Kakak tahu reputasinya, Sayang. Kakak nggak mau kamu disakiti olehnya." Ucap Maxi penuh amarah.

"Easy, bro. Apa selama ini ada yang bisa menyakitiku? Ara nggak peduli sama reputasinya atau apapun tentangnya. Ara tidak merasakan apapun kak. Jadi tenanglah. Jangan difikirkan. Jalani saja. Kalau dia menyakitiku, bukankah kakak bisa membereskannya?" Ucap Ara lembut menenangkan kemarahan kakaknya.

"Kamu benar, Sayang. Kakak akan selalu memantaumu. Kalau sampai dia macam-macam, dia akan berurusan dengan kami. Kamu jalani aja semaumu pernikahan konyol ini. Saat kamu nggak nyaman, cerai aja." Ucap kakaknya santai yang membuat Ara tertawa.

"Hahahaha..kakak mau aku diusir sama papa kalo cerai? Udah ah kak. Jangan marah-marah. Ara capek mau tidur. Besok kan mau ke club kakak. Kakak besok berangkat jam berapa?" Tanya Ara mengalihkan pembicaraan.

"Kakak berangkat siang sama Rixi. Kamu bantu urus club kakak ya. Sama urusin urusan kantor. Kakak nggak akan lama kok." Ucap Maxi lembut.

"Iya kak. Itu kan tugasku. Ara mau tidur nih. Keluar sana." Usir Ara membuat kakaknya gemas.

"Oke..oke..Istirahat ya. Selamat malam, Sayang." Ucap Maxi dan Rixi mencium kening adiknya sebelum keluar dari kamarnya. Ara hanya mengangguk.

Araxi, wanita berumur 25 tahun yang dingin, berhati beku dan tak tersentuh . Senyum pada bibirnya hanya ia tampilkan kepada Papa, Mama dan kedua kakaknya. Araxi adalah wanita terdingin yang pernah ada didunia. Itu semua ada alasannya. Keadaan yang membentuknya seperti ini. Hatinya yang membeku karena kehilangan yang membuatnya semakin tak tersentuh lagi.

*****************

"Kamu dimana, Sayang? Aku rindu kamu. Malam ini kita ke club ya?" Telepon Jane, kekasih Zac saat ini semakin membuat Zac semakin kesal.

Pasalnya sejak pertunangannya semalam, Zac tak bisa tidur dengan nyenyak karena terbayang oleh wajah wanita yang akan dinikahinya itu. Zac merasa kalau dunianya akan menjadi neraka saat pernikahannya nanti dengan wanita dingin itu. Zac berfikir kalau wanita itu akan menghancurkan segala kesenangan Zac. Tak ada lagi bersenang-senang untuknya. Fikir Zac.

"Zac, kamu masih disana?" Jane mulai kesal karena Zac hanya diam sedari tadi.

"Ya..Sorry, Jane. Aku sedang tidak ingin kemana-mana malam ini. Kau pergilah sendiri." Ucap Zac menutup sambungan teleponnya.

'Sialan! Aku tak tahu harus bagaimana untuk membujuk Mom agar mau membatalkan pernikahan konyol itu.' Batin Zac mengumpat.

Zac harus berfikir untuk menyelesaikan masalah konyol ini. Zac kembali meraih ponselnya dan mencari nama sahabatnya.

"Leo, malam ini kita ke club biasa. Ada yang mau gue omongin sama lo. Bisa?" Ucap Zac saat Leo menjawab panggilannya dan sepertinya laki-laki itu baru bangun.

"Astaga Zac. Gue belum bangun dan lo sudah main perintah gue. Lo pergilah dengan kekasih lo. Gue malas." Ucap Leo yang kesal karena dibangunkan paksa oleh dering ponselnya.

"Come on buddy. I'm in trouble now. I need your advice." Ucap Zac yang dibalas dengan oke.

*Malamnya di club*

"Hai Zac..Sorry telat. Gue ada urusan tadi. Ada apa?" Tanya Leo yang baru datang dan langsung menghampiri Zac.

"Gue mau nikah." Ucap Zac ketus dan menyentak Leo sahabatnya. Leo tertawa terbahak-bahak. Untungnya suara dentuman musik di club meredam suara tawanya.

"Astaga, Man. Cewek lo hamil?" Ucap Leo berspekulasi.

"Bukan! Gue dijodohin sama anak sahabat nyokap gue." Ucap Zac semakin kesal tapi Leo semakin terbahak.

"Hahahaha.. oh god. Seriously? Seorang Zac dijodohin? Lo nggak laku bro? Hari gini main jodoh-jodohan? Hahahaha." Tawa Leo membuat Zac semakin kesal. Zac memesan minumannya lagi pada bartender.

"Lo serius nih Zac?" Tanya Leo yang menjadi serius karena melihat raut wajah kesal Zac.

"Ya lah gue serius. Gue BT sama nyokap gue. Lo tahu kan kalau nyokap udah bilang A itu artinya A. Bokap gue aja nggak bisa ngebantah." Ucap Zac kesal.

"Nah itu lo tahu. Terus gue bisa kasi saran apa?" Tanya Leo.

"Iya juga ya? Aaarrgg sial! Gue nggak mau nikah, Le! Tapi gue nggak bisa ngebantah nyokap."

"Ceweknya cantik nggak?" Tanya Leo

"Cantik, sexy, tinggi, putih. Tapi dingin. Gimana mau hangat ranjang gue, kalo yang nemenin gue dinginnya ngalahin kutub utara." Gerutu Zac menuai tawa dari Leo.

"Jadi lo takut ranjang lo nggak hangat nih ceritanya?" Goda Leo.

"Bukan! Gue emang belum mau nikah!" Ketus Zac.

"Udahlah. Lo jalanin aja. Mau gimana lagi." Ucap Leo yang hanya membuat Zac mengangguk pasrah.

"Araxi? Ngapain dia ke club?" Ucap Leo pada dirinya sendiri yang langsung membuat Zac mendongak dan mengikuti arah pandang Leo.

Terlihat Araxi sedang dikawal oleh dua pengawal yang berjalan santai di tengah kerumunan pengunjung club. Araxi berjalan dengan cuek tanpa memperhatikan sekitar.

Terlihat dari mata Zac, banyak laki-laki yang mengagumi kecantikan dan tubuh Araxi. Tapi tak satupun dari mereka berani mendekatinya.

Zac menatap Araxi dengan tatapan aneh. Entah kenapa saat menatap Araxi dari jauh saja, jantungnya berdetak sangat kencang seperti sekarang. Zac mengatur nafasnya untuk menormalkan detak jantungnya.

Zac berpaling pada Leo dan mendapat ide untuk mengetahui tentang Araxi dari sahabatnya itu.

"Lo kenal?" Pancing Zac.

"Kenal lah. Dia sepupu gue. Gue kesana dulu deh." Ucap Leo membuat Zac menganga sambil menatap punggung Leo.

Zac memperhatikan Leo dari jarak yang tidak terlalu jauh darinya sedang menghampiri Araxi. Dan apa yang dilihatnya membuatnya tercengang dan bergidik ngeri. Melihat calon istrinya yang berinteraksi dengan Leo.

My Ice QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang