Chapter 6

7.4K 593 16
                                    

Di perjalanan pulang.
"kenapa kau ingin menikahiku?" tanya Naomi kesal.
"karna Ibuku menginginkan aku menikah. Dan tidak ada gadis lain yang bisa kuperintah seperti dirimu. Oh ya satu lagi kita sudah tidur bersama." ucap Sehun. Gamblang sekali seperti tidak ada rasa berdosa. Sehun itu punya hati atau tidak? Kenapa lisannya lancar sekali meloloskan kata - kata durjana yang amat Naomi sesali itu.

"Kenapa kau harus mengatakan itu" cecar Naomi kesal.

"Apa ada yang salah? Aku berkata benarkan?" jawab Sehun santai.

Yasudah Naomi diam saja. Malas menjawab ucapan Sehun. Percuma hanya membuat hatinya gondok saja.

***

"Hei aku menunggumu lama sekali. Kau belum mengubah password apartement ini, Hun? jadi aku masuk saja. Aku bosan menunggu diluar." tutur Luhan.

"bukankah kau selalu begitu" balas Sehun.

Luhan balas dengan cengiran sambil melirik Naomi yang tengah tersenyum melihatnya.

Sesungguhnya Luhan  datang  ingin bertemu Naomi. Ingin meminta maaf atas kejadian tempo hari. Tapi bagaimana mengatakannya jika ada Sehun disini, pikir Luhan.

#Yaiyalah Mas ada Sehun orang ini apartemennya plaaakk abaikan penulis hahaha

"Ya hallo, baiklah aku akan pergi segera." kata Sehun dalam sambungan telfonnya.

"Kau mau kemana, Dude?" tanya Luhan.

"Aku harus ke kantor ada sedikit masalah, aku pergi. kau mau ikut denganku sekalian?" tawar Sehun.

"Kau duluan aku mau numpang makan saja sebenarnya disini."  Luhan berasalan.

"Memangnya tidak ada Bibi yang memasak untukmu?" tanya Sehun sambil membereskan berkas - berkasnya.

"Bibi tidak masuk hari ini."

"Kau bisa membeli makanan siap saji bodoh." Kata Sehun menekankan.

"Aku ingin makanan rumah. Kau kan ada pembantu." ada - ada saja alasan Luhan agar tetap bisa tinggal di Apart Sehun.

"Mck, baiklah aku pergi. Naomi aku pergi dulu, kau baik-baiklah dirumah oke." Yang di jawab dengan anggukan oleh Naomi.

"Aku sebenernya tidak bisa meninggalkan mereka berdua  atas apa yang mereka lakukan tempo hari itu sangat menggangguku. Tapi karena urusan kantor sangat penting aku terpaksa meninggalkan mereka." batin sehun.

"Tumben Sehun berpamitan Seolah aku ini istrinya. dasar pria gila suka berubah-ubah. Oh my god, Luhan masih disini dan hanya kami berdua. Ah sudahlah aku tidak boleh berimajinasi tinggi berharap Luhan mengajakku berbicara." ucap Naomi menggeleng - gelengkan kepalanya.

"Permisi." pamit Naomi pada Luhan.

"Naomi" Panggil Luhan .
"Oh ada apa?" sahut Naomi.
"Maafkan aku. Atas kejadian tempo hari." ucap Luhan.
Naomi tersenyum canggung, "Itu kan hanya kecelakaan." ucap Naomi.

"Tapi bagiku tidak." jawab Luhan.

"Hah? "

Sontak Naomi tercengang dengan jawaban gamblang Luhan terkesan santai tapi cukup membuat jantungnya berdetak. Sesungguhnya Naomi memang ada perasaan pada Luhan. Bahkan dia sangat menyukai Luhan di awal pertemuan sampai mereka berciuman tempo hari yang menurutnya itu hanya sebuah kecelakaan.

"Apa?"
"Naomi sepertinya aku menyukaimu! Ini memang terlalu cepat bahkan sangat cepat kita bertemu baru dua kali dan di pertemuan pertama aku sudah lancang menciummu. Untuk itu aku minta maaf. Tapi bukankah cinta tidak mengenal waktu dan kapan mereka akan jatuh cinta pada waktu yang sesingkat itu. Naomi aku benar benar menyukaimu?"

Naomi mematung dengan penuturan Luhan, dia tidak menyangka perasaannya ternyata tidak bertepuk sebelah tangan. Bahkan dia tersenyum senang seperti akan meneteskan air mata bahagia. Tapi dia ingat, bahwa dia sudah tidur bersama dengan pria lain. Bagaimana bisa dia tetap menyukai Luhan atau menerima perasaan Luhan. Apakah dia tidak terlalu serakah ? Apakah dia tidak punya malu? Jika menerima seorang sahabat dari Oh Sehun pria yang bisa dikatakan telah menidurinya dengan paksa.

"Luhan--" ucap Naomi dengan bibir bergetar.

"kau tidak perlu menjawabnya sekarang, aku akan menunggu"

Deg

Jantung Naomi berdesir. Apa yang harus dia lakukan. Kenapa Luhan tiba-tiba seperti ini. Dia senang perasaannya tidak sepihak. tapi dia ingat sebentar lagi dia akan menikah dengan Sehun. Seorang pria kurang ajar,angkuh dan seenaknya telah merenggut keperawanannya. Dan ini sangat membingungkan di sisi lain Naomi menyukai Luhan. Tapi bagaimana dengan Sehun. Naomi mempertimbangkan Sehun bukan karena menyukai Sehun tapi karena Ibu Sehun dan Ayahnya sudah tahu bahwa ialah calon istri Sehun bahkan akan dinikahkan bulan ini. Lalu bagaimana dengan Luhan dia juga sangat menyukai Luhan. Naomi benar benar kalut fikirannya melayang kemana mana menimbang banyaknya persoalan ini. Kenapa kisah cintanya pelik sekali di saat dia menyukai seseorang dan perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi Naomi bingung Luhan dan Sehun bersahabat bagaimana bisa dia menerima Luhan sedangkan dia akan dinikahi Sehun.

"Luhan?" suaranya merdu kala itu. Dia panggil Luhan dengan lembut. Luhan tersenyum sebagai balasan atas panggilan Naomi. Kedua insan itu sama - sama tersenyum. Namun berbeda Naomi tampak canggung dan senyum terlihat terpaksa. Ntah apa yang mau diucapkan oleh lisannya yang jelas Luhan tengah menanti.

Forced marriageWhere stories live. Discover now