12-Destiny

55 3 0
                                    

Hari ini seluruh kegiatan sekolah di  SMA Tunas Mulya Bangsa di liburkan sementara dengan alasan rapat guru.

Dan tepat hari ini, hari kamis, Nathyva memberanikan diri untuk datang ke sebuah rumah pohon yang kini tampak sudah tidak terurus.

Rumah pohon itu terlihat sudah tua, cat dinding nya pun sudah kusam ditambah banyak nya daun-daun kering yang berserakan.

Dengan ditemani sahabatnya, Diana, Nathyva pun mulai memanjat satu persatu tangga rumah pohon tua itu.

Nathyva membuka lebar pintu kecil rumah pohon itu, ia mendekat kemudian memperhatikan tiap sudut rumah pohon tua itu, semuanya masih sama, tidak ada yang berubah sama sekali ketika terakhir kali ia mengunjungi tempat ini.

Nathyva mulai menyentuh dinding yang dipenuhi kertas lukisan-lukisan hasil karya nya dengan si dia  juga banyak nya foto yang masih terpampang jelas disana yang tampak kusam menyedihkan.

Nathyva mengambil salah satu kertas lukisan si dia, ia sangat memperhatikan lukisan itu. Sembari duduk termenung ia mengusap-usap kertas itu,

"Kakak mau ngelukis apa hari ini?" Tanya gadis bermata minimalis itu.

Laki-laki berusia satu tahun lebih tua dari nya pun menoleh, "Aku mau ngelukis kamu."

Gadis bermata minimalis itu menaikkan sebelah alisnya, "Kakak emang bisa ngelukis aku?"

"Bisa," jawab laki-laki itu seraya tersenyum.

"Kamu diem disitu ya, jangan bergerak." Titah nya dan gadis itu pun menurut.

Laki-laki itu pun mulai melukis gadis pemilik mata minimalis itu, ia benar-benar hati-hati juga menghayati. Bahkan selama melukis, senyum yang ia tampakkan tidak pernah memudar.

"Udah belum kak? Iva pegel nih!" Protes gadis itu.

"Udah nih," katanya seraya memberikan hasilnya.

Gadis bermata minimalis itu tersenyum dengan riang, ia sangat menyukai hasil lukisan yang satu ini, tapi ada yang mengganjal,

Gadis itu mengerutkan dahinya, sedetik kemudian berkata, "Kok disini aku pake mahkota sih? Kayak ratu"

"Iya emang kamu ratu. Ratu di hati aku."

Tes

Bulir kristal bening menetes dengan deras begitu saja melewati pipi Nathyva, di peluk nya lukisan itu dengan erat.

Diana yang melihat air mata Nathyva turun langsung merangkulnya, "Thyv, udah, jangan nangis. Tujuan lo kesini apa? Buat nyari petunjuk kan bukan buat nangis?"

Nathyva menganggukan kepalanya kemudian menghapus air matanya. Ia harus kuat! Ia tidak boleh lemah! Diana benar, dirinya datang ke tempat ini untuk mencari petunjuk bukan untuk menangis.

Nathyva dan Diana kemudian bangkit lalu mencari-cari sesuatu yang ada di dalam sana. Mereka tampak sedikit kesulitan karena banyaknya daun kering yang berserakkan.

Mata Nathyva tertuju pada sebuah kotak hitam yang sedikit tertimbun dedaunan, ia menyingkirkan dedaunan itu lalu diraihnya kotak tersebut.

"Na,"

Diana menoleh lalu menghampiri Nathyva, "kotak? Coba buka,Thyv"

Nathyva mengangguk, mula-mula ia menyapu debu yang menempel pada kotak itu lalu dibukanya kotam hitam tersebut dengan hati-hati.

Mata Nathyva membelalak ketika melihat isi dari kotak itu yang rata-rata terisi oleh foto-foto dirinya, mulai dari ia masih bayi hingga menginjak kelas lima bangku sekolah dasar.

DestinyWhere stories live. Discover now