04-Destiny

126 11 1
                                    

"Thyva buru napa sih lelet banget, kita udah ditinggalin ke lab!" Itu adalah omelan Diana yang ke sepuluh kali nya. Pasalnya, sedari tadi Nathyva masih berkutik mengacak-ngacak lokernya mencari benda nya yang hilang.

"Bentar," jawabnya sambil mencari buku fisika nya yang hilang entah kemana. Padahal Nathyva ingat sekali ia sudah menyimpannya diloker dithyv, lokernya dan Diana.

Fyi, Hari ini sudah tepat 3 hari Nathyva berada si Sma Tunas Mulya Bangsa.

Di sekolah nya ini memang tiap kelas sudah disediakan loker, infocus, lemari untuk menyimpan laptop untuk tiap siswa nya yang sudah disediakan oleh sekolah juga, dan tak lupa disetiap kelas disekolah itu juga disediakan toilet, jadi siswa-siswi tidak perlu repot-repot keluar kelas hanya untuk ke toilet.

Dan di sekolah barunya, Nathyva masuk kelas unggulan, 11 IPA 2. Tetapi setiap kelas mempunyai fasilitas yang sama, hanya saja perbedaanya kelas biasa tidak difasilitasi laptop khusus untuk semua murid unggulan. Jadi, murid kelas biasa harus berjalan ke lab komputer tepat di depan perpustakaan.

"Lo nyari apa sih?!" Tanya Diana yang sudah mulai kesal dan greget sendiri melihat Nathyva yang tak henti-hentinya mengacak-ngacak loker.

"Buku fisika"

"Oh. Bilang dong,"

"Buku lo ada di gua, nih."

Demi pupil katak! Iris cicak! Retina banteng!

Nathyva menoleh ke arah Diana, "Kenapa coba gak bilang?!" Ucapnya sambil mengambil buku itu.

Diana tersenyum seraya menunjukkan deretan gigi putihnya dan tak lupa dengan 2 gigi gingsul nya. "Lo gak nanya sih,"

"Udah kan? Yuk ke lab." Tanpa memerdulikan Nathyva yang masih menatapnya dengan tatapan tajam, bahkan Diana berani taruhan kalau tatapan tajam Nathyva lebih tajam dari pisau yang sudah di asah beribu-ribu kali.

Diana segera menarik pergelangan tangan Nathyva dan menariknya pergi ke lab.

●●●●●

"Tunggu!" Teriak salah satu lelaki dari arah belakang kepada Nathyva dan Diana.

Merasa teriakannya tidak terdengar, lelaki itu berlari dan mencoba menghalangi jalan Nathyva dan Diana. Dan kini lelaki itu sudah tepat di depan Nathyva dan Diana, "Mau kemana?."

"Lo cewek yang tadi di lift kan?." Lanjutnya

"Minggir." Ucap Nathyva dengan nada ketusnya.

"Kita belum kenalan,"

"Nama gue Nathan." Ucap lelaki bernama Nathan itu sambil mengulurkan tangannya.

"Nama lo Nathyva kan? Kelas berapa?" Tanya lelaki itu lagi seakan tidak memerdulikan Nathyva yang tampak ketus kepadanya.

"Minggir."

"Gue kelas 11 Ips 3, lo?"

"Minggir."

"Gue gak bakal minggir sebelum lo jawab pertanyaan gue,"

"Tangan gue aja masih di anggurin."

Dengan emosi yang sudah naik sampai ke ubun-ubun. Nathyva menarik tangan Diana dan berjalan kembali kebelakang tanpa menggubris Nathan dan uluran tangannya itu.

"Ih Thyv, ko balik lagi sih? Kan lebih jauh."

"Bodo."

●●●●●

"Sebuah benda yang bergerak rotasi memiliki energy kinetic karena partikel-partikelnya bergerak terus walaupun secara keseluruhan benda tersebut tetap di tempatnya,tidak bergerak translasi."

"Jadi,Energy kinetic sebuah partikel dalam benda adalah : Ek = ½ m v2 =½ m ω2 r2. Maka energy kinetic seluruh partikel benda, atau energy kinetic rotasi benda adalah : Ek = Σ ½ mv2 = ½ (Σmr2) ω2. Faham sampai sini?." Jelas bu Sri kepada kelas 11 IPA 2.

"Faham bu." Serentak para siswa-siswi 11 IPA 2 menjawab seraya dengan anggukan kepala.

"Baiklah, kalau begitu kerjakan buku paket halaman 115 bagian A,B,C,D dan juga pengayaannya."

"KURANG BANYAK BU"

"ALLAHU"

"INSHAF LAH WAHAI MANUSIA"

"Gile gak kira-kira kalo ngasih soal"

"Bu, percayalah. Ini berat!. Kita gak akan kuat!. Biar ibu aja!"

"HEH?! SIAPA TADI YANG NGOMONG"

Seketika suasana dikelas itu menjadi hening. Tidak ada yang berani menjawab perkataan bu Sri. Bahkan menatap sedetik pun tidak ada yang berani. Ditambah dengan tatapan bak  macan kelaparan yang ingin menerkam mangsanya.

Sebenarnya 11 IPA 2 sudah tahu siapa pelakunya. Mereka sudah pasti menebak bahwa itu semua ulah Beni. Tetapi, mereka memilih diam dan menutup mulutnya rapat-rapat.

"Ben, tadi lo kan yang ngomong?" Ujar Diana dengan nada polos juga muka tak berdosanya.

"DIANA BEGO"

"Ya salam itu otak apa hvs? Polos banget!"

"Sumpah kali ini bukan gue,ben!"

"Diana cantik ku polos banget sih si sayang jadi pengen nerkam!"

Dahi Diana berkerut bingung, "kenapa sih? Bener kan Beni yang ngomong?." Ujarnya lagi seraya menunjukkan jati telunjuknya ke arah Beni.

"Udah ini mah mampus gue gak bakal bisa istirahat dengan tenang." Gumam Beni.

"BENI! BERSIHKAN TAMAN BELAKANG SEKOLAH. SEKARANG!"

●●●●●

"Jadi, lo kelas 11 Ipa 2?."

"Sekelas sama Beni dong?. Btw, Beni sohib gue. 1 geng."

"Oh iya,rumah lo dimana?"

"Pindahan darimana? Jakarta? Bogor? Depok? Tangerang? Bekasi? Jabodetabek dong!"

"Lo blasteran ya? Anaknya aja secantik ini gimana emak nya yak?"

"Yang duduk disebelah sana itu temen lo? Lo kenal Diana juga?."

"Kalo Diana sih gue kenal. Dia mah temen se gugus gue. Tanya aja dia pasti ke--"

BRAKK!

"Diem."

"Gue gak bakal diem sebelum lo jawab semua pertanyaan gue."

Dan disinilah Nathyva berada. Di kantin tepatnya di depan stand  yang jual nasi goreng. Jangan tanya siapa tadi yang menggebrak meja stand  nasi goreng. Sudah pasti Nathyva.

Emosi Nathyva sudah tidak bisa tertahankan lagi. Pria di sebelahnya ini selalu saja mengganggu nya. Menanya-nanya pertanyaan yang menurut Nathyva tidak penting.

Untung saja pesanannya sudah datang. Jadi Nathyva bisa cepat-cepat pergi dari situ dan beralih ke meja kantin pilihannya dengan Diana.

"Ngomong sama tembok."

"Males ah! Tembok nya gak cantik kaya lo sih!"

DestinyWhere stories live. Discover now