08-Destiny

93 6 0
                                    

Tidak henti-hentinya selama berjalan mulak dari keluar kantin sampai sekarang di koridor dua Nathyva menghentakkan kaki nya kelantai dengan kasar.

Tragedi di kantin tadi membuat mood nya hancur berkeping-keping. Nathan benar-benar menguras habis emosi nya.

Kalau saja Nathan tidak ada dikantin atau lebih tepatnya tidak duduk disamping Nathyva dan mengganggunya mungkin Nathyva sudah makan dengan tenang dan kenyang. Sekarang? Kenyang enggak emosi iya!

Dan tiada henti-henti nya juga Nathyva mengeluarkan berbagai sumpah serapah dan umpatannya kepada lelaki itu.

'Nathan sialan!'

Contohnya itu. Umpatan tadi adalah umpatan yang ke dua puluh kali nya Nathyva lontarkan di dalam batinnya.

"Berhenti!"

Langkah kaki nya terhenti ketika baru saja ia mendengar seseorang menyuruhnya berhenti.

Nathyva menoleh ke arah di sekelilingnya barang kali bukan ia yang disuruh berhenti. Tetapi nyatanya koridor itu sangat sepi, penghuni koridor saat ini hanyalah Nathyva sendiri yang sedang melintas dan Ah, juga seseorang yang menyuruhnya berhenti tadi.

Dengan emosi yang masih menaik juga mood yang benar-benar masih hancur,Nathyva berharap seseorang yang berada dibelakangnya ini bukan Nathan.

Kalau benar itu Nathan, sudah Nathyva pastikan ia tersungkur ke bawah lantai karena berhasil membuat emosi Nathyva semakin terkuras habis nyaris benar-benar habis.

Nathyva menoleh ke arah belakang dengan hati-hati. Dan,

Beruntung nya dia karena mendapati seseorang yang meneriakinya itu bukan Nathan. Tapi siapa lelaki itu? Nathyva tidak mengenalinya bahkan belum pernah melihat batang hidungnya.

Ah,Nathyva hampir saja lupa bahwa ia murid pindahan di sekolah ini. Pantas saja ia tidak mengenali sama sekali lelaki yang sekarang melangkahkan kakinya lebih dekat ke arah Nathyva berdiri.

"Lo Nathyva Tichavy siswi pindahan dari jepang kelas 11 ipa 2 kan?"

Nathyva menganggukkan kepalanya,"kenapa?"

Lelaki itu tersenyum ramah,"Gak apa-apa,"

"Kenalin gue Rafly dari kelas 11 ips 4." Lanjutnya seraya mengulurkan tangannya.

Nathyva mengangkat satu alisnya,"Na--"

"Udah tau kok." Baru saja Nathyva ingin memperkenalkan diri lelaki dengan nama Rafly ini memotongnya dan tidak lupa senyum ramah yang masih diperlihatkannya.

"Ya udah." Balas Nathyva sedetik kemudian melongos melanjutkan langkah kaki nya menuju kelas tanpa membalas uluran tangan Rafly dan tanpa menoleh lagi ke arah Rafly.

Memang begitu kan sikap Nathyva?

"Dingin,ketus,misterius. Hm, cantik dan menarik." Gumam Rafly yang masih tersenyum memandang punggung Nathyva yang makin menjauh dari tempat ia berdiri.

●●●●●

"Anak-anak materi hari ini akan ibu jelaskan di perpustakaan. Mari kita ke perpustakaan sekarang." Ujar bu Dena selaku guru seni di kelasnya.

"Kalian bawa alat tulis saja ya. Karena ibu hanya akan membagikan kelompok disana." Lanjut bu Dena.

Seluruh murid penghuni 11 ipa 2 pun langsung mengangguk lalu bangkit berdiri dari kursinya masing-masing lalu keluar kelas berjalan menuju ruang perpustakaan. Begitu juga dengan Nathyva dan Diana

Di perjalanan Nathyva dan Diana sengaja memisahkan diri,tidak ikut rombongan kelasnya. Bukan karena kurang bergaul atau gimana, hanya saja Nathyva dan Diana malas untuk berdesak-desakkan dengan delapan belas manusia itu.

DestinyWhere stories live. Discover now