💕 Prolog

115K 6.7K 1K
                                    

Assalamualaikum warohmatullah wabarokatu.

hai!

Welcome 😇😇😇

Cuma mau bilang. Sebelum kamu membaca story ini ada baiknya kamu pastikan dulu, bahwa kamu sudah membaca sinopsisnya di depan. Why? Karena itu akan sangat membantu kamu dalam memahami kisah yang cukup kompleks ini. Hehe itu saja. So, Happy reading!

--------------------------------
~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

Gadis itu jatuh berdebam di tanah. Meringis. Bukan. Ia bukan jatuh, ralatnya.

Tubuhnya baru saja dilemparkan oleh laki-laki itu dari balik pintu rumahnya.

Setelah perdebatan sengit ... pertempuran pisau yang berakhir dengan kekalahannya.

Kini tubuhnya terasa perih, sakit untuk digerakkan. Ngilu, dan nyeri bercampur-campur di setiap senti tubuhnya, di seluruh persendian badannya.

Kepalanya terasa berat dengan pandangan yang terasa mengabur.
Ia mencium bau darah yang entah dari bagian tubuhnya yang mana.

Ia sadar, ia sekarat. Akankah ia akan mati kali ini?

Gadis itu menyeringai, seringai yang terlihat samar dari terang bola lampu teras rumah yang tak jauh dari tempatnya berada sekarang, dalam gelap. Dilalui angin yang menghamburkan debu-debu.

Bukannya ini bagus? Segala usaha bunuh dirinya yang selama ini gagal, takkan berakhir sia-sia. Hiburnya pada diri sendiri.

Sekarang ia bisa mencapai tujuannya itu tanpa susah payah. Tanpa harus mengkhawatirkan dosa tak terampuni, menyakiti diri sendiri.

Ah, dosa. Kata itu menjadi begitu lekat setelah ia bertemu wanita berkerudung itu. Kata yang sebetulnya belum ia percayai sepenuhnya.

Tapi, TIDAK!

Kepalanya menggeleng kuat. Ia belum ingin mati, sekarang. Sebagian dari dirinya ingin hidup. Dan, kini ia sungguh ketakutan. Takut pada maut.

"TOLONG!"

"TOLONG!"

"TOLONG!"

Teriaknya bergetar. Panggilan lemah yang entah kepada siapa. Dia sudah tahu betul orang-orang di kota ini, terlebih khusus di sini, di lingkungan tempat ia berada ini.

Terdiri dari orang-orang tak peduli. Semua seolah menulikan telinga, menutup mata, bahkan menutup rapat lubang angin rumah mereka, dengan dalih, "tak ingin ikut campur urusan orang lain."

Otaknya berputar lagi. Mungkin jika ia telah mati, bau mayatnya telah menguar kuat, sudah dikerubungi ulat, barulah orang-orang itu akan melirik. Dan mempertimbangkan untuk mengubur tubuhnya.

Membayangkan itu matanya basah lagi.

"Tolooong... toloong!" parau.

Suara itu terdengar melolong, menghiba-hiba, kehilangan tenaga.

Jika saja kalian bisa mendengarnya.

Kalau saja.

Kini gadis itu tercekat. Sudut matanya makin mengurai tangis, memburamkan penglihatannya. Kesadaran itu sudah berangsur mengabur.

Dan, untuk kali pertama.

Setelah sekian lama.

Gadis yang tak pernah percaya akan adanya keadilan itu...

Gadis yang selalu menyangsikan akan adanya orang baik itu...

yang menolak percaya akan adanya ketulusan itu....

menggumamkan sesuatu.

Lirih sekali.

Kau takkan percaya. Tajamkan pendengaranmu.

Kalimat itu terucap darinya.

"Tuhan...

"Save me."

~~~

Kita boleh kehilangan apapun di dunia ini, Asalkan jangan kehilangan Allah.. Kita boleh menyesali ketidakberdayaan, tapi kita tidak boleh kehilangan iman. []

.
.

Hai hai hai.. salam 😊

Thanks banget buat sahabat sekalian yang udah mampir.

Syukran jiddan..

Btw...

Tenang! Ini bukan carita yang menyeramkan, kok. Seriusan... ☺

Bagi sahabat yang masih bingung mau lanjut atau enggak...

bisa cek testimoni dulu setelah ini ya!sehingga bisa dapat gambaran umum dari novel ini

Bagi yang kepingin lanjut, bisa skip aja bagian testimoni, dan langsung lanjut Chapter 1. Hihihi 😊

Lanjut aja lah yaaa~~
😌😌

🤐🤐🤐

Salam manis,

Your beloved sister

~Ayla_zf

Wo ai Ni, Aku Mencintai-MuWhere stories live. Discover now