1.

1.2M 27.3K 1K
                                    

ZAC POV

Araxi Amora Hernandes. Nama wanita itu. Entah seperti apa wanita yang akan aku nikahi itu. Apakah ia cantik? Apakah ia norak? Apakah ia akan langsung menyetujui perjodohan ini setelah melihat wajah tampanku? Oke. Sorry for that. But it's real. I'm a handsome guy and for god's sake i have to marry someone that i don't know because my Mom arrange my marriage.

'Kaya gue nggak laku aja!' Batinku mengumpat.

Well, lets talk a bit about me now. Aku, Zac Richardson, seorang CEO muda berbakat dan sukses yang memegang kendali di Richardson group and corps. Aku yang baru berumur 26 tahun harus melepas masa lajangnya karena perjodohan dari sang Bunda tersayang. Aku bukan lelaki cupu yang tidak bisa memilih wanitaku sendiri. Justru aku terkenal sebagai seorang player dikalangan wanita-wanita berkelas yang tak segan melemparkan dirinya padaku tanpa aku harus menatapnya.

Aku merasa jengah mendengar kabar dari Mom seminggu yang lalu. Yang memintaku mengosongkan waktuku di weekend berhargaku hanya untuk perbincangan konyol ini. Soal perjodohan.

"Mom, don't do this to me, please.." Rengek ku pada Mom yang sama sekali tak digubrisnya.

"Mom..Biar aku aja yang milih calon istriku. Nggak usah dijodohin seperti ini. Aku malu sama teman-temanku. Nanti mereka fikir anak tampan Mom ini nggak laku sampai harus dijodohin segala." Lanjutku merengek sambil menarik tangan Mom ku yang juga tak berpengaruh untuknya.

'Sial! Tak biasanya Mom seperti ini. Biasanya kalau aku merengek seperti ini, Mom akan luluh dan merubah keputusannya yang teramat mutlak dirumah ini. Kenapa sekarang Mom jadi keras hati begini sih?' Batinku.

Mom masih memilihkan pakaian untukku menghadiri acara makan malam itu. Aku pergi berlalu meninggalkannya karena jengkel diacuhkan olehnya.

"Zac, kamu pakai ini. Cepat ganti pakaianmu. Mom tunggu dibawah. 10 menit atau Mom yang seret kamu." Ucap Mom tak terbantahkan seraya berjalan keluar kamarku.

"Sial! Kenapa harus dijodohkan begini sih? Apa kata dunia? Oh god, please help me. Aku masih belum puas dengan masa mudaku." Racauku sambil mengenakan pakaian dan sepatuku sebelum Mom benar-benar menyeretku.

***********

AUTHOR POV

Setelah memarkirkan mobilnya di halaman rumah mewah keluarga Hernandes, Zac dan Ayah juga Ibunya berjalan kearah pintu utama dimana keluarga Hernandes sudah menunggu untuk menyambut mereka.

"Good evening, my brother Mario. You look great tonight." Sapa seorang yang tak lain adalah Ayah dari Araxi, Adrian.

"Good evening too, my bro. You look...handsome? Hahaha." Balas ayah Zac, Mario.

"Hai Elena..Kamu mengagumkan malam ini." Sapa ibu Araxi, Amora, pada ibu Zac.

"Thank you, dear. You look amazing anyway." Balas Elena.

"Yo, perkenalkan kedua lelaki tampanku, kakak dari araxi. Maxi dan Rixi." Ucap Ayah Ara memperkenalkan kedua kakak Ara. Yang diperkenalkan hanya tersenyum tipis.

"Wow..mereka tampan sekali. Perpaduan antara kau dan Amora. Well, perkenalkan putraku, anak semata wayangku, Zac."

"Selamat sore semuanya, saya Zac." Salam Zac berusaha sopan dan ramah.

"Hai, boy. Selamat datang dirumah Om. Anggap rumah kamu juga ya. Ayo masuk. Kita ketaman belakang." Ucap Ayah Ara dan berjalan menuntun tamunya ketaman tempat makan malam digelar.

"Mana Ara?" Tanya Elena yang menyadari calon menantunya tak ada.

"Maafkan dia. Dia baru pulang dari kantor sedang berganti pakaian. Dia akan menyusul." Ujar Amora setelah semua tamunya duduk.

"I'm here Mom. You don't have to wait anylonger." Ucap seseorang dari arah belakang Zac.

Suara gadis itu terdengar dingin dan tanpa ekspresi. Zac dan orang tuanya berbalik untuk menoleh ke asal suara.

Deg deg deg deg

'Damn! Apa itu? Ada apa dengan jangtungku? Apa aku terkena serangan jantung?' Batin Zac yang merasa jantungnya berdetak aneh saat melihat wajah Araxi.

"Ara! God, you turn to a beautiful woman, kid. Kamu lupa sama tante?" Tanya Elena antusias melihat kecantikan Ara yang sudah lama tak dijumpainya.

"Nggak tante. Ara nggak lupa. Terima kasih, anyway." Ucap Ara dingin tapi tetap balas memeluk Elena.

"Kamu nggak berubah ya, Sayang. Masih seperti dulu." Ucap Elena yang masih mendengar nada dingin dari bibir Ara.

"Saya masih tetap sama Tante. Mari duduk, kita makan." Ucap Ara sambil kembali mendudukkan Tantenya.

Makan malam berjalan begitu hangat walau tanpa terdengar suara dari Ara dan dua kakaknya.

'Mereka benar-benar pendiam atau apa?' Batin Zac.

"Zac, maklumi ketiga anak Om ya. Mereka memang irit bicara." Ucap Adrian ramah melihat Zac yang memperhatikan anaknya.

"Ya Om. It's ok." Jawab Zac ramah.

Mereka kembali melanjutkan makan malamnya. Setelah makan malam, mereka berpindah keruang keluarga. Mereka mulai membicarakan tentang perjodohan Araxi dan Zac.

"Jadi Papa akan mulai pembicaraan inti kita malam ini. Papa dan Om Mario sepakat untuk menjodohkan Araxi dengan Zac." Ucap Adrian santai sambil menatap ketiga anaknya.

Araxi sedetik nampak terkejut mendengar ucapan Papanya. Hanya sedetik, setelah itu ekspresinya kembali normal. Seketika ruangan hening dan canggung. Ara menoleh pada kedua kakaknya yang juga menatapnya. Kakak Ara hanya mengedikkan bahunya tanda mereka tak tahu rencana Papanya.

"Atas dasar kesepakatan apa perjodohan ini dilakukan?" Tanya Ara dingin memecah keheningan. Ara menatap Papanya dalam.

"Tidak ada yang menjurus dengan bisnis, Nak. Papa dan Om Mario memang sudah membuat kesepakatan dari sebelum kami menikah. Kami akan menikahkan anak kami apabila ada yang berbeda kelamin." Jawab Adrian hangat menerangkan pada Ara.

"Apa aku punya pilihan?" Tanya Ara dingin pada Papanya.

"No, Ara. Kamu harus menerimanya." Ucap Ayahnya tak terbantahkan.

"Kenapa Papa tidak pernah membicarakan ini kepada kami sebelumnya?" Tanya Maxi dingin, kakak tertua Ara.

"Karena belum waktunya." Jawab Papanya singkat.

"Apa saja yang sudah Papa rencanakan sebelum membicarakan ini pada kami?" Tanya Rixi dingin.

Zac yang memperhatikan pembicaraan keluarga Hernandez bergidik ngeri. Pasalnya ketiga bersaudara itu amat sangat dingin dan datar.

'Ini orang lahir dikutub atau apa? Dingin banget. Bahkan sama papanya? Astaga...gimana nasib gue kalo nikah sama cewek dingin kaya gitu?' Batin Zac.

"Kami sudah menyiapkan semuanya, Nak Rixi. Dari pertunangan dan juga tanggal pernikahannya." Ucap Mario yang mulai angkat bicara.

"Apa kamu menyetujuinya, Zac? Karena aku tahu bagaimana reputasimu diluar sana, jadi aku tak ingin sembarangan melepaskan adikku padamu." Tanya Maxi pada Zac yang sedari tadi hanya menyimak. Zac tersentak dan seketika gugup menerima tatapan tajam dari kakak Ara.

"Aku tidak bisa menolaknya karena aku juga baru tahu tadi sebelum berangkat kemari. Aku tidak bisa menolak keputusan Mom. Aku hanya menuruti permintaan Mom." Jawab Zac tak membahas tentang reputasinya.

"Baiklah. Karena semuanya sudah mendengar, maka kalian bisa tukar cincin sekarang." Ucap Papa Ara antusias menyentak Zac hingga tak sadar ia membeo keras.

"Sekarang!?" Protes Zac. Semua mata menatapnya dan Zac meringis melihat tatapan tajam Mom-nya.

"Baiklah. Ayo. Calon mempelai, cincin kalian sudah Mom siapkan. Ayo, sini mendekat." Ucap Elena semangat dan menyerahkan kotak beludru merah ketangan anaknya.

My Ice QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang