5. Pergi

24.3K 1.9K 8
                                    

Happy Reading ...

Seorang pengawal memberikan salah satu mantel hitam milik Jonathan pada Jenny. Jika diingat, Jonathan hanya membelikan Jenny sepasang pakaian dalam dan sebuah dress putih gading.

Aroma Luxury terpancar saat mantel itu terlampir kebesaran di tubuh Jenny. Hangat terasa begitu nyaman, karena walaupun Washington mulai memasuki musim semi dan bunga cherry blossom bermekaran, tapi hawa dingin tetap menggigit.

Jonathan masuk ke dalam kamar setelah berurusan dengan Sebastian. 

Sejam yang lalu, lelaki itu tiba-tiba sudah ada di depan kamar hotelnya tanpa menghubunginya terlebih dulu. Beruntung Jenny tidak banyak bicara saat ia mengunci perempuan tersebut di dalam kamar. 

Jonathan adalah seorang makelar dan Sebastian butuh menyelundut senjata terlarang masuk ke negaranya dengan mudah. Mungkin sebagian orang merasa kesulitan menjalani pekerjaan dan rumit sebagai makelar. Namun, lumayan mudah bagi Jonathan, sebab dia terkenal memiliki banyak koneksi penting. Jadi, bukan dirinya yang mencari pelanggan tapi malah sebaliknya. Apalagi banyak sekali mengharapkan Jonathan membuka pelelangan. Ide itu bisa diterima Jonathan, asalkan bisa menghasilkan uang yang banyak. 

"Kau sudah selesai?" Ujar Jonathan secara tiba-tiba kepada Jenny.

"Memang aku melakukan apa? aku hanya memakai mantelmu saja, lagi pula tidak ada make-up dan pakaian lain yang bisa kugunakan." Jenny menampilkan ekspresi cemberut, hampir dia mati kebosanan menunggu di dalam kamar tanpa melakukan apapun. Tidak ada ponsel ataupun televisi untuk menemaninya. Dia juga sudah terlalu lama tidur membuat kepalanya menjadi pusing. 

Jonathan diam saja. Segera dia menggengam tangan kiri gadisnya erat. Mobil Audy milik Jonathan telah menunggu di depan lobi. Jonathan segera membawa gadisnya untuk check out dari hotel. Matanya terus mengawasi sekitar seolah Jonathan mencari sesuatu yang mencurigakan. Awalnya Jenny penasaran atas sikap aneh laki-laki tersebut, kemudian rasa itu menghilang begitu saja saat telah memasuki mobil.

Mobil melaju menggunakan kecepatan tinggi. Bahkan Jenny sedikit merasa agak was-was mendengar beberapa pengemudi mengklaksoni mobil mereka.

Genggaman tangan Jonathan belum kunjung terlepas. Justru sebaliknya, malah semakin erat. Jenny menemukan butiran keringat dingin di pelupuk kening Jonathan dan semburat kepanikan tersembunyi rapih hingga orang lainpun akan tidak sadar dengan itu.

Ponsel Jonathan berdering. Di perhatikanlah semua gerak-gerik laki-laki tersebut oleh Jenny, mulai dari menjawab telpon lalu berbicara dengan orang asing di seberang sana. Dia butuh mengerti masalah seperti apa yang sedang dilalui oleh Jonathan.

"Shit! bunuh dia," umpat Jonathan.

Alam bawah sadar Jenny terkejut. Siapa yang akan di bunuh? Semoga bukan daddynya. Sebelum mereka pergi dari hotel, diam-diam Jenny meninggalkan sebuah kalung miliknya untuk meninggalkan jejak kepada daddy kalau dirinya pernah singgah sementara di hotel tersebut.

Jonathan mematikan sambungan sepihak. Napasnya begitu memburu walaupun tetap dalam kendali.

"Kemarilah, aku butuh mencium aromamu" perintah Jonathan.

Segera Jenny menaiki pangkuan laki-laki tersebut dan membuat mereka saling berhadapan, dalam kenyataanya, Jenny enggan melakukannya. Rencanya takut ketahuan oleh Jonathan.

"Siapa yang dibunuh?" tanya Jenny sangat hati-hati.

"Kau ketakutan?" Jonathan justru malah bertanya balik. Entah kenapa laki-laki itu tidak ingin Jenny melihat sisi buruknya, Apalagi bisa membuat Jenny ketakukan dan menghindarinya.

The Ruthless ♠ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang