61. Cancer

2K 168 1
                                    

Ponselnya yang berada di atas nakasnya berbunyi, menandakan ada pesan yang masuk.

Selagi Nura sudah tidur, Aldric yang sedang diam di atas kasurnya memutuskan untuk membuka pesan itu.

21.14

Cia: Rico

Aldric: Knp?

Cia: Gue mau nelfon lo. Boleh?

Aldric: Yadh tlfn aja.

Cia is calling...

"Kenapa Ci? Kok lo belom tidur?"

Cia tidak membalas pertanyaan Aldric, melainkan hanya isakan tangis yang terdengar.

"Loh, lo kenapa? Kok nangis? Disakitin Raqha?"

"Eng- Engga, Co."

"Terus kenapa, Ci?" Tanya Aldric lembut.

"Gue sakit..."

"Sakit? Demam?"

"Bukan..."

"Pilek? Apa asma lo kambuh?"

"Engga..."

"Apa Ci? Cepet kasih tau gue. Jangan bikin khawatir ah."

"Gue sakit kanker..."

Mata Aldric melebar tak percaya.

"Kenapa? Kenapa baru kasih tau sekarang?"

"Umur gue diperkirakan tinggal beberapa minggu lagi sama dokter..."

"Jawab gue dulu kenapa baru kasih tau gue?!" Aldric malah jadi emosi.

"Gue gak mau bikin lo khawatir... kaya waktu kita masih kecil, asma gue kambuh aja lo panik banget sampe nginep di rumah gue tidur bareng gue gamau jauh-jauh dari gue..."

Aldric terdiam.

"Sebenernya udah lama gue mau hubungin lo, cuma gue takut lo lupa sama gue. Gue aja berani hubungin lo karena orang tua gue yakinin gue.."

"Ci..."

"Gue udah dari sewaktu divonis kanker mau hubungin lo, karena gue mau sama orang yang gue suka sebelum gue pergi, nanti."

Air mata meluncur dengan mulus dari kelopak mata Aldric.

"Jahat lo Ci, sumpah.."

"Maaf..."

"Lo balik karena lo udah mau pergi. Jahat..."

"Plis, ngerti Co.."

"Terserah lo Ci.."

| | | | |

Tangerang, 21 Januari 2017

Wakakakaka ngagetin sekeles si Cia.

Started By LINEOnde histórias criam vida. Descubra agora