37. National Exam

2.4K 214 3
                                    

1 month later

04.34

Nuragi: Pagi Al

Nuragi: Aku tau, udah ngilang selama sebulan. Tapi, aku cuma mau bilang ini.

Nuragi: Sukses ya buat ujian nasionalnya. Aku tau kamu pasti bisa. Seorang Aldric pasti bisa ngelewatin un dengan mudah. Pasti.

Nuragi: Maafin Nura yg 5 bulan ini udh bikin Aldric berantakan. Sekolah juga jd berantakan.

Nuragi: Maafin Nura, Aldric.

Nuragi: :)

05.12

Aldric: Mksh, Ra.

Aldric: Gpp kok ttg 5 bln trkhir ini.

Nuragi: Semangatt!

Read.

"Setelah satu bulan lo ngilang, sekarang lo muncul di layar hape gue, Ra. Kok lo gitu sih? Udah gitu pas beberapa jam sebelum gue UN pula. Sial," Aldric menepuk dahinya lalu menggelengkan kepalanya.

Setelah merasa puas berbicara dengan ponselnya, Aldric mulai bersiap-siap.

Semuanya berbeda semenjak sebulan yang lalu, mereka jadi tidak pernah berkomunikasi lagi. Aldric sudah tidak mau mengirim pesan pada Nura, entah mengapa.

Di sisi lain, Aldric berbeda dengan Nura yang masih berbaring di atas kasurnya sambil memeluk ponselnya.

"Kok pas Aldric UN rasanya gue pengen banget ya nyemangatin dia?"

"Rasanya pengen banget ada di sebelah dia pas dia belajar."

"Pengen banget nemenin dia belajar sambil bercanda juga."

"Pengen banget ngabisin waktu bareng dia."

"Ah, firasat gue doang kali ya."

"Inget, Ra. Udah ada Willo. Willo, Ra. Willo."

Nura memutuskan untuk memejamkan matanya dan meneruskan tidurnya.

| | | | |

"Sial, gara-gara Nura gue ga konsen ngerjainnya," keluhnya seraya ia berjalan keluar dari kelasnya.

Aldric langsung berjalan ke parkiran dan memutuskan untuk langsung pulang saja tanpa nongkrong di tongkrongannya seperti sebelum-sebelumnya selesai ia menjalani ujian nasional hari pertamanya.

Sesampainya di kamarnya, Aldric langsung melempar dirinya ke atas kasurnya.

Tak lama dari itu, seseorang mengetuk pintu kamarnya. Aldric memperbolehkan siapapun tadi yang mengetuk, masuk ke kamarnya.

"Eh, Wil," Aldric kedatangan Willo di kamarnya.

"Bang," Willo tersenyum. "Duduk ya," Willo mulai duduk di sisi kasur Aldric.

"Kenapa, Dek?"

"Mau nanya."

"Ya tanya aja sih," kata Aldric sambil memainkan ponselnya.

"Tadi Nura udah nyemangatin belum?"

Aldric terdiam.

"Udah belum bang?"

"Nura?"

"Iya."

"Udah."

"Oh, bagus deh," Willo senyum. "Gue tau, kalau dia semangatin, pasti lo lebih semangat. Lo kan masih sayang banget sama dia."

"Tau aja lo, Wil."

Willo terkekeh, "Yaudah gue ke kamar deh ya, Bang." Aldric hanya menggumam tanda bilang 'iya'. Willo pun langsung keluar dari kamarnya.

"Jadi, dia nyemangatin gue karena Willo? Buat apa kalo gitu nge-line!" Aldric melempar asal ponselnya dan membalikkan badannya, membiarkan wajahnya tertutupi oleh bantal.

Aldric hanya tidak tau, bahwasanya Willo belum menyuruh Nura untuk menyemangatinya. Willo menanyakan itu, karena jika belum, Willo baru akan menyuruhnya.

Aldric hanya salah paham.

Sebenarnya, itu murni keinginan Nura untuk menyemangatinya.

"Pergi jauh-jauh aja lo, Raaaa, dari hidup gue. Semenjak amnesia lo cuma bikin gue galaaaaaau!" Ocehnya di balik bantal, membuat ia terdengar seperti kumur-kumur.

| | | | |

Tangerang, 16 Desember 2016

L O L

Sebenernya mau bilang 3 minggu, tapi nanggung, jadi sebulan aja wkwk.

Started By LINEWhere stories live. Discover now