46. Broken

2.3K 193 1
                                    

6 days later

| | | | |

Ini sudah hari ke-6 Nura tidak berhubungan lagi dengan Willo. Semenjak malam itu, Nura malas menghubungi Willo, pun sebaliknya.

Pacaran, rasa orang asing.

"Telfon, engga, telfon, engga."

Nura masih mempertimbangkan untuk menelfon Willo atau tidak.

"Telfon aja lah. Udah hampir seminggu ga ada kabar."

Nura langsung mengambil ponselnya dan menelfon Willo.

Nada sambung pun berbunyi. Baru 3 kali nada sambung berbunyi, seseorang mengangkat telfon Nura.

"Halo?" Sahut Nura langsung.

"Halo."

Nura mengerutkan dahinya.

Yang mengangkat telfonnya kenapa seorang perempuan?

"Ini siapa?" Tanya Nura baik-baik.

"Lah, kan yang nelfon lo, jadi harusnya gue yang nanya. Lo siapa?"

"Gue Nura, ceweknya Willo."

"Gue Intan, ceweknya Willo juga."

"Apaansih, gak lucu."

"Ya, emang gak lucu. Gue kan lagi gak bercanda."

Di sana, Intan dan teman-teman Willo yang lain sedang menahan tawanya.

"Terserah."

Klik!

Nura langsung memutuskan telfonnya.

"Aaaargh!" Geramnya.

"HAHAHAHA!" Teman-teman Willo langsung tertawa semua.

Willo sedang ke kamar mandi, dan ponselnya ia tinggal di atas meja di rumah temannya. Hari ini, padahal Willo sedang belajar kelompok.

Willo kembali dari kamar mandi dan heran melihat teman-temannya tertawa.

"Ngapain lo semua pada ketawa?" 

"Nih," Intan memberikan ponsel Willo ke Willo sendiri. "Cewek lo sensi banget gak bisa dibercandain."

Semua tertawa lagi.

Sedangkan Willo, ia mengepalkan tangannya dan menggeram.

"Dia emang lagi gak bisa dibercandain!" Bentak Willo. Semua langsung terdiam.

Willo membereskan barang-barangnya dan memasukkan ke dalam tasnya. Ia langsung menggendong ranselnya di punggung dan pergi begitu saja tanpa pamit.

Yang lain?

Yang lain hanya terdiam karena telah membuat Willo kesal. Dan mereka semua belum pernah melihat Willo sekesal ini.

| | | | |

Tok tok tok.

"Kenapa, Ma?" Tanya Nura malas-malasan.

"Ada temen kamu di bawah ya," kata Mama lalu langsung kembali mengerjakan kegiatan yang sebelumnya.

Nura bangun dari kasurnya dengan malas-malasan, lalu ia melangkahkan kakinya dengan terpaksa ke ruang tamu.

Sesampainya di ruang tamu, sesaat ia langsung semangat untuk kembali ke dalam kamarnya dan ingin mengunci dirinya.

"Tunggu, Ra," Willo menahan tangan Nura.

"Apaansih," Nura menghempaskan pegangan Willo.

"Kamu itu salah paham."

"Apaan salah paham?"

"Tentang Intan."

"Lah, kalo kamu emang mau punya pacar lagi sih ya gapapa, asal putusin dulu hubungan kita. Jangan jadi cowok brengsek haus cewek!"

"Loh, kamu kok ngatain aku sih?" Tanya Willo tak menerima. "Kalau aku cowok brengsek haus cewek, aku gak bakal ke sini kali buat jelasin ke kamu."

"Udahlah, 6 hari belakangan ini juga kamu gak peduliin aku atau perasaan aku. Terus, ngapain gara-gara ini kamu kayak sok peduli? Apa karna kamu takut ketauan?"

"Ketauan apa sih, Ra? Tadi aku itu lagi belajar kelompok. Udahlah, pikiran negatif kamu itu buang aja."

"Terserah, Wil. Kita itu udah broken, Wil. Kepercayaan udah gak ada lagi."

"Maksud kamu apa?"

"Kita putus."

"Putus?"

"Kamu manis di awal doang, waktu kamu berjuang. Giliran udah dapet, malah kamu buang. Aneh."

Nura berbalik badan lalu meninggalkan Willo begitu saja.

Willo mengusap kasar wajahnya.

"Sial, pasti gara-gara Aldric."

| | | | |

Tangerang, 20 Desember 2016

Started By LINEWhere stories live. Discover now