16. I'm Sorry

3.5K 282 5
                                    

Nura meneteskan air matanya memandang kekasihnya sedang berada di atas kasur rumah sakit ini dengan mata terpejam. Ia langsung mendatangi Aldric--yang sedang ditemani oleh Willo.

"Gimana kabar kak Aldric?" Tanya Nura pada Willo yang sedang berdiri di sebelahnya setelah Nura tadi mendekat.

"Tinggal nunggu siuman," balas Willo. "Duduk," suruhnya.

Nura menurut. Ia duduk di sebelah Aldric. Wajah Aldric terlihat lebih damai daripada biasanya. Wajahnya bagaikan malaikat. Bersinar. Bersih. Damai.

Nura menumpahkan segala tangisannya di dada membidang Aldric di hadapannya, "Maafin aku. Maafin aku."

Willo tersentuh mendengar tangisan Nura. Ia tak pernah melihat dan mendengar seorang perempuan menangis seperti ini karena kekasihnya. "Tenang, Ra," Willo menenangkan.

Nura menggelengkan kepalanya, "Ini semua gara-gara gue. Gue yang buat kak Aldric kaya gini," tangisnya tambah menjadi di pelukan Aldric.

"Ra...," panggil Willo. "Abang pernah cerita kalau lo itu cewek kuat. Kuat pendirian dan percaya diri."

Tangis Nura mereda. Ia lebih memilih mendengarkan ucapan Willo untuk informasi selebihnya yang pernah Aldric ceritakan pada Willo tentang dirinya.

"Dia pasti sebentar lagi sembuh, karena lo udah ada di sini," kata Willo. "Pas sama gue, dia selalu ceritain tentang lo. Dia cerita semuanya. Dari awal dia mau deketin lo. Ah, pokoknya dia banyak cerita tentang lo sampe-sampe gue sempet suntuk, abisan tiap ama gue dia cerita tentang lo mulu."

Nura terkekeh sambil memandangi wajah Aldric. Willo tetap menceritakan segala yang diceritakan oleh Aldric padanya tentang Nura.

Aldri  mendekati Nura waktu itu, sebenarnya bukan karena buku Matematika. Melainkan Nura menarik perhatian Aldric semenjak Nura melewati kelas Aldric yang pada saat itu Aldric sedang duduk di depan kelasnya.

Sampai akhirnya, ia mendapatkan Nura. Ia mau serius dengan Nura. Ia tidak mau seperti yang sudah-sudah. Ia lelah pacaran hanya untuk bahan mainan, yang bukan untuk satu tujuan, yaitu menikah.

"Gue yakin, lo pasti sayang banget juga kan sama abang?" Tanya Willo. Nura mengangguk, "Jangan sakitin abang gue seperti yang Lia lakuin ke abang gue ya."

Dahi Nura mengerut. Lia? Lia si perempuan itu?

"Lia?" Tanya Nura memastikan. Willo hanya mengangguk. "Dia mantannya? Pantes aja selalu nyuruh gue menjauh."

"Emang iya. Dia emang gitu. Banyak yang deketin abang, tapi dia tendangin satu-satu. Mungkin lo salah satunya," jelas Willo. "Dia selingkuh dan ketahuan sama abang. Abang mutusin, dia gak rela. Dia sampe sekarang juga masih ngejar. Dia bakal nendang siapa aja yang berani deketin abang. Karena menurutnya, abang cuma buat dia." Tambah Willo.

Hati Nura panas seketika, "Gue gak akan nyakitin kak Aldric kayak dia nyakitin kak Aldric kok. Tenang aja." Senyum Nura merekah.

"Ngomong-ngomong, lo kelas berapa? Lo sekolah di mana deh? Kok tau segala tentang Lia?"

Willo terkekeh dan mengusap tengkuknya, "Kelas 10, sama kayak lo. Gue sekolah di SMA Atlas, cuma gue punya sohib di Nusa Bangsa jadi dia sumber info gue tentang abang gue."

"Oh, salam kenal loh," Nura menyunggingkan senyum, pun Willo.

| | | | |

"Nu, Nura?" Ucap Aldric terbata.

Nura yang duduk di sebelahnya dan sedang meletakkan kepalanya di perut Aldric langsung terbangun. "Kak?"

"Hai," Aldric tersenyum.

"Hai," balas Nura.

"Dari kapan?"

"Dari pagi. Nyangka?" Aldric menggeleng.

"I'm sorry."

"Untuk?"

"For everything. I disappointed you."

Nura menggeleng, "Gapapa. Kakak mempertahankan sesuatu yang harus kakak pertahankan." Senyum Nura lagi-lagi merekah.

Nura tidak marah. Tidak. Dan tidak akan. Ia akan memanfaatkan segala waktu bersama Aldric. Menikmati setiap detik dan setiap nafas yang Tuhan berikan kepadanya untuk bersama Aldric.

Mereka pun akhirnya tertawa bersama, bercanda bersama, suap-suapan makan bersama.


***

Gak ada chatnya wkwkwk. Yaudahlah.

16 Sept 16

Started By LINEWhere stories live. Discover now