Chapter 19

6.7K 404 2
                                    

*Happy Reading *







Ale berlari di sepanjang lorong rumah sakit , ia benar benar khawatir dengan keadaan Vero .

Larinya semakin cepat ketika melihat Sendi dan Devan di depan ruang Icu ,apalagi wajah mereka yang benar benar kacau . Rambut Sendi berantakan ,mata Devan merah menandakan bahwa ia baru saja menangis .

Tes !

Air mata Ale pun menurun . Ia mendekati Sendi dan Devan untuk.meminta penjelasan .

"Sen ,Dev ,apa yang terjadi ?" Tanya Ale , bahkan kini rautnya nampak khawatir dan air mata sudah berada di pelupuk matanya dan siap meluncur .

"Vero pingsan " balas Sendi , sementara Ale menggeleng .

"Devan ! Sendi !! Jujur sama gue !!! " teriak Ale frustasi , Rose pun langsung memeluk Ale .

"Gak Al , gue gak bisa " ucap Devan lemah , ia mengacak ranbutnya ,mengsap air matanya kasar .

"Gue mohon Sen ,Dev , Vero kenapa ? Kenapa ia bisa sampai di ruang Icu ? " tnya Ale ,kali ini suaranya rendah ,bahkan air matanya sudah menets .

"Vero kritis Le " ucap Sendi lirih .

Deg !

Jantung Ale seakan berhenti berdetak beberapa saat .

Bagaimana bisa ? Bukanya tadi ia terlihat biasa saja , hanya wajahnya memang sedikit pucat .

"Kanker Otak Le " ucap Devan .

Ale langsung ambruk ,Air matanya mengalr begitu deras .

Ini gak mungkin ,ini gak mungkin , Vero gak mungkin terkena penyakit mematikan itu . Vero sehat ,vero bakalan selalu ada untuk.Gue ,Ve !!! , batin Ale menangis menjerit kesakitan mendengar seseorang laki laki yang kini masih tetap singgah d dalam hatinya .

Ale belum bisa melupakan Vero ,Ale masih mencintai Vero ,Ale merindukan Vero .

"Gak mungkin " lirih Ale .

Rosepun mendekap Ale , walaupun kini wjah rose sama kacaunya dengan wjah devan dan sendi .

Namun saat ini yang paling kacau adalah Ale . Ale sampai ambruk ke lantai , air matanya mengalr deras rambutnya berantakan .

"Rose , ini mimpikan ?" Tanya Ale , bahkan kini ia sambil menangis seunggukan . Rose mendekap Ale lebih erat berusaha memberi rasa nyaman dan tenang .

"Ini mimpi !!! Dan semua yang lo berdua katakan itu bohong !!! " teriak Ale

"Vero sehat ! Vero gak mungkin sakit !!!"

"Kalian semua bohong " kini suara Ale melemah ,tangisnya kini tanpa suara .

Ini lebih sakit dari melihat Vero bercumbu mesra dengan Sophie. Ini sangat sakit .

"Le tenangin diri lo !! , percuma lo teriak teriak gak jelas itu sama sekali gak merubah semuanya , Vero butuh semangat dari lo bukan lo yang kayak gini " Devan kini berucap. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding rumah sakit .

Ale mencerna ucapan Devan dengan baik ,kemudian ia mangagguk .

"Le ,.kita udahan aja , lo fokusin diri lo ke Vero ,gue tau hati lo masih ada Vero , lo masih sayang , lo masih cinta sama Vero , dan gue hanya sahabat di mata lo " ujar Sendi ,ia menangkup kedua tanganya di pipi ale .

"Tapi Sen .."

Jari telunjuk.sendi berada di depan bibir pink Ale .

"Ssst ,gue gak papa , Vero lebih butuh lo "

Ale mengangguk.memeluk singkat Sendi "thanks sen "

Sendi mengangguk , sakit , namun akan lebih sakit ketika melihatnya sahabatnya terpuruk . Karna sendi tahu nama.Vero masih terpatri indah di hati Ale , toh percuma , hanya vero lah yang mampu mengisi hati Ale .

Ale memasuki ruang ber ac tersebut di mana aroma obat obatan langsung menyeruak masuk ke dalam hidung Ale .

Ia memakai jas atau pakaian khusus .

Langkah perlahan namun.masih terdengar , pandangan Ale menunduk.,hingga ia berhenti di depan sebuah ranjang .

Pandanganya pun mendongak ,melihat seseorang terbaring lemah dengan berbagai peralatan kedokteran yang kini ia yakini menunjang hidup Vero .

Lagi lagi air mata Ale menetes .

Ia menggenggam tangan Vero , begitu dingin rasanya .

"Bahkan lo tetap terlihat tampan Ve " ucap Ale ,ia mengusap rambut Vero . Ia kemudian tersenyum simpul .

"Gue kangen Ve sama lo , apalagi seminggu terakhir lo jauhin gue , gue gak tau alasan lo tega ngelakuin itu semua "

Ale menarik nafas ,tanganya masih menggenggam tangan Vero .

"Tapi asal lo tau Ve , gue masih sayang sama lo , tiap malem gue mikirin lo , semnggu lo gak masuk.membuat gue khawatir , gue cari lo ke rumah lo tapi lo gak ada , gue udah mencoba ngehubungi lo tapi gak bisa "

Ale mengusap air matanya yang jatuh mengenai pipi mulusnya .

"Seminggu terkahir ini adalah hari terberat untuk gue jalani ,dimana biasanya gue ke rumah lo untuk membangnkan lo ,atau lo yang ke rumah gue , tapi semua itu hilang ve "

"Ve , i miss you so bad , i miss the old time we spent together , we laugh together "

"Ve please wake up ,please wake up for me , Ve , i know that you listen what i'm saying to you "

Ale mengecup puncak kepala Vero .

Air mata Ale kembali menetes , ia melepas genggaman tanganya , ia tidak tahan melihat orang yang ia sayangi begitu lemah dan terpuruk .

Apa lagi tadi Sendi mengatakan bahwa Vero kritis .

Hati ale bagaikan terkena ribuan anak panah yang kini mengguncangkan hatinya .

Ia melpas baju khususnya kemudian berlari sekuat tenaga , ia tidak tahu kemana kakinya akan melangkah , yang ia butuhkan adalah lari sekuat mungkin melepaskan semua beban yang kini ia panggul .

Ternyata kakinya berhenti melangkah di sebuah rooftop.

Ia menangis sepuasnya , bahkan saat ini ia berteriak .

Seolah dengan berteriak bebanya berkurang .

Dunianya kini hancur , walaupun hanya setitik ini karena Vero orang yang ia sayangi sedang bertaruh nyawa antara hidup dan mati .

#-----#

My Coldest Bestfriend - Completed ( Proses Editing ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang