Chapter 2 ( Edited )

11.8K 734 4
                                    

Chapter Dua

" Nongki di Cafe "

" saling berbaur lah satu sama lain jangan sampai teknologi menghalangi nya "
-author.

Happy Reading

Bel pulang sekolah berbunyi,  Ale pun segera memasukkan buku buku dan alat tulis kedalam tasnya.  Setelah itu ia mencangklong tas dan berjalan keluar.  Disusul oleh Vero dan teman temanya. 

" Eh nongkrong dulu yok,  di cafe biasa " ujar Rose membuat Ale menengok ke belakang.  Ia menghentikan langkahnya dan menghampiri Rose.

Senyum mengembang di wajah Ale " Ayok "

Sementara Vero , Devan,  dan Sendi menggelengkan kepala. 

" Gue tau lo laper kan Rose ? " tanya Devan menepuk bahu Rose kemudian Rose mengangguk antusias.

" Yaudah ayok  , udah lama kita gak ngafe bareng " ujar Sendi di balas anggukan kepala  Devan tanda setuju .

" Lo gimana Ve? " tanya Ale pada Vero, lantas Vero pun mengangguk.

"Yok "

Setelah persetujuan dari Vero mereka pun menuju ke parkiran   . Mereka masuk kedalam mobil mereka masing masing dan kali ini Sendi ikut gabung bersama Devan karena ban motornya bocor secara tiba tiba. 

Hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk mereka sampai di cafe langganan mereka dulu yaitu "white caffe " . Caffe bernuansa classic dengan cat tembok didominasi warna putih serta harga makanannya yang begitu terjangkau membuat Caffe ini di datangi banyak pelanggan.  Namun kebanyakan adalah anak remaja. 

Kemudian mereka memilih tempat duduk di pinggir dekat dengan jendela.  Karena ini adalah kesukaan Ale maupun Vero.  Menurut mereka dekat dengan jendela membuat mereka bisa menikmati indahnya pemandangan di luar walaupun hanya kendaraan yang lalu lalang di jalan.  Namun bagi Ale ini merupakan hiburan tersendiri. 

Sedangkan Devan,  Rose dan Sendi justru asik bermain ponsel mereka.  Ale pun mendengus sebal.  Ponsel itu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. 

" Eh hpnya kumpulin aja , gak quality time ini namanya " ujar Ale langsung mengambil ponsel satu persatu mulai Sendi , Devan dan Rose .

Lantas Ale juga mengambil ponsel milik Vero yang ada di meja . Setelah itu ia taruh ponsel mereka di meja bagian tengah bersamaan dengan ponselnya .

" Nah gini peraturannya,  yang paling gak betah buat gak pegang hp, harus bayarin semuanya " ujar Ale menjelaskan.

" Endingnya juga sama aja " kata Vero dengan nada datarnya. 

Lantas semuanya terkekeh " Kan yang bawa uang lebih cuma lo Ver " kata Devan dengan cengiranya. 

Vero hanya menggelengkan kepala ketika mengetahui tingkah laku sahabatnya itu.  Karena memang begini di setiap acara nongkrong yang mejadi bosnya adalah Vero. 

" Yang ikhlas dong Ve " kata Ale sambil bersandaran di lengan Vero.

" Hmm "

Hanya dengan kata Hmm sudah mendiskripsikan bahwa Vero menyetujuinya.  Sontak senyum Ale begitu mengembang.  Ia tetap pada posisinya , bersandar di lengan Vero.  Posisi inu begitu nyaman membuat Ale tak ingin melepaskanya.

" Lo berat " bisik Vero di telinga Ale.

Ale pun mendelik menatap sinis Vero kemudian merubah ekspresinya dengan puppy face " yang kamu lakukan itu jahat mas " 

Vero memutar bola matanya malas.  Sendi hanya mendengus " baper mode on "

Ale segera melempari sendi dengan tisu " Bacot "

" Ale bahasanya " peringat Rose membuat Ale menyengir sementara Vero melihatnya hanya menggelengkan kepala. 

Tiba tiba Devan menyelutuk sambil mengusap perutnya " anak mamah sabar ya, bentar lagi makananya dateng ko "

Rose  , Ale,  Sendi menatap Devan dengan  tatapan tak bisa di percaya sambil mengisyaratkan "lo sehat? "  . sementara Vero tetap dengan ekspresi datarnya. 

Devan yang merasa di tatap pun mendongak memandangi wajah sahabatnya satu persatu. 

" lo pada kenapa natap gue kaya gitu ? Naksir baru tau rasa " ujar Devan dengan pedenya sembari menaikkan sebelah alisnya.

Sendi pun menggelengkan kepalanya menyentuh dahi Devan. 

" Anget,  sebelas dua belas sama pantat gue jadi wajar " ujar Sendi langsung mendapat jitakan Devan saat itu juga.

"Sialan di samaain sama pantat lo yang tepos itu,  bgst " maki Devan pada Sendi sementara Rose dan Ale tertekekeh.  Sendangkan Vero menggelengkan kepala sambil tersenyum sangat teramat begitu tipis sampai tidak ada yang menyadari bahwa cowok dingin itu tengah tersenyum. 

Kemudian datang seorang pelayan membawakan pesanan mereka " ini mas mbak,  cheese burgernya 2 , steaknya beefnya 1 , spaghetti bolognese nya 2 , ini minumanya lemon squash 5 "

" terimakasih mbak,  mbaknya cantik deh " goda Devan membuat Rose mendengus sementara si pelayan itu justru tengah blushing .  Memang begitulah sifat Devan suka menggoda cewek. 

Sendi pun menoyor kepala Devan "ganjen lo "

Devan menautkan kedua alisnya " orang ganteng mah bebas "

*-*

Kini Vero tengah berada di rumah Ale.  Mereka sedang duduk di pinggir kolam Ikan sambil memberi makan ikan ikan disana. 

Suasana begitu tenang karena tidak ada yang memulai pembicaraan,  apalagi Vero dia terlalu dingin dan pendiam. 

" Mr . Ice " panggil Ale Vero pun menoleh  .

"Panggilan apalagi itu? " Vero menautkan kedua alisnya seolah bertanya.

" Suruh siapa jadi orang dingin banget " Ale memberengut kesal.

" Yaudah di panasin pake kompor " balas Vero santai dengan ekspresi datarnya.

Ale membelalak kaget " lo lagi ngelucu Ve ? "

Vero kini menatap Ale " gak "

Sontak tawa Ale meledak membuat Alis Vero saling bertautan. 

" Lo ngomong aja gak ada ekspresinya ini ngelucu juga sama datar kaya papan triplek " kata Ale di sela sela tawanya. 

Vero pun mencubit pangkal hidung Ale " Jelek "

Seketika tawa Ale berhenti raut wajahnya berubah menjadi kesal " lo bilang jelek sekali lagi,  gue ceburin lo ke rawa rawa "

Vero malah memasang ekspresi datarnya " jelek " setelah itu ia berlari sambil mengulas senyum. 

Namun Ale tidak melihat senyum itu karena posisi Vero memunggungi Ale. 
Ale yang baru sadarpun segera berlari mengejar Vero. 

"Sialan lo ya Ve!!! "

*-*

Kalo udah baca jangan lupa vote yaaa....


My Coldest Bestfriend - Completed ( Proses Editing ) Where stories live. Discover now