Prolog

33.8K 1.5K 15
                                    

"Jeon Wonwoo. A silent guy with many hidden feelings that can't be speak up."

***

27 April 2012

"Jeonsan! Jeonsan!"

Wonwoo memutar bola matanya. Bunyi langkah berisik serta teriakan nyaring barusan memenuhi ruang perpustakaan pribadi lelaki berkulit pucat itu. Konsentrasi Wonwoo yang sedang membaca buku literatur benar-benar pecah. Dia lantas menoleh ke asal suara, dimana seorang perempuan yang masih mengenakan seragam sekolah elit berlari ke arahnya. Sambil menghela napas, laki-laki itu menutup buku yang sedang dibaca. Wonwoo menggerutu, walau sebenarnya dia senang melihat kedatangan perempuan itu.

"Jangan berlagak kita ini seumuran," kata Wonwoo sarkastik. "Kau lebih muda setahun dariku, Sera! Lagipula, aku benci nama panggilan itu!"

Perempuan yang dipanggil Sera itu tak menggubris kalimat tajam Wonwoo. Dia justru berhambur memeluk Wonwoo dengan sangat erat. Berulang kali juga dia melompat-lompat kegirangan seperti orang yang baru saja memenangkan lotre. Tentu Wonwoo amat terkejut dibuatnya. Laki-laki itu berusaha mengelak, tetapi lututnya tiba-tiba melemas. Wajah si lelaki bermarga Jeon terasa panas setelah mendapat perlakuan demikian dari Sera. Sebisa mungkin Wonwoo mengkondisikan diri supaya tetap terlihat tenang.

"Aku lolos, Jeonsan! Aku diterima!" pekik Sera.

Begitu puas memeluk Wonwoo, Sera pun memperlihatkan surat kontrak yang baru saja dia temukan di kotak surat rumahnya. Sengaja dia pertontonkan surat tersebut tepat di depan mata Wonwoo agar si laki-laki bisa lebih jelas membacanya. Wonwoo terdiam sejenak saat membaca tulisan diketik yang terbubuh dalam kertas tersebut. Kalimat demi kalimat berusaha dia cerna, sampai akhirnya Wonwoo bisa menangkap inti dari surat tersebut. Mata lelaki berkulit pucat itu sontak membulat.

"Hong Sera, kau... ikut audisi pencarian model agensi ayahku!?" ujar Wonwoo setengah tak percaya.

Sera mengangguk malu-malu. "Ya, Jeonsan! Awalnya aku iseng ikut audisi di agensi ayahmu, tapi ternyata aku diterima!" seru si perempuan dengan begitu gembira. "Kau tahu sendiri, agensi ayahmu itu adalah agensi terbesar di Korea Selatan, sebentar lagi aku akan menjadi bagian dari agensi itu! Hebat, bukan?"

Wonwoo mengusap tengkuknya dengan gusar. Tindakan nekat Sera ini benar-benar di luar ekspektasi. Sebelumnya, Sera tidak pernah cerita tentang audisi di agensi terkenal itu pada Wonwoo. "Apa orang tuamu sudah memberi izin?"

Pertanyaan singkat dari Wonwoo barusan berhasil membuat Sera berhenti tersenyum. Perempuan itu kini membelalakkan mata, lalu kepalanya menunduk dalam. Dia seperti sedang berpikir keras. Sera benar-benar lupa akan satu hal, bahwa kedua orang tuanya tidak mengizinkan anak mereka bekerja di dunia entertain. Entah apa alasannya, dia sendiri pun masih belum tahu sampai sekarang. Tentu kenyataan tersebut dapat menghambat keputusan si perempuan bermarga Hong untuk bergabung dalam agensi ayah Wonwoo. "B-Belum," lirih Sera.

"Tapi, Jeonsan... menjadi model adalah cita-cita terbesarku," ungkap perempuan itu kecewa. "Bahkan di buku kenangan sekolah dasar, aku sudah menulis model sebagai cita-citaku. Kau pasti masih ingat itu, Jeonsan."

Wonwoo terdiam. Memang benar, Sera sudah ingin menjadi model sejak dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar. Waktu itu, Sera sangat terobsesi ingin menjadi model cilik, tetapi sayang sekali tidak pernah terwujud karena terhalang restu orang tua. Pernah satu hari, saking terobsesinya Sera menjadi model, dia sampai menyuruh Wonwoo untuk menjadi fotografer palsu dan mereka berpura-pura menjalani pemotretan majalah di halaman rumah perempuan itu. Wonwoo sangat tahu seberapa besar keinginan Sera memiliki profesi sebagai model.

"Hmm,"

Wonwoo tiba-tiba berdeham seraya menghela napas panjang. Dia mengusap puncak kepala Sera, lalu menaruh buku yang dipegangnya di rak buku terdekat. "Aku akan membantumu bicara pada Paman dan Bibi Hong," kata si laki-laki. "Huh, lain kali kau harus cerita dulu padaku, Sera! Masalah ini tidak enteng karena melibatkan orang tuamu, tahu!"

Sontak, perempuan itu tak dapat mendengar kelanjutan omongan Wonwoo lagi. Sera hanya bisa melongo setelah Wonwoo berkata bahwa dia bersedia membantu Sera untuk bicara kepada orang tuanya. Si perempuan Hong jadi tidak bisa menyembunyikan rasa terharunya lagi. Alhasil, dia kembali memeluk erat Wonwoo dan mulai bersorak-sorak kegirangan. "Terima kasih, Jeonsan!" pekiknya.

"Demi Tuhan! Kau tidak bisa bersikap biasa saja!?" protes Wonwoo.

"Tidak bisa, aku terlalu bahagia sekarang!"

Wonwoo melepas pelukan Sera secara paksa. Selain jengkel karena mendengar suara berisik dan panggilan konyol dari perempuan itu, Wonwoo sampai berlaku demikian sebab ingin menstabilkan detak jantungnya yang sekarang tidak terkontrol setelah dipeluk erat begitu oleh Sera. "Kenapa kau suka sekali memanggilku 'Jeonsan', sih?" tanya Wonwoo kesal.

Sera melempar senyum sumringah andalannya. Senyum yang membuat Wonwoo terpaku selama beberapa detik. "Karena, karaktermu sangat mirip dengan putra mahkota yang ada di drama kolosal favoritku. Jadi, panggilan itu sangat cocok untukmu, kan?" jawab Sera lugu.

Wonwoo menaikkan sebelah alisnya, seolah masih belum puas dengan alasan Sera. "Ya, kau itu tipe tsundere, Jeonsan. Sangat dingin di luar, tapi hatinya baik." imbuh Sera kemudian.

Laki-laki itu hendak melayangkan protes lagi, tetapi entah mengapa lidahnya seakan kelu karena melihat ekspressi Sera sekarang. Ekspressi dimana dia tengah tersenyum lebar dengan wajah berseri-seri. Mata thin almond perempuan itu hampir membentuk garis saking lebarnya senyum yang dia buat. Sangat manis dan cantik, begitu pikir Wonwoo. Akan tetapi, belum sempat laki-laki itu menyadarkan diri, Sera tiba-tiba saja sudah mengamit tangan Wonwoo dan menuntunnya ke mobil sedan hitam yang terparkir di pekarangan rumah keluarga Jeon, dimana supir pribadi Sera sudah menunggu mereka di kursi kemudinya.

"Ayo! Sekarang kita harus menemui orang tuaku di kantor mereka!" seru Sera antusias.

Wonwoo pun membelalakkan mata. "Kau serius kita akan bicara pada orang tuamu sekarang!?"

"Tentu saja! Jangan mengulur waktu lagi, jadwal pemotretanku akan dimulai minggu depan!"

"Hong Sera!"

"Ah, Jeonsan! Kau juga harus menemaniku saat hari pertama pemotretan, di hari pertama nanti aku pasti gugup sekali! Aku sangat memerlukan bantuan Jeonsan, jadi jangan menolak, ya?"

Wonwoo tak henti-hentinya menggerutu. Tapi di sisi lain, dia juga senang karena Sera sangat bergantung padanya. Debaran jantung Wonwoo semakin tidak bisa dikendalikan. Kedua mata tajamnya pun hanya terfokus pada punggung Sera yang sedang berlari di depannya–sambil menarik tangan Wonwoo. Perlahan, sudut bibir laki-laki itu terangkat. Wajahnya kini terasa semakin panas. Ya, seperti itulah keakraban mereka berdua. Jeon Wonwoo, si putra sulung dari pemilik agensi JJH Entertainment–agensi dunia hiburan terbesar se-Korea Selatan— itu adalah sahabat Hong Sera sejak kecil. Orang tua mereka cukup dekat hubungannya. Jarak rumah mereka juga tidak begitu jauh, letaknya sama-sama di kawasan elit kota Seoul. Bisa dibilang, mereka masih berstatus sebagai tetangga.

Hong Sera sendiri adalah anak kedua dari pemilik perusahaan Hong's Group, perusahaan bidang IT yang sudah memiliki cabang di beberapa negara. Karena latar belakang keluarga mereka yang sama-sama dari kalangan berkecukupan, juga mendapat pola asuh yang sama-sama kurang akan perhatian orang tua–karena terlalu sibuk bekerja, Wonwoo dan Sera langsung bisa akrab. Meski Sera satu tahun lebih muda dari Wonwoo, namun sifatnya yang rendah hati dan ramah terhadap semua orang bisa menyandingi sifat Wonwoo yang cenderung dingin dan introvert. Mereka berdua masuk di sekolah yang sama pula sejak taman kanak-kanak, itu sebabnya tak heran jika mereka bisa jadi sedekat ini.

Tetapi, di samping itu semua, entah sejak kapan diam-diam Wonwoo memiliki perasaan khusus pada Sera. Dia menyukai perempuan itu, lebih dari sekadar sahabat. Wonwoo tidak tahu sampai kapan harus memendam perasaan aneh tersebut. Sejauh ini, Wonwoo masih enggan menyatakan perasaannya dan lebih senang menikmati kedekatan mereka sekarang. Bagi Wonwoo, Sera yang selalu bergantung padanya, Sera yang selalu mencurahkan isi hati kepadanya tanpa sungkan, dan juga Sera yang selalu tersenyum karenanya, lebih dari segala hal yang Wonwoo inginkan di dunia ini.

TBC

#1 WONWOO ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora