Epilog

483 21 2
                                    

Suara gaduh terdengar dari arah ruang tamu. "Adrian, apa kamu sudah menyiapkan seserahannya?" teriak Naya dari dalam kamarnya.

Adrian terlihat sangat kewalahan, ia sedang membawa barang-barang untuk dibawanya sebagai seserahan kepada keluarga Alya.

"Udah, Ma! Adrian udah siap, Mama kapan selesainya?" teriak Adrian. Rendra yang baru saja mengganti pakaian hanya bisa terkekeh geli melihat sang adik yang dibuat sibuk dengan barang-barang tersebut.

Adrian yang menyadari kehadiran Rendra segera menatapnya tajam. Rendra menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Bagaimana bisa seorang kakak tega membiarkan adiknya yang ingin menikah mengurus semua ini sendirian?!" pekik Adrian kesal. Ia sudah siap sejak pukul lima pagi tadi. Tapi sekarang semua pakaiannya bahkan rambutnya terlihat berantakan. Bahkan keringat mulai bercucuran dari dahinya.

"Maaf, aku juga harus mempersiapkan diri, agar terlihat total nantinya" ucap Rendra seraya menunjukkan senyuman polosnya.

Adrian mencebik kesal, "Sebenarnya siapa sih yang ingin menikah?" gumam Adrian seraya meninggalkan Rendra sendirian dan menaiki tanggan menuju kamarnya. Tak lama kemudian Naya beserta Adam keluar dari kamar.

Mereka berdua telihat sangat cantik dan tampan. Naya terheran melihat Rendra sendirian di ruang tamu seraya membereskan seserahan itu.

"Lho, Adrian mana? Perasaan tadi Mama dengar ada Adrian juga disini" ucap Naya heran. Rendra mengedikkan bahunya acuh.

"Dia tadi ke kamarnya. Mungkin dia lagi ngambek" ucap Rendra yang membuat Naya semakin bingung.

Tak lama kemudian Adrian muncul dari kamarnya. Ia lebih terlihat rapih sekarang. Mungkin tadi dia pergi ke kamarnya adalah untuk membenarkan pakaiannya kembali.

"Sudah siap semua? Kalau begitu ayo berangkat" ucap Adrian mendahului mereka bertiga. Anna dan Rendra terkekeh geli, sedangkan Adam menatap istri dan anaknya dengan aneh.

***

Alya melihat pantulan dirinya di cermin. Ia memakai kebaya berwarna putih gading untuk akadnya, rambutnya ia sanggul dengan rapih, serta bertahtakan tiara kecil di kepalanya.

Alya masih tidak menyangka bahwa hari ini ia akan resmi menyandang status nyonya Darmawan dan melepas masa lajangnya. Semua ini bagaikan mimpi yang sama sekali tidak di sangkanya.

Tok tok. Anna dan Saabira masuk beriringan sambil tersenyum bahagia melihat Alya.

"Wah, kamu sangat cantik, Na. Akhirnya kamu menemukan pasangan hidupmu sehidup semati. Lalu, aku kapan?" ucap Saabira sambil cemberut. Anna menggelengkan kepalanya.

"Sabar, nanti jodohmu akan datang padamu saat waktunya telah tepat" ucap Alya menenangkan Saabira.

"Permisi, Assalamualaikum" ucap seseorang masuk kedalam ruang rias Alya. Mereka bertiga menoleh serempak. Kemudian senyuman terukir di sudut bibir Alya.

"Nia!" pekik Alya senang. Nia memekik saat melihat Alya sedang duduk di meja rias. Langkah Nia terhenti saat melihat Anna dan Saabira berada di samping Alya sedang menatapnya. Nia menunduk lalu tersenyum malu pada keduanya.

"Eh ada tante sama Saabira. Apa kabar tante, Saabira?" tanya Nia ramah seraya memeluk Anna dan Saabira bergantian. Ana tersenyum manis pada Nia.

"Alhamdulilah, tante sehat" jawab Anna lembut. Saabira mengangguk.

"Alhamdulillah aku juga sehat" sahut Saabira. Nia tersenyum, lalu pandangannya beralih ke Alya, melihatnya dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Alya, selamat ya buat lo! Gue nggak nyangka banget kalo lo yang duluan nikah. Apalagi lo dapet suami yang asoy begitu" ucap Nia blak-blakan. Alya menepuk pundak Nia pelan.

Could It Be Love [COMPLETE]Where stories live. Discover now