Chapter 18 - The Truth (1)

416 16 3
                                    

Alya menatap Joseph sebentar, lalu ia mengangguk setuju dan mempersilahkan masuk mereka semua.

Joseph menatap isi rumah Alya dengan seksama, ia juga melihat bingkai foto yang membidik Alya dengan Ibunya. Ia menatap sedih pada bingkai foto itu.

Kau tau Ma? Sabrina kita telah kembali, dan ia hidup dengan baik bersama orangtua angkatnya, batin Joseph sedih.

"Silahkan duduk..." suara Alya membuyarkan lamunan Joseph. Lalu ia duduk tepat di depan Alya, dan memandanginya dengan pancaran kerinduannya pada adik kecilnya. Sedangkan Alya duduk dengan risih saat di pandang Joseph.

"Ce-cepat kau jelaskan padaku semuanya. Setelah itu kalian pulanglah" ucap Alya sambil menunduk. Joseph tersenyum sebentar, lalu ia menghela napas panjang.

"Baik. Tapi kau harus berjanji tidak memakai emosi dan dengarkan baik-baik penjelasanku" ucap Joseph serius. Alya mengangguk paham dan mendengarkan Joseph dengan seksama.

"Kami adalah keluarga kandungmu. Saat kau dan Saabira masih berumur 1 tahun, Mama mengajak kalian pergi ke pusat perbelanjaan. Ia sangat menyayangi kalian berdua. Tapi ketika kau dan Saabira sedang tertidur di troli bayi, kau di culik oleh orang yang tidak di kenal. Sontak Mama menjerit histeris dan meminta tolong pada petugas keamanan sekitar" ucap Joseph sambil memejamkan matanya sedih. Lalu ia melanjutkan.

"Dan sialnya penculik yang membawa kau hilang entah kemana. Bahkan sebelum karyawan pusat perbelanjaan itu menghubungi pihak kepolisian. Setelah kami mengetahui bahwa kau di culik, kami langsung melaporkannya pada polisi dan tidak hentinya mencari keberadaanmu. Bahkan setelah kejadian itu Mama sering termenung di halaman rumah sambil terus menyalahkan dirinya sendiri..." ucap Joseph tercekat ketika mengingat keadaan Mamanya dulu.

Alya mendengarkan itu dengan seksama, ia meneteskan airmatanya lagi. Sungguh, serumit itukah hidupnya?

Kenapa ia harus di culik? Kenapa Tuhan tega memisahkan ia dengan keluarganya sendiri? Kenapa?

Alya memandang Joseph sambil berlinang airmata. Dengan lembut ia menggenggam tangan Joseph. Ia sedikit tersenyum menenangkan Joseph.

Joseph membalas senyuman manis Alya, lalu ia melanjutkan ceritanya lagi.

"Beberapa hari kemudian, pihak polisi memberitahu kami bahwa jejak penculik itu tidak di temukan sama sekali. Tentu saja semua di rumah sangat khawatir terhadap dirimu. Bahkan setelah Saabira tumbuh besar ia selalu menanyakan keberadaanmu setiap hari. Dan itu selalu membuat Mama kembali melamun sendiri di dalam kamar sambil menangis pilu. Aku dan Papa juga selalu mencarimu kemana-mana, ke penjuru kota hingga ke desa. Tapi hasilnya nihil, kau tidak pernah di temukan" ucap Joseph panjang lebar.

Alya melamun memikirkan perkataan Joseph tadi. Apakah benar dirinya diculik sewaktu ia masih kecil? Tapi kenapa Ibu tidak pernah mengatakannya padaku bahwa aku bukanlah anak kandung darinya?

Pikiran Alya berkecamuk, ia bingung harus mempercayai siapa. Tapi ketika ia melihat Saabira ia merasa ada ikatan yang kuat di dalam dirinya. Seakan ia telah mengenal Saabira lama, padahal ia baru bertemu dengannya hari ini.

"Sabrina... sekarang kau percaya kan? Ayo kita pulang, Mama dan Papa pasti akan sangat bahagia melihatmu kembali ke rumah" ucap Saabira dengan wajah berbinar. Alya menatap wajah Saabira lekat.

Seakan tersadar dari lamunannya, Alya menunduk, ia tak dapat melihat wajah Saabira lama, itu hanya akan membuatnya seperti rasa rindu yang sangat besar.

"Ma-maafkan aku. Aku tidak bisa pulang bersama kalian sekarang. A-aku butuh waktu..." ucap Alya lirih. Joseph menatap sendu Alya, dengan sabar ia tersenyum manis dan tidak ada raut kecewa di wajahnya.

Could It Be Love [COMPLETE]Where stories live. Discover now