Chapter 12 - Perjanjian

402 24 0
                                    

Sudah seminggu ini Alya dan Fabian menjauh satu sama lain. Ketika di restaurant pun tidak ada yang saling menyapa.

Bahkan saat istirahat makan siang Fabian yang biasanya selalu mengajak Alya makan di luar kini ia lebih memilih mengajak teman-temannya makan bersama.

Alya yang melihat perubahan drastis dari Fabian hanya bisa menghela napas berat. Ia bingung antara berbaikan dengan Fabian atau pergi menjauh dari kehidupannya yang menurutnya sangat menyeramkan itu.

Alya takut akan ancaman yang minggu lalu di lontarkan oleh Fabian benar-benar terjadi pada dirinya.

Bukan hanya dirinya saja, Alya juga takut perkataan Fabian itu akan mengancam keselamatan ibunya atau orang-orang yang ia sayangi, itu yang paling ditakuti.

Akhir-akhir ini Alya tidak berselera untuk beraktivitas. Pikiran nya sedang kacau karena Fabian.

Di satu sisi ia masih mencintai pria itu, tapi ia juga sedikit takut akan sifatnya. Alya bingung harus bagaimana.

Nia melihat Alya sedang duduk sambil memijat pelipisnya membuat ia merasa kasihan pada sahabatnya.

Ia tau kalau sudah seminggu ini hubungan Alya dengan Fabian sedang renggang. Nia takut terjadi apa-apa pada Alya.

Nia sendiri bingung dengan perasaan nya saat ini. Entah ia harus senang mendengar kabar kalau hubungan Alya dan Fabian sedang retak atau ia harus iba dengan hubungan mereka saat ini.

Sejujurnya Nia suka dengan Fabian sudah sangat lama. Sejak mereka satu kampus di Perancis, diam-diam Nia selalu memperhatikan Fabian dari jauh. Fabian cukup populer di kampus karena ketampanannya dan kemahiran nya dalam memasak.

Akhirnya setelah Nia selesai dengan kuliahnya nya di Perancis, ia kembali ke Indonesia dan merintis karir restaurant di sana.

Setelah sebulan restaurant Nia berjalan, Fabian datang melamar kerja menjadi koki di restaurantnya.

Sungguh saat itu Nia sangat senang sekali karena ia bisa melihat lagi wajah Fabian sedang memasak, mengobrol dengannya dan bercanda bersama.

Saat itu Fabian lupa dengan Nia bahwa mereka pernah satu kampus dan sering bermain bersama saat di Perancis dulu.

Sangat menyedihkan bukan? Nia bahkan setiap hari selalu mengingatnya, merindukan tawanya, wajahnya, semua tentangnya Nia bisa mengingatnya dengan jelas. Tapi kenapa Fabian dengan mudahnya melupakan kenangan mereka?

Nia menghampiri Alya yang sedang duduk termenung sambil menatap keluar jendela. Nia duduk di samping Alya sambil menopang dagunya melihat Alya yang sedang murung.

"Al, lo kenapa sih melamun terus? Ada apa, cerita dong sama gue" ucap Nia sambil menggoyakan tubuh Alya. Alya menoleh pada Nia sambil tersenyum.

"Nggak ada apa-apa kok, tenang aja" ucap Alya menenangkan sahabatnya.

"Beneran lo nggak kenapa-kenapa? Ayo dong cerita sama gue, jangan bikin gue khawatir, Al" ucap Nia sangat khawatir pada Alya.

Alya yang mendengar nada khawatir dari sahabatnya itu hanya terkekeh geli.

"Beneran nggak kenapa-kenapa kok, Nia. Lihat, gue sehat wal'afiat gini" ucap Alya sambil menunjukkan otot lengan kurusnya.

"Huh yaudah deh kalau nggak mau cerita. Tapi gue mau nanya ke lo, kenapa gue liat akhir-akhir ini, lo sama Fabian kok kayak ngejauh gitu? Kenapa? Lo ada masalah sama dia?" tanya Nia sangat penasaran.

Senyum Alya memudar saat Nia mengucapkan nama Fabian. Tapi dengan cepat Alya tersenyum lagi pada Nia yang hanya bisa melihat sahabatnya dengan iba.

Could It Be Love [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang