Chapter 24 - The Mission

374 19 3
                                    

"Ayah tidak mau tau! Pokoknya kamu harus tetap menikah dengan anak dari Adam Perwira Darmawan!" bentak Nick. Disana, ada seorang gadis yang sedang memandang Nick dengan mata sendu.

"Ayah, tapi aku tidak mau di jodohkan dengan pria manapun. Aku ingin menikah dengan pria yang aku cintai" ucap gadis itu sambil terisak. Nick tak bergeming, ia tetap pada pendiriannya.

"Ayah tidak mau, Clara! Mau tidak mau kau harus menikah dengan pria yang sudah di jodohkan, titik!" ucap Nick keras kepala lalu meninggalkan putrinya sendirian.

Clara hanya bisa menangis tersedu-sedu. Kenapa Ayahnya selalu memaksakan kehendaknya?

"Ma... Clara kangen sama Mama. Andaikan Mama disini, pasti Mama sudah memeluk Clara lembut. Clara kangen sama senyuman Mama, perhatian yang selalu diberi sama Mama. Tapi sekarang Clara tidak mendapatkan itu semua.

Ayah telah berubah semenjak kepergian Mama 2 tahun yang lalu. Ia selalu menyibukkan dirinya di kantor, dan juga memaksaku untuk menikah dengan pria yang Clara nggak cinta. Clara ingin Ayah berubah lagi seperti dulu ketika Mama masih ada disini.

Menjadi pribadi yang hangat, seorang Ayah yang bisa Clara andalkan, dan senyuman yang selalu terpampang jelas di wajahnya sekarang telah pudar. Ma, andaikan bisa do'a Clara dikabulkan, Clara ingin Mama kembali ke rumah ini. Clara rindu kehangatan yang terpancar dari rumah kita" ucap Clara pedih sambil mengenang masa lalu nya.

***

Di lain tempat, Adrian tengah gusar. Ia sedang menunggu Rendra datang ke kantornya, entah apa yang ingin mereka bicarakan. Sebuah ketukan pintu membuat perhatian Adrian tertuju pada pintu ruangannya tersebut.

"Hei Dri, ada apa?" tanya Rendra yang ternyata seseorang yang mengetuk pintu tadi. Adrian segera menghampiri Rendra dengan wajah kacaunya.

"Kak, bagaimana ini? Mama menyuruhku datang ke sebuah restaurant pukul 7 malam nanti untuk bertemu dengan perempuan itu" ucap Adrian panik. Rendra menenangkan Adrian terlebih dahulu.

"Benarkah itu? Woah... ternyata Mama sama sekali tidak mendengar perkataanku kemarin" ucap Rendra sedikit terkejut. Adrian mendesah lesu. Ia mengacak-ngacak rambutnya kesal.

"Lalu bagaimana ini, kak? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Adrian. Rendra terlihat berpikir.

"Kau tidak perlu datang," ucap Rendra tiba-tiba. Adrian memasang wajah bingungnya sambil menatap wajah Rendra serius.

"Aku yang akan menggantikanmu ke sana, kau jangan khawatir. Aku akan mencoba berbicara baik-baik dengan perempuan itu, kalau kau menolak perjodohan ini" ucap Rendra. Adrian tercengang, lalu ia menggeleng cepat.

"Tidak, aku tidak mau kau yang harus menanggung semua ini. Lebih baik aku datang saja ke tempat yang telah Mama beritahu" ucap Adrian. Rendra menggeram marah.

"Lalu kalau kau yang akan datang apa itu akan merubah segalanya?" bentak Rendra. Adrian seperti terpukul mendengar perkataan Rendra.

"Lalu bagaimana dengan kekasihmu itu, hah? Kau tidak peduli dengan perasaannya? Bagaimana kalau nanti wanitamu itu meninggalkanmu?" lanjut Rendra. Tubuh Adrian mematung. Benar apa kata Rendra. Apa ia sanggup kehilangan Alya?

"Tidak! Aku tidak mau kehilangan dia! Aku... aku sangat mencintainya. Aku tidak akan membiarkan dia pergi dariku" ucap Adrian menggeram marah. Rendra tersenyum penuh arti. Tangannya ia ulurkan untuk menepuk bahu Adrian.

"Pertahankan apa yang sudah menjadi milikmu, Adrian. Aku akan mendukungmu, selalu" ucap Rendra. Adrian tersenyum, wajahnya lebih berseri daripada sebelumnya.

"Terimakasih untuk sarannya, kak. Aku bergantung padamu" ucap Adrian masih dengan senyumannya yang mempesona.

Rendra mengangguk pelan. "Kalau begitu aku akan pergi ke kantorku, ada sedikit masalah disana karena ku tinggal sebentar" ucap Rendra sedikit bergurau.

Could It Be Love [COMPLETE]Where stories live. Discover now