Chapter 9 - Goddes

426 25 0
                                    

Nia menoleh pada pria itu sedangkan Alya hanya menundukan kepalanya enggan melihat wajah pria itu.

"Maaf, tapi anda siapa ya?" tanya Nia dengan wajah bingungnya. Aduh gawat. Nia belum tau kalau pria di hadapannya ini adalah pria yang kejam dan paling Alya hindari.

"Perkenalkan nama saya Adrian Thomas Darmawan. Panggil saja saya Adrian" ucapnya sambil matanya terus menatap pada Alya.

"Darmawan... Darmawan..." ucap Nia sambil berpikir. Alya harap-harap cemas menunggu perkataan Nia.

"Woah! kamu anaknya tante Naya?!" pekik Nia heboh sambil melihat Adrian dari atas sampai bawah.

Sedangkan Adrian dari tadi hanya menyungingkan senyumnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Alya yang saat ini tengah menunduk.

"Iya" jawab Adrian singkat. Nia hanya ber-o ria dan menatap Alya yang sedang menunduk. Lalu dia menyikut pelan lengan Alya.

"Ssst Al, lo ngapain nunduk gitu? Ini kenalan sama anaknya tante Naya yang tadi ngobrol sama kita di bawah" ucap Nia berbisik. Sedangkan Alya tidak bergeming sama sekali oleh bisikan Nia.

Nia yang habis kesabarannya dengan sengaja menyikut kencang lengan Alya.

"Aw!" ucap Alya sambil mengusap-usap lengannya yang di sikut Nia. Akhirnya dengan keberanian yang besar Alya mendongak dan menatap wajah Adrian.

Adrian pun memberikan senyuman menawan yang bisa membuat hati para wanita jatuh cinta.

Alya hanya memasang muka datar dan tersenyum tipis melihat senyum Adrian.

Oh my god! Dia sangat tampan saat tersenyum. Coba saja dia setiap hari tersenyum menawan seperti itu, aku pasti jatuh cinta padanya, batin Alya. Kemudian ia tersadar dan menggelengkan kepalanga cepat.

"Ehmm... namamu siapa nona?" ucap Adrian pada Alya yang hanya menatapnya datar. Nia melirik pada Alya dan menyenggol lagi lengannya pelan. Alya tersentak kaget dan segera mengulurkan tangannya.

"Perkenalkan nama saya Alya Gavaputri. Panggil saja Alya" ucap Alya yang disambut uluran tangan kokoh yang menggenggam erat tangannya.

Alya yang tangannya di genggam seperti itu meringis pelan sekaligus merasa risih. Dengan sengaja Alya mencakar telapak tangannya menggunakan jari telunjuknya.

Adrian yang merasakan tangannya sedikit di cakar oleh Alya segera melepaskan tautan mereka. Nia yang melihat itu tersenyum menggoda pada mereka. Nia berdehem, sontak Alya menoleh pada Nia sedangkan mata Adrian terus tertuju pada Alya.

"Al, kalau begitu gue duluan ke atas ya? Katanya lo nggak mau nemenin gue, jadi sekarang gue aja yang ke atas ketemu sama pengantinnya" ucap Nia sambil berbalik hendak menaiki tangga, tapi tangannya di tahan oleh Alya. Nia menoleh pada Alya.

"Nia, gue ikut sama lo ya ke atas? Tadi itu gue cuma terlalu gugup karena mau ketemu sama pengantinnya" Nia yang melihat ekspresi Alya yang sedang berbohong itu menahan ketawanya agar tidak keluar.

"Serius lo mau ikut gue? Yaudah ayo nanti keburu malam" ucap Nia yang dengan cepat disusul Alya di belakangnya. Adrian yang melihat itu tersenyum penuh makna saat melihat punggung Alya yang berlalu.

Dari sorot matanya semua tau bahwa Adrian saat ini sedang jatuh cinta pada sosok Alya. Adrian pun beranjak pergi dari tempatnya.

Setelah selesai bertemu dengan kedua pengantin, Alya dan Nia menuju tempat jamuan makan yang tersedia. Alya menuju tempat hidangan bermacam-macam kue dan dessert sedangkan Nia sedang berburu makanan khas dari berbagai Negara.

Saat Alya hendak mengambil kue sus dengan toping buah di atasnya tiba-tiba ada pencapit lain yang sudah mengambilnya duluan. Alya menggeram kesal dan segera melihat wajah orang itu.

Tapi dia urung untuk memarahi orang itu. Tubuh Alya membeku, menatap orang itu terkejut dan hampir menjatuhkan piring yang sedang ia pegang.

Dengan cekatan orang itu mengambil piringnya dan menatap wajah cantik Alya dengan seringaian di wajahnya. Kalau orang lain lihat, posisi Alya dengan orang itu seperti sedang berpelukan. Alya tersadar dari keterkejutannya dan segera mendorong tubuh kekar orang itu.

Alya menetralkan detak jantungnya terlebih dahulu lalu menatap kesal orang itu.

"Mau apalagi tuan mengikuti saya?" ucap Alya jengkel. Ia merasa sedari tadi pria itu- ah Adrian membuntutinya terus. Sedangkan Adrian tersenyum tipis mendengarnya.

"Woah tenang dulu Alya, jangan marah-marah seperti itu" ucap Adrian santai. Alya menatapnya jengkel.

"Lalu ada urusan apa tuan mengikuti saya terus sedari tadi? Dan harap jaga mata tuan ya, saya tidak suka ditatap seperti itu oleh anda" ucap Alya kesal. Adrian terkekeh pelan mendengarnya.

"Panggil aku Adrian, Alya. Urusanku denganmu banyak, sayang. Dan aku tidak menjamin kedua mataku tidak melihat dirimu sekarang. Kau sangat cantik Alya, mengagumkan" ucap Adrian tulus.

"Jangan harap kalau saya akan termakan rayuan anda, tuan Adrian yang terhormat. Dan saya rasa, saya tidak punya urusan penting dengan anda. Jadi tolong, saya mohon sekali lagi jangan mengganggu kehidupan saya. Karena saya sangat tidak suka itu" ucap Alya tegas.

Adrian hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Alya barusan. Lalu ia menggenggam tangan Alya erat dan mendekatkan wajahnya pada telinga Alya. Tubuh Alya menegang dan keringat dingin mulai bercucuran.

"Kita lihat saja nati, Alya. Akan kubuat kau jatuh cinta padaku, camkan itu" Adrian melepaskan genggamannya dan pergi meninggalkan Alya yang mematung di tempatnya.

Kita lihat saja, sayang. Akan kubuat kau jatuh cinta padaku. Dan tidak ada yang boleh menyentuhmu kecuali aku, batin Adrian penuh tekad.

Alya tersadar dari keterkejutannya dan mengepalkan kedua tangannya kesal. "Apa yang dia maksud, hah!? Aku akan jatuh cinta padanya? Huh, maaf tapi itu hanya dalam mimpimu saja, Adrian" lirih Alya sinis. Tiba-tiba ada tangan yang menyentuh pundak Alya. Sontak Alya ketakutan, dengan cepat Alya berbalik dan mencengkram erat pergelangan orang itu.

"Awh! Al, apa-apaan sih?" ucap Nia kesakitan sambil mengusap pergelan tangannya pelan. Alya terkejut, ternyata tadi itu tangan Nia? Bukan pria itu?

"Ma-maaf Nia... tadi itu kira gue tangan pria yang menyebalkan itu" sesal Nia sambil tangannya ikut mengusap lengan Nia yang sedikit memerah.

"Siapa pria menyebalkan itu?" selidik Nia penasaran. Alya gugup dibuatnya. Seharusnya dia tadi tidak bicara itu, Nia pasti akan menanyakannya terus menerus. Alya menggeleng pelan.

"Pria menyebalkan itu... emm... i-itu adalah pria hidung belang! Ya, mereka sama saja bukan masuk dalam kategori 'pria menyebalkan' yang gue maksud. Jadi ya gue harus antisipasi dong, sebelum terlambat" ucap Alya berbohong.

Nia menyipitkan kedua matanya. Alya terlihat sangat gugup ditatap seperti itu.

"Oh jadi maksudmu 'pria menyebalkan' itu adalah pria hidung belang?" ucap Nia dan dibalas anggukan cepat Alya. Nia menganggukan kepalanya mengerti.

"Ya udah, sekarang kita pulang yuk! Udah malam juga, nanti takutnya ibu lo nyariin" ucap Nia lalu melenggang pergi. Alya menyusul Nia yang sudah berada di depan.

TBC

****
Hi! Ketemu lagi sama author gaje :v (plus ceritanya juga gaje kali ya-_-)

Mungkin ga usah diingetin lagi kali ya buat para readers, aku cuma minta vote sama comment apa susahnya?

Ok plis sekarang author berubah jadi pengemis vomments -_-
Pokoknya jangan lupa vote + comment nya~

Could It Be Love [COMPLETE]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora