Chapter 7 - Best Friend

535 24 2
                                    

Hari ini Alya tidak ada jadwal kerja di restaurant. Sekarang ia sedang dalam perjalanan menuju pasar, tepatnya menuju toko. Setibanya di pasar, Alya tergopoh-gopoh membawa dua kantung besar yang berisi sayuran yang ia bawa dari rumah.

Ia segera memasuki barang-barangnya dan menjatuhkan dirinya di sofa usang yang masih empuk menurutnya.

"Haah capek sekali..." celotehnya. Tidak lama kemudian terdengar bunyi yang berasal dari hpnya yang tergeletak di atas meja. Dengan malas dia menjawab telponnya tanpa melihat nama siapa yang menelpon.

"Ya halo..." ucapnya malas.

"Halo Al? lho kok males gitu sih jawabnya. Lagi badmood ya? Mendingan temenin gue yuk ke mall. Kita belanja-belanja disana sekalian ngilangin badmood lo yang ga jelas itu"  ucap Nia di seberang. Alya mendengus geli mendengar cerocos Nia di sebrang sana.

"Ehmm... bentar gue pikir-pikir dulu" ucap Alya dengan sengaja.

"Oh c'mon Al nggak bakal lama kok. Gue Cuma mau beli gaun buat besok acara resepsi keponakan temen Mama gue. Please ya temenin Al, please..." pinta Nia memohon.

"Kalau gue pergi sama lo sekarang terus siapa yang jagain toko? Lagian gue juga baru aja dateng masa udah pergi lagi"

"Ah lo mah ga asik"  ucap Nia merajuk. Alya hanya terkekeh geli mendengar suaranya yang terdengar sangat kesal.

"Oiya Al! telpon aja om lo itu jo-jo aduh siapa sih namanya gue lupa"  ucap Nia berusaha mengingat.

"Om Joko maksud lo?"

"Nah iya tuh om Joko suruh dia jagain toko lo sementara. Entar biar gue telpon ibu lo deh minta izin, ya ya ya??"  pinta Nia lagi sambil mengeluarkan suara imutnya. Alya hanya tersenyum mendengar sahabatnya ini sangat memaksa untuk menemaninya.

"Oke lah kalau begitu gue telpon om Joko dulu. Tapi lo jangan lupa kabarin ibu gue. Gue takutnya dia marah lagi nanti" ucap Alya.

"Siap bos! Itu sih gampang"  ucap Nia dengan suara yang ceria.

Setelah telpon terputus Alya segera menghubungi om Joko menyuruhnya untuk ke toko sekarang. Untungnya hari ini om Joko free tidak ada kegiatan lagi, jadi dia tidak keberatan.

***

Setibanya om Joko di toko, Alya langsung pamit padanya dan segera menghampiri mobil Nia yang terparkir tidak jauh dari toko. Setelah Alya masuk mobil, Nia segera melajukan mobilnya meninggalkan area pasar.

"Nia, lo kok tumben ngajak ke mall hari kerja begini? Biasanya weekend aja lo ngajak gue pergi ke mall" ucap Alya sambil memandang Nia yang sedang menyetir.

"Nggak apa-apa. Gini loh Al, besok itu sahabatnya Mama gue ngundang gue ke resepsi keponakannya" ucap Nia sambil memandang fokus ke jalan. Alya memberengut bingung, "Lah? Terus memangnya kenapa?" tanya Alya penasaran. Nia sedikit menghembuskan napasnya dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Nah... itu maksud gue Al. Entah kenapa gue langsung menangkap sinyal yang nggak enak, feeling gue sih pasti gue mau di jodohin sama anak sahabat Mama gue. Soalnya kata Mama gue, sahabat Mama gue itu punya anak lelaki tampan, udah mapan dan juga menjabat sebagai direktur di perusahaan keluarganya" jelas Nia panjang lebar.

"Lah itu berita bagus dong! Lo itu harusnya seneng di jodohin sama laki-laki yang tampan dan kaya raya lagi. Masa lo mau nolak sih kesempatan yang menggiurkan itu?" goda Alya sambil tertawa kecil. Nia memberengut kesal, "Kalau menurut lo bagus yaudah lo aja sana yang nikah sama laki-laki itu. Lagi pula gue sama sekali nggak peduli lelaki itu kaya atau apapun itu, gue masih setia nunggu lelaki idaman gue yang udah lama gue suka" ucap Nia berbinar.

Could It Be Love [COMPLETE]Where stories live. Discover now