Chapter 8 - Meet, Again ?

423 25 2
                                    

Keesokan paginya Alya tidak di izinkan Nia untuk bekerja di restaurant maupun dipasar. Seharian ini dia menemani Nia pergi ke salon untuk mempercantik diri. Alya pun terkena getahnya. Dia juga ikut di dandani seperti boneka oleh para tukang makeup di salon.

Nia hanya tertawa melihat sahabatnya itu terlihat risih karena wajahnya di pakaikan segala macam alat makeup yang menjadikan dirinya seperti seorang dewi. Nia pun heran kenapa wajah sahabatnya ini sangat cantik kalau di beri sedikit polesan pada wajah kecilnya.

Sebenarnya wajah Alya kalau tidak di makeup juga tetap cantik. Wajah babyface nya itu menjadi suatu daya tarik tersendiri. Nia saja terkadang suka iri melihat kecantikan natural yang dimiliki oleh Alya.

Setelah selesai di makeup keduanya langsung menuju kediaman Nia. Sepanjang perjalanan Alya hanya diam dan berpikir. Kan yang di undang hanya Nia dan Mamanya? Untuk apa aku juga di rias secantik ini? batin Alya heran. Setelah berkecamuk dengan pemikirannya, akhirnya Alya memutuskan untuk bertanya pada Nia.

"Nia, setelah gue pikir kenapa lo ngajak gue ke rumah lo? Dan kenapa gue juga di rias aneh kayak gini? Kan yang mau ke pesta lo doang bukan gue" tanya Alya beruntun.

"Nope, yang bakal pergi ke pesta itu lo sama gue. Jadi lo juga harus di makeup juga Alya cantik. Biar lo jadi pusat perhatian disana, seperti Cinderella. Lagi pula gue juga udah minta izin ke Mama lo diem-diem. Hehehe sorry ya Al" ucap Nia cengengesan.

Sedangkan Alya terlihat masih mencerna apa yang Nia katakan. Setelah itu dia langsung berteriak. "Are you crazy!! Ngapain sih gue juga harus ikut ke acara kayak gituan? Pesta itukan yang datang orang-orang kaya semua. Sedangkan gue, yang ada nanti cuma jadi parasit disana" pekik Alya jengkel.

"Well lo nggak usah merendahkan diri gitu dong. Lo cantik Al, dan lo harus tau faktanya. Pokoknya lo harus nemenin gue ke acara itu. Gue yakin lo bakal diterima baik disana. Percaya diri dong kayak Alya yang gue kenal" ucap Nia menyemangati Alya. Tapi tetap saja Alya terlihat murung dan tidak percaya diri.

"Tapi Ni—"

"Hush udah ah gue marah nih sama lo. Nggak usah nge bantah hari ini bisa kan?" Nia mengerlingkan matanya pada Alya. Sedangkan Alya yang di tatap seperti itu hanya mendengus kesal. "Yaudah gue turuti apa kata lo. Tapi nanti disana lo jangan ninggalin gue ya? Gue suka nervous kalau datang ke acara mewah gitu" ucap Alya.

"Siap bos laksanakan!" sahut Nia semangat. Setelah itu mereka tertawa bersama.

***

Setibanya di rumah Nia, Alya hanya terkagum melihat desain rumah Nia yang sangat mewah. Padahal ia sudah sering berkunjung ke rumah Nia, tapi entah kenapa setiap melihat rumahnya ia hanya bisa terkagum-kagum melihatnya.

"Oi Alya nggak usah bengong ah. Lo kayak baru pertama kali aja ke rumah gue" ucap Nia menyadarkan lamunan Alya. "Gue mah selalu kagum liat rumah lo Nia, indah banget" ucap Alya dengan mata berbinar.

"Ah lo mah terlalu lebay Al. Ayo cepat masuk, nanti terlambat loh" Nia segera menarik tangan Alya mengikutinya ke dalam rumah.

Tiba di ruang keluarga, Alya meihat disana ada kedua orangtua Nia sedang duduk santai di sofa. Menyadari putrinya datang, kedua orangtua Nia menoleh pada kami dan tersenyum.

Mama Nia – tidak, tepatnya tante Via beranjak dari sofa menghampiri Nia dan memeluknya. Lalu ia menoleh pada Alya dan tersenyum lembut, Alya membalas senyuman tante Via tak kalah lembutnya. Tanpa Alya sadari, tante Via sudah memeluknya erat dan mengelus rambut Alya lembut.

"Wah ini Alya kan? Kok Mama nggak nyadar sih sama kalian berdua" tante Via melepaskan pelukannya dan menatap kami sambil tersenyum.

"Ah tante bi—"

"Mama! Kamu harus manggil tante mama, Alya sama seperti Nia" ucap tante Via sambil melotot horor pada Alya. Alya meringis melihat wajah seram tante Via, sedangkan Nia hanya tertawa terbahak-bahak disampingnya sesekali menyenggol lengan Alya.

"I—iya tan... eh maksud aku Mama" ucap Alya hampir keceplosan. "Nah gitu dong Alya, kan enak di dengarnya" ucap tante Via tersenyum manis pada Alya.

"Udahan ya Ma lovey dovey nya. Aku sama Alya mau ke atas dulu mau siap-siap" ucap Nia melenggang pergi menuju kamarnya. "Oh yaudah cepat nanti kalian terlambat lagi" ucap tante Via sambil mendorong Alya menuju tangga.

Alya berhenti sebentar lalu berbalik menatap ayah Nia yang sedang duduk sambil membaca koran. Alya pun membungkuk hormat dan tersenyum padanya. "Siang, om" sapa Alya sopan.

"Siang juga Alya. Jangan panggil om, sayang. Panggil Papa aja sama seperti Nia, oke?" ucap om Andi ramah. Alya tersenyum lalu segera menyusul Nia yang sudah duluan masuk ke kamarnya.

Setelah masuk kamar Nia, Alya melihat Nia sudah menggunakan dress yang ia pilih kemarin dan sedang sibuk menata dirinya di cermin. Melihat Alya hanya berdiri di dekat pintu, Nia berteriak.

"Alya jangan berdiri saja! Cepat ganti baju sana. Kita hampir telat!" pekik Nia sambil memasang anting dan kalung emas yang indah.

Alya pun segera masuk kamar mandi Nia yang luas. Setelah berganti pakaian, Alya langsung di dorong Nia duduk di depan kaca riasnya dan segera memoles sedikit makeup di wajahnya. Setelah itu Nia memberikan sedikit sentuhan pada rambut Alya agar sedikit bergelombang.

Setelah melihat pantulan Alya di cermin, Nia berdecak kagum padanya. "Wah Alya, kalo gini sih gue bisa kalah pamor dari lo. Habisnya lo itu cantik banget, Perfect!" puji Nia tulus. Alya yang mendengarnya hanya tersenyum melihat pantulannya di cermin.

***

Sesampainya ballroom hotel, Alya dan Nia segera menghampiri sahabat tante Via yang sedang bercengkarama dengan para tamu yang hadir.

"Tante Naya!" sapa Nia sambil melambaikan tangan pada wanita yang disebutnya tante Naya itu. Tante Naya pun menoleh pada kami – tidak, tepatnya pada Nia. Tante Naya menghampiri kami dan memeluk Nia dengan erat.

"Nia, tante kangen banget sama kamu. Kapan kamu sama Mama kamu main ke rumah tante lagi? Memangnya kamu nggak mau ketemu sama anak tante?" ucap tante Naya sembari melepaskan pelukannya.

"Hehe... kapan-kapan aja ya tante. Sekarang aku lagi sibuk mengelola restaurant" ucap Nia sambil tertawa garing. Lalu tatapan tante Naya beralih pada Alya dan melihatnya dari atas sampai bawah. Alya yang di tatap seperti itu terang saja sangat risih. Dengan cepat Alya menoleh pada tante Naya lalu tersenyum dan menyapanya.

"Malam, tante" ucap Alya sambil membungkuk memberi hormat. Sapaan Alya tadinya tidak di gubris sama sekali. Beberapa saat akhirnya tante Naya memberikan senyuman tipis pada Alya.

"Malam juga cantik, namamu siapa?" tanya tante Naya ramah. Alya pun segera mengulurkan tangannya pada tante Naya. "Perkenalkan, nama saya Alya Gavaputri. Panggil saja saya Alya, tante" ucap Alya dan uluran tangannya di balas oleh tante Naya.

"Nama yang cantik secantik wajahnya" ucap tante Naya sambil melepaskan tautan kami. "Terimakasih tante" sahut Alya pelan.

"Kalau begitu kami permisi dulu, tante. Mau bertemu dengan pengantinnya" ucap Nia

"Oh iya tentu, silahkan" ucap tante Naya. Alya pun pamit pada tante Naya dan di balas sebuah senyuman di sudut bibirnya.

Alya dan Nia menuju panggung besar yang disana terdapat pasangan pengantin tersebut. Ketika Alya hendak naik tangga menuju atas ia melihat seorang pria yang dikenalnya sedang mengobrol santai dengan teman-temannya.

Sontak Alya terkejut bukan main melihatnya. Ia pun segera menyusul Nia yang sudah berjalan duluan dan menarik tangannya cepat. Nia yang ditarik tangannya oleh Alya menoleh bingung.

"Al, lo kenapa sih main tarik-tarik aja" tanya Nia bingung. Alya menggeleng cepat, "Nia, gimana kalau lo aja yang pergi ke tempat pengantinnya? Gue nggak mau ikut ya, gue—"

"Halo gadis-gadis cantik. Sedang apa kalian disini?" ucap pria itu menyeringai dan tiba-tiba berdiri di hadapannya dan Nia.

Oh. My. God! Kenapa hari ini Alya sangat sial bertemu pria yang sangat menyebalkan itu.

TBC

****

Don't forget to comment + vote guys! See ya~ ♥

Could It Be Love [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang