Lembar 10

2.5K 463 145
                                    

"Defibrillator 120 Joules."

"Charge!"

Denging menggema dan alat bertegangan tinggi siap memberi kejut listrik pada jantung pasiennya.

"I'm clear."

"Patient clear."

"Everybody clear."

"Shocking!"

Tubuh itu tersentak, bereaksi dengan paddle yang menyentuh dadanya, namun irama dan garis tak beraturan masih memenuhi Elektrokardiograf belum ada yang berubah.

"Sekali lagi!"

"Defibrillator 150 Joules."

"Charge!"

"I'm clear"

"Patient clear."

"Shock!"

.
.
.

So Ji berdiri menyandarkan tubuh ke dinding dan melipat kedua tangan di dada. Tatapnya tak henti mengamati sosok rupawan di depannya.

Minah, wanita tegar yang selalu menyamarkan segala kesedihan di balik senyum, kini tetap enggan tunjukkan sisi lemahnya dan memilih untuk sembunyikan air mata dibalik wajah yang tertangkup kedua tangan.

Awalnya, wanita yang berprofesi sebagai perawat ini bersikukuh untuk membantu dokter Hwan dan Jun namun tak diizinkan. Sekuat apapun hatinya, ia tetaplah seorang ibu yang akan terguncang melihat kondisi putranya.
Dan akhirnya di sinilah dia dalam gelisah, memutar ulang kejadian yang terjadi beberapa jam lalu.

Masih segar dalam ingatan Minah saat kekalutan menyelimuti seisi rumah, Baekhyun datang membawa berita yang melegakan.

Rupanya remaja labil tujuh belas tahun bernama Sehun tengah menikmati pelariannya menuju Daejeon tanpa mengetahui bahwa taksi yang ditumpanginya dikendarai seorang polisi yang menyamar.

Bukan hal sulit mendapatkan informasi tersebut karena semua gerak-gerik Sehun diawasi, termaksud menyadap handphone-nya.

Namun ketenangan itu hanya sesaat. Jongdae memberi kode bahaya bahwa taksi yang dikendarainya dikuntit. Mereka pun segera menyusul dan tak pernah terbayang akan berakhir seperti ini.

Hati kecilnya menjerit namun tak kuasa menyalahkan atas apa yang dilakukan putranya. Bila di posisi Chanyeol, Minah pun akan melakukan hal yang sama.

Tubuhnya mungkin masih akan bertahan dibandingkan bila Sehun yang menegak racun, bisa dipastikan jantungnya takkan menoleransi dan berhenti berdetak selamanya.

Rasa sayang Chanyeol telah bertumbuh sejak pertama melihat binar mata Sehun dan berikrar untuk menyayanginya. Chanyeol pun rela berbagi kasih ibunya untuk sosok yang sudah dianggap adik.

Kreet

Pintu terbuka dengan dokter Hwan yang keluar melempar senyum pada Minah.

"Anakmu kuat, dia bertahan. Kau bisa menemuinya."

Sungguh, Minah seakan terlepas dari kiamat hidupnya, segera menghambur masuk ICU meninggalkan So Ji dan dokter Hwan tanpa kata.

Tinggallah dua bersaudara duduk berdampingan, menghela napas dan mengurai beban yang ada."

"Atropin nya bekerja," dokter Hwan menepuk pundak So Ji dengan senyum lega yang memancar di wajah lelahnya. So Ji pun mengangguk menampilkan gurat yang sama.

"Aku hampir gila saat tahu racun itu Aconite," berucap ia menerawang.

"Tapi Tuhan menyayanginya. Aku menemukan rumus C17 H23 NO321 H2O4S dalam pencarianku dan setelah kuteliti ternyata senyawa ini menyerupai Atropin yang kutahu sejenis anticholinergic¹."

So Ji kembali menghela napas.

"Aku berperan layaknya Tuhan, mempertaruhkan nyawa Chanyeol untuk sesuatu yang belum teruji hasilnya dan menjadikan ia kelinci percobaan."

"Dia sudah di ujung tanduk dan Tuhan memberi jalan lewat keahlianmu. Kau sudah menyelamatkan nyawanya, ingat itu!"

Entah kali keberapa ilmuwan ini melepas sesak dadanya. Ia kembali berucap.

"Aku berhutang nyawa padanya. Seandainya Sehun yang menegak racun itu aku tak bisa membayangkan apa yang terjadi," ilmuwan itu mengusak kasar rambutnya dan perhatiannya teralih pada saku celana yang bergetar.

"Hallo, Han!"

"Bagaimana Chanyeol?"

"Dia bertahan."

"Rencana kita berubah, Ji."

"Ada apa, Han? Sebenarnya, dia-"

"HAN!"

.
.
.

Nyanyian malam telah lama berdendang dan cahaya hiruk pikuk kota Daejeon remang tergambar di balik kegelapan.

Tiga jam dari waktu yang ditentukan, helikopter mendaratkan So Ji seorang diri tanpa pendamping demi kelangsungan hidup putranya. Semua karena ancaman yang membuat ia tak berkutik.
Tak ada lagi rencana yang tersusun, ia datang sebagai seorang ayah yang ingin semestanya hidup.

Peduli setan dengan penemuannya. So Ji sadar ia egois, menyerahkan penemuan berharga bagi jutaan umat manusia hanya demi satu nyawa.
Tapi nyawa itu hidupnya, harta paling berharga di dunia.

Firasatnya meraba sesuatu yang buruk terjadi pada detektif Han sejak suara pistol memutuskan sambungan keduanya. Ilmuwan ini hanya bisa pasrah dan berharap semua akan baik saja

Suasana redup menyapa saat memasuki sebuah gudang tua. Jendela reyot yang terbuka lebar tak jua menghalau pengapnya udara dalam ruang yang berdebu. Matanya memandang nanar tak berkedip pada sosok stoic yang tengah menghembuskan asap cerutunya ke udara, menatap dengan nyalang.

"Malam Tuan So Ji, senang bertemu denganmu," sapa pria asing itu ber-courtesy.

"Di mana putraku, Victor?" tanya So Ji enggan berbasa-basi.

"Oh, kau ramah sekali Tuan Lee," Victor berkata satire. Tangannya ia letakkan di dada seakan perbuatan So Ji menyakiti hatinya.

Pria berkebangsaan Kuba itu memberi sinyal pada anak buahnya dan tak lama Sehun datang dengan pria bertato yang menodongkan pistol di kepalanya diikuti Baekhyun, Xiumin, Lay dan Jongdae dalam keadaan tersandera.

"Kau sudah lihat anakmu kan? Dia baik saja. Mari kita mulai bisnis ini, Tuan So Ji. Berikan koper-nya!"

"Tidak! Serahkan dulu putraku baru aku akan berikan serum-nya!"

Victor tertawa sarkas, menjentikkan jarinya dan keluarlah sosok yang membuat So Ji terbelalak.

"Detektif Han, kau benar! Ilmuwan ini sangat angkuh. Dia berani memerintahku di situasi seperti ini."

Detektif Han menyeringai memandang So Ji dengan tatap yang tak bisa dimengerti.

"Dia memang seperti itu Victor, angkuh dan selalu merasa dirinya hebat."

"Kau terkejut Tuan So Ji? Ternyata dendam bisa memutus tali persahabatan yang kuat," Victor tertawa puas menjawab kebingungan di raut wajah sang ilmuwan.

"Kalau begitu, kenapa tidak kau lakukan sekarang saja Detektif Han? Agar dia juga merasakan sakit yang kau derita selama ini," perintah Victor halus.

Detektif Han meraba sekilas pistol dalam genggaman dan mengarahkannya tepat di dada kiri targetnya.

"Ini demi Haeni, Ji!"

DOR!

Dan Si Ji berharap semua ini hanyalah mimpi. Tubuh itu jatuh tersungkur dengan darah yang terus mengalir dari sela jari tangan yang mencengkram pusat hidupnya.

Namun ini semua nyata.

Sosok itu... hidup dan belahan jiwanya.

"HUN!"

Seketika semestanya hancur.



Belum selesai
24102019

Catatan kecil:
¹anticholinergic: zat yang bisa menangani serangan sistem saraf dan detak jantung yang melambat.

DEVIL BESIDE YOUWhere stories live. Discover now