Lembar 5

3.2K 505 128
                                    

"Hun! AWAS."

.
.
.

Sehun kira otaknya akan segera melepas endorfin dan mengirim sinyal gelombang sakit ke ulu hati atau mungkin abdomen-nya lalu dengan segera rasa itu akan menguras habis pasokan oksigen dalam tubuh dan membuatnya lelap dalam ketidaksadaran.

Namun, tidak. Kali ini perkiraannya salah karena tangan hangat telah lebih dulu menariknya dalam kungkungan aroma kayu manis yang berpadu citrus.

"Kau, ok?"

Samar Sehun bisa mendengar suara asing yang menyapa rungunya namun bibirnya terlalu kelu untuk sekedar menjawab, "Tidak, tubuhku sakit."

Lewat mata sayu nya ia melihat sebuah senyum merekah dengan ribuan bintang berkilau. Hanya sepersekian sekon ketika tiba-tiba ia merasa tak mampu lagi berpijak dan tubuh lemahnya meluruh dalam dekapan sosok lain yang dikenalnya.

Ia Chanyeol, sang kakak yang tetap mengulas senyum walau sangat jelas tersirat raut kekhawatiran. Dan hal yang paling ingin Sehun lakukan adalah menjaga dirinya tetap sadar saat melihat dwi manik kakaknya berkabut oleh air mata. Lagi-lagi tubuh ini berkhianat dan membuat semestanya menangis.

"Hun... hei, ini kakak."

Entah berapa kali tepukan mendarat di pipi Sehun untuk menarik atensinya dari ketidaksadaran.

"Sayang, pandang kakak!"
Chanyeol berucap dengan sekuat hati menahan tangisnya pecah namun tetap saja terdengar dalam getar suaranya.

"Hunnie lelah?"

Kedipan lemah disela tarikan napas yang kian berat seakan memberi jawaban. Chanyeol kembali memaksakan sebuah senyum sebelum akhirnya berbisik,

"Tidurlah, jagoan, istirahat yang tenang. Nanti kakak bangunkan ya..."

Dan senyum tipis Sehun menjadi gurat akhir kesadarannya.
.
.
.

"Beri Oksigen penuh!"

"IV RL terpasang, dok."

"Lakukan Physical Cooling, segera!"

"Hypothermia Blanket sudah siap, dok."

"Lepas bajunya dan lakukan pendinginan!"

"Beri Deazepam jika menggigil dan pantau ritme jantung dan tanda vitalnya tiap 15 menit. Laporkan padaku."

.
.
.

Ketegangan mulai memudar setelah hampir satu jam Sehun berada di UGD dan kondisinya dinyatakan stabil.

Remaja tujuh belas tahun ini tak lagi menggunakan nonbreathing masker sebagai pemasok penuh oksigen ke tubuhnya, dan sebagai gantinya nasal kanula setia mendampingi tubuhnya yang mulai mampu bernafas sendiri. Cairan Ringer Laktat juga turut berperan mengganti cairan tubuhnya yang hilang.

"Sehun mengalami Heat Exhaustion."

Minah, masih dengan baju tugasnya bersama tiga pria yang menjadi penolong tengah melakukan perbincangan di lobi kamar VIP tempat Sehun dirawat.

"Untunglah kalian segera membawanya kemari. Jika saja terlambat bisa jadi Heat Stroke mengancam nyawanya."

Sungguh hari yang menegangkan buat Minah. Walau saat kritis seperti ini tak hanya sekali ia alami, namun tak pernah terpikir Sehun kembali ke ranjang pesakitan selain karna kerja jantungnya.

"Maafkan kami karna datang terlambat, Nyonya. Seandainya lebih cepat, semua ini tak akan terjadi."

Satu dari tiga pria itu berkata penuh penyesalan lalu membungkuk badan diikuti dua lainnya.

DEVIL BESIDE YOUWhere stories live. Discover now