Lembar 8

2.8K 489 177
                                    

BRAK

Dengan kecepatan penuh mobil Jeep menabrak pantat taksi yang melaju cepat membuatnya oleng menabrak separator lalu terpelanting, berguling dan mendarat dengan keras.

.
.
.

Semua terjadi begitu cepat dan dalam hitungan detik memutar balik tubuh Sehun dan Jongdae di dalam taksi yang berguling.

Rasanya seperti naik roller coaster yang pernah dilakukannya ketika kecil dulu, memusingkan dan memberi efek mual yang tak terkira. Tubuhnya terguncang, terbalik dan terhempas tanpa bisa dikendalikan, namun untung seatbelt menahan tubuhnya dengan baik. Sensasi perih menyapa indranya, sesuatu yang tajam menggores wajah dan tubuh.

Memejamkan mata dan pasrah akan apapun yang terjadi nanti, hanya itu yang bisa Sehun lakukan. Bila Tuhan telah menakdirkan kematiannya, maka ia tak akan menyesalinya.

Tunggu...

Tapi ia telah berjanji pada ayahnya untuk bertahan. Bahkan ia belum meminta maaf pada ibu, kakak juga sahabatnya karena meninggalkan mereka tanpa kata. Sehun ingin hidup. Sepenuh hati ia mulai merapal banyak doa agar Tuhan memberinya kesempatan untuk terus tinggal di dunia ini.

Lalu putaran berakhir dengan sentakkan yang begitu menyakitkan, seakan merontokkan tulang belulang dan menarik paksa otot dari rangkanya.

Mendadak semuanya sunyi.

Jongdae membuka mata dan menemukan taksi miliknya tak lagi utuh. Kaca depan pecah meninggalkan serpihan tajam di sekitarnya. Pemuda dua puluh tahunan ini melepas seatbelt yang mengikat tubuhnya dan menengok kondisi penumpangnya.

"Tuan Sehun, kau baik saja?"

Tak ada jawaban dari remaja yang tertunduk diam dengan mata terpejam.

"SEHUN!" bentak Jongdae berharap panggilan ini menyadarkan.

Rupanya keberuntungan berpihak karena pemuda ini tersentak kaget dan dengan tergagap menjawab bahwa ia baik saja.

"Kau terluka?" tanya Jongdae yang disibukkan usaha membuka laci dashboard yang macet. Masih sama, tak ada suara. Sepertinya Sehun masih mengumpulkan segenap nyawanya untuk pulih dari keterkejutan hingga diam tak merespon.

Berhasil membuka paksa laci mobil, Jongdae ambil dua botol air mineral dan segera berpindah posisi ke kursi belakang.

"Sehun."

Kali ini panggilan yang disertai tepukan di bahu berhasil menarik kesadarannya kembali.

"Ini Minumlah..."

Dengan tangan gemetar ia meneguk isinya dengan rakus. Bukan karena haus, namun rasa gelisahlah yang membuatnya meminum dengan cepat hingga tersedak.

Jongdae menepuk punggung Sehun dengan lembut menunggu remaja ini mengatur napasnya walau kegundahan mulai menggerogoti hati. Musuh mengepung keduanya.

Setelah batuk Sehun reda, kembali Jongdae melontarkan pertanyaan yang sama.

Sehun menggeleng, namun Jongdae tetap menilik tiap mili tubuhnya dan rasa khawatir pun  menguap saat tak didapati luka serius. Memang benar apa yang dikatakan bahwa kondisinya baik saja dan hanya ada luka gores di beberapa bagian tubuh, namun tak berbahaya.

DEVIL BESIDE YOUWhere stories live. Discover now