Lembar 7

2.9K 477 131
                                    


"Selamat siang, Tuan Sehun"

Suara berat yang tak dikenal menghentikan kehangatan di ruang makan. Lima orang asing masuk dan salah satunya menawan Minah dengan sebuah pistol membidik kepalanya.

.
.
.

Sehun benci dirinya.

Selama tujuh tahun hidup bersama Minah, tak pernah sekalipun Sehun melihat sorot ketakutan sebesar itu terpancar di mata teduh sang ibu. Meski masa kambuhnya, ia masih bisa menemukan binar asa di dalamnya. Walau Minah saat ini berusaha menenangkan dua putranya dengan mengeja tanpa suara, 'ibu baik saja' namun semua tak selaras dengan bahasa tubuhnya yang gemetar.

Sehun sangat marah ketika ibu dan kakaknya harus ikut menanggung bahaya karena dirinya. Masih terngiang tangis Chanyeol dalam pelukan Minah yang merutuki diri karena tak bisa menjaganya dengan baik hingga kembali berteman maut.

'Kenapa merasa bersalah untuk sesuatu yang bukan kelalaiannya?'

Seharusnya ayah membiarkan saja ia mati tujuh tahun lalu dan penemuan yang bisa menyelamatkan jutaan umat manusia tak akan membuat orang-orang yang disayanginya terluka.

Sehun muak dengan keadaan ini. Rasa bersalah karena terus menjadi kesusahan orang lain telah lama terpendam dan akhirnya meledak, memuntahkan emosi yang tak terbendung.

"Lepaskan ibuku!
Dingin sarat amarah, Sehun berucap. Tatap elangnya tajam menusuk.

"Kau tidak dalam posisi bisa memerintahku, anak muda!" Pria tinggi besar dengan goresan luka di pipi, tersenyum sinis.

Sehun melirik sekilas cutlery box di meja makan dan ide gila pun muncul.

Srett

"Sekali lagi aku minta, Lepaskan ibuku!" titah Sehun dengan mengalungkan pisau ke lehernya sendiri.

"Aku yakin bos besarmu itu menginginkan aku hidup, kan?"

Pria penjahat tetap memasang raut dingin walau samar terlihat kerutan yang tak bisa menutupi keresahannya.

"Cepat lepaskan! Atau—"

Sesuatu berwarna merah pekat perlahan merembes dari sayatan yang Sehun buat sendiri. Tak ada gurat kesakitan di wajahnya karena amarah benar-benar telah mematikan sensor rasa itu.

Jentikkan jari terdengar, penyandera melepas Minah yang segera menghambur diri dalam pelukan Chanyeol.

"Ayo anak muda, ikut aku!" Penjahat itu mendorong paksa Sehun keluar ruang makan.

Baru beberapa tapak melangkah, suara lain menginterupsi.

"Ada tamu tak di undang rupanya."

Itu Baekhyun, Xiumin, Lay dan satu orang lain yang Sehun kenali sebagai Kai. Pemuda itu menatap Sehun penuh kekhawatiran dengan bibir yang seakan terbuka ingin bicara. Namun seketika keriuhan menggema dan tanpa basa-basi pesta kecil dimulai.

Tendangan dan pukulan bertubi-tubi dilancarkan tanpa memberi kesempatan lawan menyerang balik. Tak butuh waktu lama untuk menemukan empat orang tamu tak diundang babak belur tergeletak pingsan.

"Lepaskan adikku!"

Kali ini Chanyeol angkat bicara. Masih dengan Minah dalam rangkulannya, kepalan kuat tangan kirinya menggambarkan betapa besar amarah yang ia tahan.

Penjahat itu mengerat cengkraman pada leher Sehun yang bergeming dibawah todongan pistol.

"Anak ini mati bila kalian berani mendekat!"

Tak satu pun berani bertindak gegabah karena nyawa Sehun di ujung tanduk.

"Hun..." Minah meluruh jatuh terduduk menangis meratapi si bungsu dan kejadian ini semakin membuat Sehun meradang. Cinta dan amarah, keduanya menjadi kekuatan maha dahsyat yang tak pernah diduga. Sehun yang lemah berontak, dengan sikutnya ia menohok keras dada si penyandera. Gerakan tak terprediksinya membuat pria jahat itu terkesiap tak sempat melawan. Pistol di tangannya terlepas dan tubuhnya terhuyung mundur merasakan sensasi nyeri yang tak tertahan.

DEVIL BESIDE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang