Chap 21

15.7K 693 161
                                    

"Kakak...kejar aku. Ayo kejar...hahaha!"

"Hahaha...Hei, pelan-pelan bocah tampan. Kau terlalu cepat.!"

Tawa kedua manusia beda masa itu terus berderai dihiasi hangatnya sinar matahari dan untaian dendelion yang berterbangan menyapu wajah mereka.

"Lihat kakak cantik, aku ada disini dari kemarin..." ucap bocah lelaki yang mengarahkan telunjuknya lurus kearah gua didepan mereka.

Wanita cantik yang dipanggil kakak oleh sibocah memandang penuh tanya kearah telunjuk kecil itu. " Sedang apa kau disana? Dimana orang tuamu? Rumahmu?"

Dan bocah tampan itu perlahan tersenyum manis namun matanya sungguh menyiratkan luka yang sangat dalam. Entah bagaimana wanita itu mampu merasakan betapa sakitnya hati dan jiwa bocah lelaki ini. Tanpa bisa dicegah, air mata meluruh dari kedua mata si wanita melihat bocah lelaki itu menangis dalam senyumnya.

"Tolong kami...kakak..."

Lili tersentak didalam diamnya. Apa dia sedang melamun atau bermimpi. Matanya mengerjap beberapa kali.

Lili meraba pipinya yang terasa dingin dan menemukan jika telapaknya basah. Apa dia menangis dalam lamunannya. Namun kenapa rasa sakit dihatinya masih terasa. Seolah-olah semua yang dia lakukan bersama bocah lelaki tadi terasa nyata. Sangat nyata.

Lili menyadari dia masih didalam hutan dan bulan yang bersinar redup menandakan waktu dia masih berjarak dekat dengan pertemuan gaibnya tadi. Lili tidak ragu jika bocah lelaki dalam mimpinya tadi adalah sang roh penasaran yang sudah membuatnya takut setengah mati.

"Apa kau takut...marah...sedih, bocah?" Lili meremas baju dibagian dadanya. Rasa yang memilukan itu masih begitu kental terasa.

Mata Lili langsung menyapu sekelilingnya saat menyadari dia sudah tidak berada ditempat terakhir yang dia ingat.

Lili sudah keluar dari dalam hutan. Dan entah kemana roh bocah tadi menuntunnya.

Keningnya menyerngit saat menemukan sebuah bangunan yang menyerupai sebuah gudang. Dan nalurinya mengatakan jika bangunan didepannya menyembunyikan sesuatu yang jahat didalam sana. Lili mengutuk keteledoran mereka. Bagaimana bisa mereka melewati bangunan ini.

Peraturan mengatakan jika dia harus segera kembali ke timnya namun Lili takut kesempatan seperti ini tidak akan lagi dia dapatkan. Lili bersyukur dia cukup memiliki tenaga untuk bertarung. Dalam hati dia berterima kasih kepada si phoenix tampan.

Namun sialnya, tenaga ini tidak terlalu cukup untuk melawan musuh yang tidak seimbang.

Sreeekk!!!

Matanya langsung menyipit menangkap beberapa pasang mata merah yang membalas tatapannya.

Lima. Tidak, sepuluh pasang mata merah. Mata merah dari serigala-serigala besar dengan liur yang menetes dari sela-sela gigi tajam mereka.

Rogue.

Dalam hitungan detik kesepuluh rogue itu langsung menyerang bersamaan kearah Lili.

"BRENGSEK!!!" dan Lili pun ikut menerjang kearah depan.

-----------------------------

Praaang!!!

Chest menatap datar kesosok merah didepannya. Tepatnya ke pria yang baru saja menyenggol sebuah gelas hingga jatuh dan pecah.

"Aku mematahkan tanganmu lima belas menit yang lalu. Seharusnya sekarang sudah normal, kan?" ucap Chest yang mulai kembali memejamkan kedua matanya, mengecek portal diseluruh rumah penduduk.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 12, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

He Reject MeWhere stories live. Discover now