Chap 5

8.8K 586 4
                                    

"Kau mau kemana?" Ruri menatap Erick yang sedang memasukkan pakaiannya kedalam ransel.
Erick mengangkat kepalanya dan melemparkan sebuah senyuman pada Ruri tanpa ada niatan mendekati kekasihnya itu.

"Oh, ini...aku akan menginap di rumah paman Max, ada beberapa masalah di pack yang ingin aku diskusikan dengannya" jelasnya sambil tetap memberesi pakaian.

Ruri beranjak bangun dan berjalan kesisi dimana Erick berada.

"Tapi apa harus kau menginap disana? Apa tidak bisa dibicarakan disini saja?"

Erick terlihat menghela nafas. Dia mengancingkan ranselnya dan mengalungkan talinya dibahu. Erick berdiri tegak dan menatap Ruri. Matanya seketika membesar saat mendapati Ruri terlihat begitu kusut.

"Ruri apa kau sakit? Kenapa matamu sembab begini dan kau...pucat?" Erick mengusap pipi Ruri lembut.

Hati Ruri yang sempat terlukai perlahan kembali menghangat, disembuhkan oleh orang yang sama. Ruri bersyukur Erick masih penuh perhatian padanya.

"Aku akan meminta Casey merawatmu, aku pergi dulu yah"

Namun sayang tidak bertahan lama.

Cukup. Ruri sudah lama menahan kekesalannya. Hari ini dia harus memperjelas semuanya. Dengan langkah cepat dia berjalan menyusul Erick. Sebelum pria itu berhasil mencapai gagang pintu, Ruri menarik ranselnya. Dan Erick yang tidak siap langsung terhuyung kebelakang.

"Cukup Frederick! Kau sudah dua hari mengabaikanku. Kau menghabiskan harimu dirumah paman Max dan bahkan aku tidak tau kau pulang atau tidak..."

"Ruri, kau ken..." Erick memandang terkejut wanita didepannya ini. Ruri terlihat sangat marah. Tanpa sadar dia berjalan mendekat dan sekarang dia berdiri berhadapan dengan Ruri. Ruri bahkan harus mendongak keatas agar dapat menatap langsung mata Erick.

"DIAMLAH! Aku...aku sudah tidak kuat, Erick. Saat ini...kau...kau terlihat seperti seorang pria bebas. Seorang were yang belum bertemu dengan mate-nya. Kau tidak menganggap aku ada, Erick..." nafas Ruri memburu menahan emosi. Erick menatap Ruri dalam diam, menunggu apa maksud wanita itu.

"Tiga hari yang lalu saat kau terbangun, apa kau sadar aku tidak ada disampingmu?
Tiga hari yang lalu saat aku datang dalam keadaan yang buruk dan kau mengabaikanku, apa kau juga sadar?
Dan tiga hari yang lalu kau menciumi seorang perempuan yang bukan aku didepan mataku sendiri, apa kau juga sadar, Frederick?! Aku bahkan melalui malam yang berat saat itu, brengsek!" Ruri menarik nafasnya dalam-dalam, mengerjapkan matanya berkali-kali. Sungguh dia tidak mau menumpahkan lagi air matanya. Terlalu berharga.

"Aku yakin kau tidak menyadarinya, karena semuanya terlihat baik-baik saja. Padahal dulu kau hampir menghajar Mark, beta-mu karena membiarkan aku pergi kerumah paman Albert sendirian" lanjut Ruri

Rahang Erick mengeras dan tatapan tajam yang dulu haram diberikannya kepada Ruri, sekarang menatap kearah wanita didepannya dan Ruri sadar itu. Hatinya semakin perih.

"Jangan berlebihan Ruri, kau bukan anak-anak yang harus terus dikhawatirkan, Chloe bahkan sudah berkeliling dunia dan dia sendirian. Dan dia juga wanita sama sepertimu..." Erick memijit pangkal hidungnya. Pikirannya terlalu kalut sekarang.

"Aku akan melupakan kau tadi memakiku dan aku juga akan melupakan pertengkaran tidak berguna ini. Kau istirahatlah, Ruri" lanjut Erick dan membalikkan tubuhnya hendak beranjak pergi namun kata-kata Ruri menghentikannya. Hilang sudah kesabaran wanita itu saat Erick mulai membanding-bandingkannya dengan si 'ibu peri' Chloe.

"Yah, Chloe...Chloe. Si wanita cantik, baik, pintar dan sempurna. Kau bahkan memuji kepintarannya dengan bertukar pikiran mengenai masalah pack selama dua hari disana. Kau kira aku wanita bodoh yang tidak bisa kau ajak bicara atau kau terlalu hanyut dengan suara lembut pelacur itu. Jika dia perempuan baik-baik, dia tidak akan terlalu dekat denganmu yang sudah punya pasangan, Erick! DIA ITU SETAN BERTOPENG MALAIKAT!"

PLAAAK!!!

Ruri jatuh tersungkur kesamping. Itu membuktikan seberapa keras tamparan yang Erick berikan kepipinya. Bahkan noda kemerahan bekas tamparan itu tidak seberapa sakit dibandingkan perih dihatinya. Ruri terdiam tidak sanggup lagi berusaha tegar. Air matanya sudah berlomba-lomba mengalir. Tanpa rasa iba, Erick berjongkok dan menatap lurus kearah Ruri yang tertunduk.

"Jangan kau berani menghina Chloe lagi. Dia wanita paling baik yang pernah kukenal, sebelum bahkan sesudah kau ada. Kali ini kau kumaafkan Ruri." ucap Erick dingin dan kemudian berjalan meninggalkan Ruri dikamar. Sendirian. Lagi.

Ruri sudah tidak tahan lagi. Hatinya terlalu kecil untuk menanggung luka yang begitu besar. Perlahan Ruri mengangkat kepalanya dan menatap bulan. Ya, hanya bulan lah yang selalu menemaninya.

"Oh, Moon Goddes kuatkan lah aku. Aku mohon ambil kembali hati ini...takdir ini karena aku tidak kuat untuk memilikinya. Jika memiliki cinta begitu menyakitkan, aku memilih kehilangan perasaan ini selamanya..." isak Ruri dikeheningan kamarnya. Tangan kanannya meremas baju tepat didadanya seakan bisa menghilangkan rasa perih itu.

Dear, jangan seperti ini. Kau membuatku sedih...

Maafkan aku Mary...maaf...

Ruri bahkan dapat mendengar lolongan pilu serigalanya. Karena bukan hanya Ruri yang tersakiti tetapi Mary juga.

"Sampai kapan kau akan berhenti memerankan tokoh cengeng seperti ini, Dear?"

Jangan memakai panggilan sayangku vampire busuk!

Terdengar kekehan dari arah jendela, "Aku mendengarmu, Mary"

Perlahan Ruri berdiri dan menatap sosok didepannya.

Rambut hitam panjang sepinggang yang selalu terlihat berantakan. Tubuh tinggi dan kekar dibalut baju dan mantel hitam yang menjadi favoritnya. Kulit dan wajah putih pucat khas bangsa vampir. Wajah yang amat sangat tampan itu tersungging senyum miring. Jika dibandingkan dengan Erick, pria didepannya bahkan jauh lebih mempesona. Namun sayang hatinya telah jatuh pada Erick seorang.

"Kemarilah"

Tanpa ragu Ruri melangkah maju dan masuk kedalam rengkuhan pria asing itu.

"Hatiku sakit sekali, Nick..." Ruri balas memeluk dan melanjutkan, " Biarkan seperti ini dulu, Nick. Aku butuh ketenangan"

Begitulah Nick. Selalu ada untuknya. Selalu ada saat dia senang maupun sedih. Tempatnya bersandar. Karena pelukan Nickholas, sang vampir, selalu menjadi obat penenangnya.

"Aku selalu ada untukmu, love"






He Reject MeWhere stories live. Discover now