Chap 09

9.2K 561 4
                                    

Dua pasang mata berbeda warna mengamati sebuah hamparan tanah kosong didepan mereka. Perlahan tangan pria bermanik hitam terangkat dan mengarahkan telapaknya kedepan, mengucap mantera. Samar-samar pemandangan tanah kosong didepan mereka bergerak seperti jeli yang digoyang. Semakin lama gerakannya semakin kuat dan tiba-tiba tanah kosong terkoyak bagai lapisan kertas dinding yang menutupi apapun yang ada dibaliknya. Perlahan dan semakin cepat kertas-kertas itu meluruh dan menghilang sebelum bersentuhan dengan tanah. Terpampanglah kini sebuah bangunan rumah bertingkat dua. Rumah biasa yang terbuat dari kayu namun yakinlah rumah sederhana itu lebih kuat dari mansion megah sekalipun. Mantera sudah melindungi dan menyamarkan bangunan itu dari mata awam manusia dan mahluk abadi lainnya. Kepala pria itu menoleh kesamping, tepatnya kearah wanita yang berbalut sebuah selimut hangat.

"Masuklah, mereka sudah tidak sabar"

Ruri tersenyum lebar dan melangkah dengan cepat memasuki rumah yang akan menjadi tempatnya tinggal sementara.

Penciumannya yang tajam langsung menangkap aroma dari orang-orang yang sangat dirindukannya. Orang-orang yang selalu bersamanya dalam suka dan duka sebelum Ruri secara tidak sengaja bertemu dengan Erick. Aroma itu membawa kakinya kesalah satu ruangan dimana mereka berada. Begitu mencapai depan pintu yang tertutup rapat Ruri tanpa segan langsung membuka lebar penghalang didepannya.

CTAR!

CTAR!

CTAR!

"SELAMAT DATAAAANG!!!!"

Air mata keharuan mengalir pelan membelai kedua pipi Ruri. Dadanya terasa sesak akan perasaan bahagia, rindu dan sedih. Ruri menoleh kearah Nicholas yang tersenyum lembut kearahnya.

"Terima kasih, Nick. Hatiku lumayan...terobati..."

Sungguh Ruri kehilangan kata-kata untuk mengungkapkan perasaannya saat ini.

Sosok wanita anggun yang sedari tadi duduk dan tersenyum kearahnya berdiri dan berjalan mendekat.

Tubuh semampai dan tinggi itu selalu berhasil menipu siapapun. Tidak akan ada yang menyangka betapa tangguhnya wanita berambut emas yang mendekat dan merentangkan tangannya menyambut hangat kehadiran Ruri. Tanpa berfikir dua kali Ruri langsung berlari menerjang dan memeluk wanita didepannya. Keduanya tertawa sekaligus menangis. Oh, ini adalah tangis kebahagiaan.

"Selamat datang kembali sayang. The Gold Guardian merindukanmu"

---------------------------------------------------------------

Ditempat yang berbeda, diwaktu yang sama terlihat seorang pria yang berlari keluar dari sebuah pesta yang diadakan disebuah mansion. Tepatnya pesta ulang tahun dari seorang Alfa. Frederick Constantine.

Pria itu tergopoh-gopoh memasuki sebuah bangunan yang menyerupai gudang tempat penyimpanan barang-barang bekas. Dengan terburu-buru dia membuka gembok yang menggantung dipintu dan mendorong pintu hingga terbuka, masuk dan menutup kembali dengan cepat. Tidak mengizinkan bahkan semilir angin pun untuk ikut masuk. Entah apa yang disembunyikannya didalam.

Langkah kakinya terus berjalan memasuki kegelapan. Tangannya menyambar sebatang lilin yang memang sengaja diletakkan disana. Dengan cepat dia menyalakan sumbunya. Cahaya temaram lilin tidak berhasil memberikan penerangan yang berarti pada gudang yang gelap dan lembab itu. Langkahnya mendekati sebuah cermin tua setinggi tubuhnya. Cermin usang yang sudah retak dibeberapa bagian. Bagai orang merindu, pria itu memeluk erat cermin didepannya dengan erat. Hanya orang gila lah yang akan menganggap tingkah lakunya adalah hal yang wajar.

"Sayang...sayang...aku berhasil...aku berhasil. Sekarang kau bisa tenang. Tidak akan ada lagi yang perlu kau takutkan..."

Tangan pria gila itu membelai-belai dengan lembut kepala cermin bagai merayu seorang kekasih.

He Reject MeWhere stories live. Discover now