Chap 16

7.9K 509 10
                                    

Kesunyian malam begitu terasa didalam hutan yang baru saja diperciki hujan gerimis. Tidak ada terdengar suara satupun kehidupan disekeliling tanah kosong itu.

Siiing

Terlihat setitik cahaya yang perlahan-lahan melebar dan dengan cepat memancarkan sinar bagai sebuah ledakan tanpa suara. Cahaya itu terus berpendar membentuk lingkaran putih yang begitu kontras dengan keadaan disekelilingnya.

Seiring waktu, cahaya terang itu meredup dan perlahan-lahan menghilang meninggalkan tiga sosok yang berdiri tepat dimana cahaya tadi berada.

Dengan santai ketiga sosok itu berjalan pelan mendekati tiang-tiang yang tersusun sedemikian rupa hingga membentuk sebuah gapura. Pintu masuk perbatasan.

Salah satu sosok berambut merah berjalan mendekati rekannya dan langsung merangkul bahu pria yang menatap gapura itu dalam diam.

"Kau pernah kesini kan, Chest? Apa disini gadis-gadisnya menarik?" tanya Valix berseri-seri dan hanya ditanggapi Chest dengan helaan malas.

"Aku kesini hanya untuk memasang kamera, jika kau lupa." jelas Chest

Valix mengangkat alisnya dengan raut kaget yang jelas penuh kepura-pura.

"Apa kau gila?! Paling tidak lihatlah sekelilingmu. Gadis-gadis were terkenal liar diranjang, Chest!" ujar Valix sambil menggoncang-goncangkan bahu Chest dan malah membuat pria itu naik darah. Dengan kasar Chest menepis tangan Valix dan memukul kepala pria phoenix itu dengan ponsel yang sedang dimainkannya.

"Ouch! Teganya kau!"

"Salah sendiri!" balas Chest ketus

"Jika kalian ingin tetap disini, terserah. Aku masuk!"

Kedua pria itu memandang sosok Lili yang berjalan cepat dengan kaki yang dihentak-hentakkan keras ketanah. Dari jauh terlihat Lili yang berbicara dengan dua orang penjaga gerbang.

"Kenapa dia?" tanya Valix heran, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

Chest hanya bisa memutar bola matanya mendengar kalimat penuh ketololan dari rekan merahnya ini.

"Bodoh!" ujar Chest pelan dan berjalan cepat meninggalkan Valix yang masih kebingungan.

Salah satu penjaga mengantarkan mereka langsung bertemu dengan wakil Alfa, Mark.

"Kalian silahkan duduk disini. Saya akan panggilkan Alfa." Mark melirik kearah Lili, yang dibalas kerlingan menggoda dari wanita itu. Pipi Mark merona dan langsung bergegas menuju ketempat Erick. Lili terkikik geli.

Terdengar bisik-bisik yang sangat mengganggu disekitar mereka. Sunggu Lili risih dengan suasana ini. Bagaimana tidak jika ada segerombolan shewolf dan hewolf yang terang-terangan mengamati mereka. Bahkan orang-orang bodoh itu hanya berjarak tiga meter dibelakang sofa yang mereka duduki.

"Ya, ampun tampan sekali...OH MOONGODESS, DIA MELAMBAI PADAKU. MANISNYA!"

Dan sumpah itu bukan lagi bisikan namun teriakan. Lili melempar pandangannya pada Valix yang tersenyum dan melambai-lambaikan tangan kearah gerombolan shewolf muda. Menebar pesonanya.

Lili menahan murkanya dengan menandaskan teh yang disediakan Casey, si pelayan. Chest terlihat mengabaikan tingkah kedua rekannya, padahal dia sedang menunggu tontonan penuh hiburan dari pasangan aneh ini. Namun sepertinya niatnya harus tertunda saat mendengar langkah kaki yang kuat dan penuh wibawa mendekati mereka.

Ternyata bukan hanya dia yang menyadari kedatangan sang Alfa. Valix dan Lili pun menarik atensi mereka kearah suara kedatangan Frederick Constantine, Alfa yang me-reject ketua mereka.

He Reject MeWhere stories live. Discover now