4 - Menolak Mendekat

772K 35.7K 2K
                                    

She's a monster with a beautiful face.

-Raga Angkasa- 

Ketika pelajaran terakhir usai dengan guru melangkah meninggalkan kelas, sebuah lengan tiba-tiba melilit leher Raga dari belakang. Membuatnya mendongak ke atas karena ditarik cukup kencang. Sedangkan tangan kanan cowok itu yang hendak memasukkan buku juga ditahan seseorang. Membuatnya terkunci tak bergerak.

"Vin, pegangin tangan yang ono. Elah pake diem. Cepetan, njing!" ucap Wahyu memerintah. Kevin tampak memutar matanya lalu memegangi tangan Raga dengan malas.

"Lo pada ngapain?" Tanya Raga santai. Seolah kelakuan teman-temannya itu memang wajar. Seluruh kelas yang sudah bersiap pulang pun memperhatikan mereka sambil lewat.

"Kita gak bakal lepasin lo sebelum lo cerita!" Ujar Adnan yang bertugas mengunci leher Raga. Mengerti jika topik yang akan dibahas adalah hal yang sama, Raga tidak bisa menahan dengusannya keluar.

"Gimana bisa lo tiba-tiba disosor Metta? Metta ini, njir Mettaaa... Metta yang gue tanya!" Tambah Wahyu berteriak di telinga Raga. Cowok itu hampir menggulirkan matanya keluar. Persis sama ketika menyaksikan kejadian tadi siang di lapangan.

"Apa, sih bego jauh-jauh." Ucap Raga jengah atas perbuatan teman-temannya.

"Apa hubungan lo sama Metta? Kenapa lo bisa-bisanya dicipok cewek paling seksi di sekolah? Di lapangan pula! Ditontonin anak satu sekolah! Anjirrr!" Kali ini Wahyu yang meneriaki kuping Raga.

"Padahal tiap kali kita kita ngomongin Metta lo selalu antipati. Belagak gak suka. Nyatanya apa hah kampret dasar!" Lanjut Adnan tidak terima.

Merasa risih dengan pegangan teman-temannya, dan juga omong kosong yang mereka bicarakan, Raga menarik tangannya yang di pegang oleh Kevin dengan mudah. Terlalu mudah karena sepertinya Kevin pun tidak berniat memegangi Raga sama sekali. Dibanding Wahyu dan Adnan yang bersikap heboh, Kevin justru terlihat bingung.

Raga kemudian memelintir tangan Wahyu yang memeganginya, lalu menarik lepas belenggu Adnan di leher. Sangat mudah bagi Raga melakukan itu semua meski teman-temannya sudah mengerahkan tenaga lebih.

"Njir, kuat bener," gumam Adnan mengusap pergelangan tangannya yang tadi di cengkram Raga. "Lo makan lem super apa gimana. Kita bertiga lo sendiri, buset."

Wahyu menoyor kepala Adnan kesal. "Fokus, crut," lalu kembali menatap Raga. "Jadi kenapa? Lo pacaran sama Metta? Gimana bisa? Sejak kapan?"

"Gue gak pacaran sama itu cewek." Jawab Raga tenang. Jawaban yang sudah ia sampaikan juga sebelumnya namun tidak digubris sama sekali. Baginya, menanggapi todongan pertanyaan teman-temannya sejak tadi sangat menyebalkan. Membuatnya ingin segera pergi dari sana.

Raga melihat layar ponselnya. Ada sebuah pop up dari jadwal yang sudah ia setting sebelumnya muncul di layar. Membuat Raga berkemas dengan segera karena tidak ingin terlambat.

"Lo mau kemana, etdah belum selesai ini kita ngebahas." Tahan Wahyu. "Kalo lo emang gak pacaran, terus jelasin sama kita-kita kenapa Metta nyium lo depan anak-anak? Maksud gue kenapa dia nyium lo, kenapa gak gue?"

"Nah!" Ujar Raga kesal. "Cewek gila itu kan yang nyium gue. Lo tanya aja sendiri sama orangnya. Jangan ngerecokin gue." Raga bangkit sembari menyampirkan tasnya di bahu. "Lo ikut?" Tanyanya kemudian pada Kevin yang sedari tadi hanya diam.

"Gak deh. Gue ada urusan hari ini." Sahut Kevin.

"Oke, gue duluan." Ucap Raga seraya beranjak pergi.

"Anjing sini gue belum selesai!" Sergah Adnan ingin menyusul namun bahunya di tahan Kevin.

"Kampret dasar. Luarnya aja itu bocah keliatan baik-baik. Dalemnya ngabet juga kan. Beneran pacaran sama Metta mah gue yakin." Timpal Wahyu tak mau kalah lalu mulai sibuk dengan ponselnya untuk ikut meramaikan gosip di timeline sekolah.

SIN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang