[Part 3] Sial Bertubi-tubi

Start from the beginning
                                    

"Awas aja kalo sampe ada yang hilang!" Rakha memberikan peringatan keras.

Raya tak peduli. Ia menjulurkan lidahnya kemudian berlari melewati Rakha untuk kembali ke kamarnya.

"Hey tunggu!"

"Rakha! Jawab Mama!"

Rakha mengurungkan niatnya untuk mengejar Raya. Dengan terpaksa, ia kembali menoleh ke arah mamanya.

"Rakha capek, Mah. Rakha mau istirahat dulu."

"Rakha!"

Rakha tak menghiraukan panggilan mamanya, kemudian mulai menaiki anak-anak tangga menuju kamarnya. Ia sudah cukup lelah hari ini meladeni sifat keras kepala Adela, ditambah omelan panjang om Aryo di mobil selama perjalanan pulang tadi. Belum lagi mamanya berniat menyeramahinya. Ia tidak akan sanggup.

Apalagi telapak tangan kanannya sejak tadi berdenyut kesakitan akibat gigitan cewek keras kepala, Adela. Lengkap sudah penderitaan Rakha.

--<><>--

Adela berdiri mematung menatap sederet poster yang menempel memenuhi dinding di kamar itu. Juga pernak pernik khas cewek yang terpajang rapi di meja belajar. Serta bed cover dan selimut itu semuanya membuat Adela syok di tempat. Wajah cowok itu memenuhi seluruh ruangan ini.

Bagaimana bisa Adela baru menyadarinya sekarang padahal ini bukan kali pertama ia masuk ke kamar ini?

"Duduk dulu aja, Mbak. Non Imel lagi ke toilet sebentar. Ini saya bawakan minuman dan sedikit cemilan."

Adela tersentak, suara dari arah pintu membuatnya menoleh. Bi Imah—asisten rumah tangga rumah ini baru saja masuk dan meletakkan nampan yang berisi dua gelas jus tomat dan kue-kue kering ke atas meja kecil di tengah kamar.

"Eh? Iya, makasih Bi Imah," jawab Adela yang masih setengah terkejut.

"Kalo gitu saya pamit dulu. Kalo perlu apa-apa, cari aja saya di belakang."

Adela mengangguk sambil tersenyum kecil, mengiringi Bi Imah yang sudah menghilang di balik pintu.

Tak lama kemudian sosok yang ditunggu akhirnya datang. Imel masuk ke kamarnya sambil memangku tangannya di dada begitu melihat Adela.

"Yuk, kita lanjutin pembahasan pelajaran matematika minggu lalu," ajak Adela yang mulai duduk lesehan di karpet, lalu mengeluarkan buku-buku pelajaran dari dalam tasnya dan meletakkannya di atas meja kecil di tengah kamar.

"Aku nggak mau lagi les private sama Kak Adel!" kata Imel angkuh yang masih kokoh berdiri di dekat pintu kamarnya, enggan masuk lebih dalam.

Gerakan tangan Adela terhenti ketika berniat mengeluarkan alat tulis dari dalam tasnya. Ia mengangkat kepalanya dan menatap Imel dengan kening berkerut. "Loh, kenapa?" tanyanya heran.

"Karena Kakak tunangannya Rakha! Kenapa Kakak nggak pernah cerita? Padahal Kak Adel tau sendiri kalo aku Arlov!"

Adela akhirnya bangkit berdiri. Sesekali ia edarkan pandangannya melirik berbagai atribut yang menampilkan foto Rakha dalam berbagai gaya, sampai akhirnya ia kembali menatap Imel yang tampak sedih.

"Imel, Kakak sama idola kamu itu nggak ada hubungan apa-apa. Pemberitaan itu cuma gosip!"

"Pokoknya Imel nggak mau Kak Adel jadi guru les Imel. Kak Adel itu udah jadi musuhnya Arlov. Kakak udah bikin kami patah hati!" rengek Imel hampir menangis.

Adela akhirnya bergerak. Ia mendekati Imel lalu mengusap rambut panjang cewek yang lebih muda 4 tahun darinya itu.

"Imel, jangan cengeng gitu ah. Ngefans sih boleh-boleh aja, tapi nggak boleh sampe fanatik. Nanti malah sakit hati! Kakak nggak pernah cerita sama kamu karena memang Kakak nggak punya hubungan apa pun sama Rakha."

Imel menepis tangan Adela dengan kasar, kemudian menjauh. "Pokoknya Imel tetep nggak mau liat Kak Adel lagi!" ucapnya sambil meraih buku-buku milik Adela di atas meja kecil, lalu memasukkannya kembali ke dalam tas Adela. "Kak Adel pulang aja! Imel akan minta Mami cari guru les lain!"

Dengan terpaksa Adela menyambut tas miliknya yang baru saja disodorkan Imel padanya. "Tapi ...," ucapan Adela menggantung karena dengan cepat Imel membalikkan tubuhnya dan mendorongnya hingga keluar dari kamarnya.

"Imel nggak mau ketemu Kak Adel lagi!" bentak Imel sebelum akhirnya membanting pintu kamarnya tepat di hadapan Adela.

Adela hanya bisa menghela nafas berat sambil memejamkan matanya rapat-rapat. Ia kesal ketika menyadari begitu banyak kesialan yang harus diterimanya sejak bertemu dengan cowok idola itu.

TBC

Hai Readers~ makasih buat voment di part-part sebelumnya. Ternyata malah banyakan yang mau jadi Adela Lover daripada Arlov. Kalo udah pindah haluan, kasih tau ya.. wkwkwk

Satu per satu permasalahan mulai bermunculan nih. Jangan ketinggalan lanjutannya hari sabtu ya... :)

Salam,

Pit Sansi

Just be Mine [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now