Pahit

126 2 1
                                    

Seperti sudah terenca sedari awal,
Aku menemukannya ketika aku merasa tenang.
Awalnya semua lancar,
Namun, senyumnya bagai ombak yang kian lama mengikis pertahananku dalam kesendirian.

Dia suguhkan senyum yang memikat.
Tak lupa tawarkan kasih dan sayang yang terikat.
Sosoknya cepat akrab layaknya gunakan kekuatan kilat.

Ya begitulah setelah berhari hari.
Aku diberikannya kekuatan untuk membuat rencana di ruang imaji.
Sampai lupa kenyataan pahit yang sudah menanti.

Singkat dan menyakitkan, kau malah pergi ketika pahit sudah berhadapan.
Seperti seorang yang sudah mahir menyusun cinta bermodalkan perhati.
Kau juga seseorang yang paling handal membuat sakit hati.

Aku yang sedari awal menepis pahit yang akan terjadi,
Tapi kau dengan tenang berjalan pergi.
Benar yang orang kata,
Kamu seperti rumah yang ku sewa dari tubuh seorang wanita yang terluka.

[Maafin kalau absurd, masih belajar. Dengan sedikit berani ya aku publish, meskipun sebenarnya berantakan.]

sepotong kisah masa laluWhere stories live. Discover now