Ah...Sudahlah

65 0 0
                                    

Pada garis kenyataan, aku tak semudah itu melupakan.
Setiap malam, selalu saja terbayang.
Bagaimana posisi duduknya ketika dia angkat panggilan suara dariku.
Suara diujung sana masih menggema memenuhi rongga telingaku.

Kerutan menunjukan kesedihan, pikiran yang terasa kacau, dan hati yang merasa kesepian ternampak jelas setiap malam.
Aku, ditinggalkannya tanpa kepastian.

Bagaimana tak merasa sedih sampai hati merasa sepi, jika banyak janji tak terpenuhi ketika diantara kami masih mengatasnamakan cinta dan kasih?

Ah...
Sudahlah

Biarkan aku menjadi penunggu yang paling tulus.
Meski kata cinta yang dulu sudah mulai tak terurus.

Maafkan jika aku salahsatu manusia yang paling payah terkait soal ditinggalkan.
Yang paling menjerit terjadi-jadi sendiri.
Yang berubah menjadi sosok melankolis dan terasa paling di sakiti.
Sampai fajar bertugas, aku masih asyik duduk sendiri di ruang sepi.

Seminggu kepergiannya sudah menjadikan garis hitam di bawah mataku tergambar, sampai rambut yang semrawut sudah lagi tak terjamah sisir.

Teman-temanku menanyakan perihal apa yang dia tinggalkan sampai bisa menciptakan aku yang sekacau ini.
Mereka berusaha mati-matian untuk menjadikan bibir yang menyunggingkan senyuman.
Mereka selalu bersedia dengarkan ketika ada bait-bait sajak baru yang kuciptakan.

Dan sekarang aku sudah menerka, nama siapa pada hatinya yang tertera.
Sudah mengerti, bahwasannya dia hanya bermain hati.
Dia tak cocok denganku yang sibuk bermain dengan rima, tapi dia terus saja senang mempermainkan cinta.

sepotong kisah masa laluOnde as histórias ganham vida. Descobre agora