Duapuluh Lima

2.2K 184 1
                                    

Aku berjalan di tempat yang sama lagi. Ini penolakan yang ke berapa? Aku tidak tahu, semakin banyak penolakan yang kuterima semakin terbiasa rasanya. Namun rasa sakitnya semakin bertambah.

Justin mengusirku.

Ia menyukai sahabatku.

Dan aku seharusnya tahu itu. Saat Justin bilang bahwa ia melakukan semua ini untuk Carly, aku seharusnya sadar. Bahwa tidak ada ruang lagi untukku di hatinya.

Aku jadi teringat pada sebuah buku absurd yang pernah kubaca di toko buku Dylan, ‘The Stupid Lost Girl’. Habis kucerca isinya karena pembahasannya  yang benar-benar konyol dan klise. Namun sekarang aku berpikir, bahwa buku tersebut benar-benar menggambarkan nasibku saat ini.

Kutanyakan pada diriku sendiri, apa tujuanku setelah memilih untuk menyerah.

Menyusul Carly ke Paris? Di atas dia adalah alasan dari penderitaan ini, dia tetap sahabatku. Dan aku tidak pernah menyalahkannya. Tidak ada yang salah pada orang yang mencintai. Karena cinta itu datang seperti hujan. Jatuh di gurun maka lebih besarlah perjuangannya.

Ku hembuskan napas, mencoba menghibur diri dengan terus berpikir tentang menu makan malam apa yang harus kubuat. Sekalipun aku ragu rasanya akan seenak masakan Carly, ataupun kenyataan bahwa aku tidak memiliki nafsu makan apapun… untuk saat ini.

Tapi tetap saja kulakukan. Setelah sampai di apartemen, aku segera menuju dapur. Mencuci tangan dan mulai memasak apapun yang ada dalam kulkas.

***

Setelah semuanya tersaji di meja makan, aku menatap hasil karyaku dengan puas. Aku terkekeh sendiri. Jangan menilai sesuatu dari luarnya saja. Piring-piring yang terisi masakanku memang tampak begitu lezat, namun rupanya jauh dari rasanya.

Suara bel apartemenku berbunyi. Sambil menerka siapa gerangan yang berkunjung malam-malam begini, aku berjalan ke pintu sambil melepas celemek. Sejenak kulirik monitor di samping pintu, tampak wajah Dylan di sana. Ada apa bosku itu berkunjung malam-malam begini?

“Hai Dyl… mmmmm!!!” baru saja kubuka pintu dan tersenyum padanya, ia langsung membekap mulutku dengan kuat. Aroma menyengat merasuk ke dalam indra penciumanku. Dan sebelum kesadaranku habis, kulihat celemek yang baru saja kukenakan tergeletak di pintu, menghalaunya tertutup. Dan setelahnya, aku berdoa agar Dylan tidak menyadari hal itu. Kemudian, aku benar-benar melihat kegelapan.

***

HEART MILES (JB) ✔Where stories live. Discover now