Dua

4.6K 316 2
                                    

Aku melirik jam yang detiknya terus berdentum pada dinding kamarku, pukul setengah delapan. Satu jam lagi Carly akan menjemputku, jadi aku masih mempunyai banyak waktu mengerjakan tugas-tugas kuliahku. Sungguh aku tidak tahu pasti apa yang tengah kukerjakan saat ini. Aku bukanlah seorang gadis pintar. Aku hanyalah gadis bodoh, kutu buku, dan anti-sosial. Kendati seperti itu, aku sama sekali tidak merasa risi pada diriku sendiri.

Carly adalah satu-satunya orang yang mau menjadi temanku. Aku yakin dia tulus. Dia adalah seorang anak kaya raya, dia bisa mendapatkan apa yang diinginkannya, dia juga pandai bergaul dan... cantik (aku tidak meragukan hal itu), tubuhnya terpahat sempurna bak model-model yang sering kulihat di majalah fashion-nya. Seharusnya Carly merasa risi memiliki sahabat sepertiku, tapi ternyata dia tidak. Dia bahkan tidak malu saat mengenalkanku dengan teman-temannya yang tentu saja dari kalangan atas juga.

Sebuah ketukan di pintu mengalihkan fokusku. Akupun bangkit dari kursi dan berjalan keluar kamar.

Kulihat Carly dengan cengiran lebarnya di depan pintu apartemenku. Tanpa menungguku mengatakannya, dia sudah lebih dulu masuk ke dalam. Aku mengekori langkahnya menuju sofa setelah sebelumnya menutup kembali pintu apartemenku (memastikan aksesnya terkunci juga).

Kulihat Carly menatapku. Dari bawah ke atas kemudian kembali ke mataku, "Kau belum bersiap-siap?"

Aku mengangguk lemah. Berjalan menghampirinya kemudian menjatuhkan tubuhku ke sofa di sampingnya.

"Oh tidak tidak! Kau harus bersiap-siap karena kita akan berangkat satu jam lagi." Carly mendorongku untuk bangkit.

Aku mengalah dan memilih untuk mandi setelah melalui perdebatan kecil dengannya. Carly menungguku di dalam kamarku. Dan aku yakin saat ini ia tengah mengacak-acak lemariku.

Dan saat aku keluar, dugaanku benar. "Carly?!" aku terkejut menatap ranjangku yang kini sudah dipenuhi pakaian yang benar-benar acak-acakan. Aku mendekatinya, mengambil salah satu pakaian yang tergeletak begitu saja, setelahnya aku mengernyit bingung. Aku tidak mengenali pakaian-pakaian ini.

"Pilihlah salah satu! Beberapa aku ambil dari lemarimu dan beberapa lagi dari lemariku dan beberapa lagi... dari butikku." Aku menganga lebar karena ucapannya. Sungguh?! Sejak kapan dia membawai pakaian dari butik dan lemarinya sendiri kesini?

"Jangan berlebihan Carl! Aku masih punya banyak pakaian yang layak untuk kugunakan pada pesta ini. Jadi aku pilih yang kau ambil dari lemariku saja." Aku tersenyum padanya dan hendak meraih sebuah dress hitam milikku tapi tangannya langsung menghalangi, membuatku mengernyit. "Ada apa?"

"Tidak! Aku berubah pikiran. Kau hanya boleh menggunakan pakaian yang kubawa dari butikku. Yang ini!" Carly menunjuk sebuah dress ketat berwarna merah (yang menurutku bentuknya terlalu heboh).

"Hm..." aku mencoba menimbang-nimbang. Dress merah ketat yang sungguh sangat terbuka itu sebenarnya sangat bagus dan begitu elegan atau lebih tepatnya seksi! Sangat seksi, tapi aku kurang percaya diri jika digunakan oleh tubuhku yang tidak seindah Carly. Jadi akupun menggeleng pasti dan menunjuk sebuah dress berwarna ungu tua yang telah menarik perhatianku beberapa detik yang lalu.

"Yang ini?" Carly mengangkat dress tersebut dan menatapnya penuh penilaian, kemudian beralih menatap tubuhku. Seperti itulah untuk beberapa saat hingga akhirnya dia mengangguk setuju.

Aku benar! Dress ini memang sangat cocok denganku. Bagian atasnya yang sedikit ketat kemudian bagian bawahnya yang menjuntai jatuh hingga lututku. Ditambah dengan sebuah pita yang mengikat bagian pinggang untuk menambah kesan manis namun juga elegan. Sangat setara dengan heels berwarna hitam pemberian Carly yang memaksaku untuk memakainya.

HEART MILES (JB) ✔Where stories live. Discover now