Tujuhbelas

2K 199 2
                                    

Justin benar-benar membawaku pada makan malam yang singkat. Dan di sinilah aku sekarang, di sebuah tempat yang sangat ramai dengan musik yang menghentak. Entah apa maksud Justin membawaku ke tempat seperti ini. Dia hanya terdiam saat aku bertanya.

Kulirik Justin di sampingku yang ternyata juga tengah menatapku. Aku tidak tahu berapa lama, dan karena magnet yang membuatku tidak kunjung beralih darinya.

"Kau haus?" bisik Justin di telingaku. Aku menggeleng. Karena aku tahu jenis minuman apa yang tersedia di tempat seperti ini.

Justin mengangguk kemudian kembali meminum cairan merah bening di gelasnya.

"Justin... aku ingin pulang," kataku, sedikit berteriak karena musik yang sanga keras.

Justin tersenyum padaku. "Nikmatilah, Kayla. Bukankah kau butuh hiburan? Aku akan memberikannya padamu."

Aku mengernyit karena ucapannya. Belum sempat aku bertanya, Justin sudah lebih dulu mendekat dan menciumku dengan keras. Aku hampir terdorong ke belakang jika saja tangannya tidak menahan punggung dan belakang kepalaku.

Aku masih belum membalas perlakuannya. Terlalu bingung dan tiba-tiba ini membuatku marah. Justin menggigit bibir bawahku dan aku mengaduh sakit karenanya. Bukan perasaan bahagia yang familiar seperti setiap kali dia menciumku. Kali ini, rasanya menyakitkan. Aku menarik rambutnya agar menjauh, serta memukul dadanya keras. Tapi Justin malah mencengkram kedua tanganku, menyandarkanku di sofa dan kembali menciumku. Lebih kasar dari sebelumnya, dan lebih menyakitkan.

Aku tidak tahu apa yang menimpa pria ini. Dia begitu keterlaluan. Dan aku begitu bodoh dan lemah karena tidak bisa melawan. Jadi yang kulakukan hanya menangis, saat tangan Justin meraba pahaku dan mengangkat dressku. Tanganku yang bebas kembali memukulnya, meronta, tapi Justin tidak kunjung berhenti. Pria ini seperti kesetanan.

Dalam sekali gerakan, Justin membawaku ke pangkuannya. Dia mendekat lagi hendak menciumku, tapi segera kutangkup wajahnya. Menahannya lembut, kuusap pipinya. Sedangkan air mata masih mengalir di wajahku. Ada sesuatu yang semu terasa meremas jantungku. Membuatnya meminta segera dikeluarkan.

Justin membuka kedua matanya, menatapku dengan tatapan yang tidak pernah kukenal. Matanya menggelap, dan dia menyeringai penuh arti padaku.

"Kau cantik, Kayla. Aku sangat menginginkanmu saat ini." Dia berbisik serak, saat tangisanku semakin tersedu-sedu.

Aku menjauh darinya, beruntung karena pegangan Justin di punggungku tidak seerat sebelumnya. Dia ikut berdiri, ada kemarahan yang tersirat dari tatapannya. Sebelum aku sadari, aku telah menamparnya. Wajahnya terhentak ke kanan, ada jejak merah di pipinya. Itu pasti menyakitkan, karena tanganku juga masih terasa perih. Tapi satu tamparan tidaklah cukup untuk menyaingi sakit di hatiku. Kemudian kutampar ia sekali lagi.

"Aku bukan jalangmu." Aku berucap ditengah tangisku.

Justin mengangkat wajahnya dan menatapku dingin. Aku benci dengan tatapannya malam ini.

Dia terkekeh. "If you're not, then what are you?"

Aku memejam sebentar. Tidak kuasa menahan sesak di dada, hingga akupun memilih berbalik tanpa berkata-kata. Justin tidak menghentikanku. Dia memang bajingan!


***

HEART MILES (JB) ✔Where stories live. Discover now