41. Puji Pujian

2.5K 377 201
                                    

Serial HAMASSAAD – 41. Puji Pujian

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2016, 12 Oktober

-::-

"Lo tahu kalimat, shalaatullaah salaamullaah, gitu-gitu ngga?" tanya Jevin pada Bima usai mereka melaksanakan shalat Magrib

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo tahu kalimat, shalaatullaah salaamullaah, gitu-gitu ngga?" tanya Jevin pada Bima usai mereka melaksanakan shalat Magrib.

Jevin sengaja meminta Bima untuk tetap berada di masjid kampus karena ada beberapa pertanyaan yang ingin ia ajukan perihal Islam.

"Shalawat ya?" Ben balik bertanya. Dia sendiri baru selesai program tahsin atau membaguskan bacaan bersama Bima sejak bakda Asar. Bacaan Quran-nya kini sudah lumayan bagus.

Berniat memejamkan matanya, Hamas sibuk merebahkan diri di atas karpet, tidak jauh dari tiga orang tadi. Saad masih konsentrasi dalam duduk bersimpuhnya, melafalkan baris zikir lewat lisan lembutnya. Shidiq duduk agak jauh dengan yang lainnya agar bisa bertilawah agak beberapa lembar.

"Shalawat badar?" Bima juga balik bertanya. Jevin terlihat jengah.

"Mana gue tahu. Makanya gue nanya," balas Jevin. Belakangan dia akrab dengan Bima, menanyakan beberapa hal secara langsung. Menolak bertanya lewat ponsel karena dikhawatirkan pemahamannya masih jauh.

"Iya, itu shalawat badar."

"Shalawat itu apaan?" tanya Jevin lagi, masih pada Bima. Sementara Ben sudah sibuk dengan ponselnya.

"Untuk makna, shalawat dilihat dari pelakunya. Kalau shalawat itu datangnya dari Allah Ta'ala, berarti memberi rahmat kepada makhluk. Shalawat dari malaikat berarti memberikan ampunan. Sedangkan shalawat dari orang-orang mukmin bisa berarti doa agar Allah Jalla Jallaahu memberi rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alayhi Wasallam dan keluarganya," jelas Bima. Membuat Ben mendongakkan wajah, beralih dari ponsel dan bergegas menyimpan ponsel tersebut di tas, demi menyimak pembahasan Bima.

"Kita? Doa ke Allah buat Nabi?" tanya Jevin dengan raut tak mengerti. "Aneh banget."

"Maksudnya?" Bima mengernyitkan kening. Sepengetahuannya, Jevin ini muslim dari lahir. Kenapa merasa aneh dengan shalawat?

"Nabi kan manusia mulia, Bim," ucap Jevin. "Ngapain kita doain, jelas-jelas Nabi tuh udah di surga. Ya ngga?"

Hamas menoleh ke arah Jevin begitu mendengar pertanyaan barusan. Dia sebal sekali dengan kehadiran orang ini. Beberapa kali hadir di masjid kampus dan merecoki Bima dengan pertanyaan-pertanyaan yang aneh. Bima, setiap kali ada pertemuan dengan Jevin, pasti meminta Saad untuk hadir juga. Sebagai ancang-ancang semisal Bima tidak sanggup menjawab pertanyaan Jevin. Jadi terpaksa Hamas ikut juga. Daripada di rumah, pikir Hamas.

Bima menyunggingkan sudut bibir kanannya. Matanya melirik Saad yang masih saja sibuk duduk dan berzikir.

"Assalamu'alaykum!"

[✓] HAMASSAAD Ukhayya HabibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang