17. Belajar Shalat

3.5K 443 236
                                    

Serial HAMASSAAD – 17. Belajar Shalat

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2016, 1 September

-::-

"Ad, coba lau shalat dah," kata Hamas sambil dorong-dorong Saad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ad, coba lau shalat dah," kata Hamas sambil dorong-dorong Saad. Mereka baru tiba di kontrakan Saad sehabis shalat Isya. "Buruan napa sik..."

Saad nengok-nengok doang aja didorong begitu. Meski dia rada sebel juga kenapa sahabatnya mendadak aneh. "Ngapain sih, Mas?"

"Udah, buru!" Hamas menggelar sajadah yang tadi tersampir di pundak kanannya. "Coba shalat dah, gue mau lihat!"

"Ya tapi kiblatnya salah tuh."

Saad menunjuk kepala sajadah yang menyerong ke kanan, alias berkiblat asal. Hamas bergegas merundukkan tubuhnya, menggeser lembar sajadah hingga pas menghadap sofa.

"Nah, udahan, Ad. Buruan shalat..." perintah Hamas dengan mendesak. "Buru ngapa, boi! Ettdah malah dokem?!"

"Emang ada apaan sih, Mas? Kok ngedadak bang―"

"Ah, bawel bat!" oceh Hamas dengan berkacak pinggang. "Gini, gini," katanya, melemaskan pundaknya sendiri. "Gue butuh tahu, cara shalat yang baik dan benar. Yang sesuai dengan tuntunan..."

Saad menyentuh kening Hamas. "Kok ngga panas ya?"

"Lu kata jidat gue oven?!" seru Hamas sembari menyingkirkan tangan Saad dari keningnya. "Seriusan, Ad. Gue sik ngerasa gerakan shalat gue banyak yang salah. Kayak fokus pas berdiri aja gue bingung. Apa lihat imam, apa gimana... Sedekap juga. Gue perhatiin, lo di bawah dada, tapi ada yang di dada, ada yang di perut. Yang bener yang mana?"

Saad nyengir, bikin Hamas snewen.

"Tuh kan dia mah malah nyengir..." keluh Hamas. "Sengaja lu yak ngeledek gue?"

"Bentar, bentar," Saad mengangkat tangan kanannya, lalu menurunkannya lagi dan kedua kakinya satu per satu menjejak sajadah yang tadi dihamparkan oleh sahabatnya. "Posisi kedua kaki segini. Kira-kira selebar bahu aja. Jadi pas untuk duduk tahiyat. Kalau lagi jamaah, kedua kaki mesti nempel satu sama lain. Tujuannya agar setan ngga bisa ikutan masuk."

"Lah bagus kalau setan ikutan masuk? Jadi insap dong dia?"

"Mas..."

"Eiya, iya, becanda settdah muka lo ganas amat..."

"Ya lagian sih. Kalau iya setannya insyaf. Kalau malah ganggu shalat antum? Lagian mana ada setan insyaf sedangkan takdir untuk mereka sudah jelas?"

"Iya, Saad Ibnu Umar, gue paham," kata Hamas lagi dan mulai melebarkan kaki, sesuai dengan perkataan Saad. "Kalau takbir?" tanyanya.

"Allaahuakbar..."

*masyaaAllah suaramu, A...*

Saad mengangkat kedua tangannya, lima jarinya berdempetan rapat bin rapi dan terangkat sejajar kedua telinga hingga kemudian kedua tangannya bersedekap tepat di bawah dada. Jemari kanannya kuat mencengkeram pergelangan tangan kirinya dengan telunjuk lurus mengarah ke patahan siku. Dan lagi-lagi Hamas meniru.

[✓] HAMASSAAD Ukhayya HabibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang