40. Mengejar yang Allah Janjikan

3K 368 189
                                    

Serial HAMASSAAD – 40. Mengejar yang Allah Janjikan

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2016, 11 Oktober

-::-

Jam dua siang, Hamas dan Saad tiba di masjid kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam dua siang, Hamas dan Saad tiba di masjid kampus. Duduk di teras masjid dan melepas sepatu mereka. Keduanya bersantai sejenak. Berencana menunggu waktu Asar di sini saja sebelum kembali ke rumah masing-masing.

"Kayaknya butuh hiburan sih nih, Ad," kata Hamas dengan dua tangan di belakang duduknya, menyangga tubuh sementara kepalanya terdongak menghadap langit cerah. Matanya terpejam.

"Bentar lagi main kuda kita," kata Saad sembari mengecek ponselnya yang dipenuhi notifikasi. "Ikhwanul Academy jangan lupa."

"Ya ngga lupa lah! Kan udah bayar, gimana sik."

Saad tertawa. Dia memerhatikan sekeliling seraya menempelkan ponselnya di telinga.

"Di masjid, Bim. Keluar lah."

Sambungan telepon terputus. Saad mengangkat tangan begitu melihat Bima berjalan santai menghampiri dua tiang listrik yang sedang merehatkan tubuh di teras masjid kampus. Bima terlihat seperti bocah bersama dua pamannya jika sedang bersama duo ganteng.

"Baru apa dari tadi?" tanya Bima, menjabat tangan Saad dan Hamas bergantian.

"Baru kelar ini kelas," kata Hamas. "Ada makanan ngga lu, Bim?"

"Ngga ada, Mas. Tadi bukan ke kantin sih beliin gue batagor kek," sahut Bima.

"Yailah, sempetan amat. Gue aja ke sini mau tidur nungguin Asar, nyet..." Hamas merebahkan tubuhnya, berguling ke kanan, memunggungi dua temannya. "Order pizza mau ngga lu pada?"

"Ngga ah. Gue mendingan martabak," tandas Bima cepat.

"Martabak Orins ye?" usul Hamas.

"Boleh. Yang toblerone," jawab Bima. "Antum mau yang apaan, Ad?"

"Apa aja lah."

"Gue martabak telor aja ah. Mau yang ga manis. Gue pan udah manis..." Hamas mengambil ponselnya sambil cekikikan. Membuka aplikasi ojek online yang menawarkan jasa pembelian makanan.

Selesai memesan, ketiganya menoleh ke arah seseorang yang terlihat menghampiri teras masjid. Ada Fajar di sana dengan wajah mendung.

"Woi!" panggil Hamas.

Fajar hanya meliriknya dan tidak menyahut, melainkan terus berjalan gontai dengan tas punggung yang hanya disampirkan di pundak kanan.

"Kenapa, Jar?" tanya Saad. "Kusut amat."

Bukan kepo, ini tanda peduli.

"Assalamu'alaykum," Bima menyambut Fajar dengan pelukan singkat. Persis seperti yang selalu dilakukan Saad dan Hamas setiap kali mereka bertemu. "Tampang antum ditekuk amat sih, Jar?"

[✓] HAMASSAAD Ukhayya HabibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang