20. Sedu Atas Rindu

4.1K 611 131
                                    

Serial HAMASSAAD – 20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Serial HAMASSAAD – 20. Sedu Atas Rindu

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2016, 6 September

-::-

"Bokap kecelakaan."

Itu yang telinga Saad dengar dari alat komunikasinya setelah sesaat tadi ia minta izin menjawab panggilan di telepon genggamnya pada dosen yang tengah duduk di balik meja, menunggu siswa mengerjakan ujian dadakan. Melihat peneleponnya adalah Hamas, maka Saad memberanikan diri meminta waktu untuk menjawab panggilan tersebut.

"Innalillaahi wa innailayhi rooji'uun..." desis Saad. Rautnya langsung panik. "Sekarang dirawat di mana?"

Hamas menyebutkan satu rumah sakit besar di Jakarta beserta dengan ruang rawatnya. Jadi tanpa basa-basi lagi, Saad mengakhiri panggilan setelah berjanji akan segera ke sana.

Bersyukur dia sudah hampir selesai mengerjakan jawaban. Jadi soal yang tersisa terpaksa dia abaikan. Saad menyerahkan kertas jawaban dan berjalan cepat menuju jalan raya. Sepanjang keluar kampus, tangannya tak lepas dari ponsel. Order ojek online.

Saad tiba sekitar tiga puluh lima menit kemudian, di rumah sakit yang dimaksud. Dan mendapati Hamas duduk diam di depan satu kamar, seorang diri.

"Assalamu'alaykum," sapa Saad begitu sudah di dekat Hamas.

Menoleh, Hamas memandang Saad dengan lesu. Keceriaan yang biasanya tampil di wajah Hamas, seketika meredup.

"Wa'alaykumussalam," sahutnya. Tubuhnya gontai sekali, dan Hamas membiarkan Saad ikut bergabung dengannya, duduk di kursi panjang rumah sakit.

Saad melongokkan pandangan ke satu kamar bertirai, tapi tidak mendapati apa-apa. "Om Haris gimana keadaannya?"

Hamas menggeleng, "Baru selesai ditanganin dokter," ucapnya lesu. "Udah di kamar, tapi belum bisa dijenguk."

"Emang kejadiannya gimana, Mas?" tanya Saad.

"Ngga ngerti, gue cuma tahu bokap kecelakaan. Sopir juga lagi ditanganin, sama parahnya. Mobilnya ringsek."

"Astaghfirullaah..." Saad menepuk pundak Hamas, meremasnya pelan, lalu mengusap-usap, berharap Hamas bisa diberi kekuatan. "Laa hawla wa laa quwwata illa billaah. Allah Maha Baik, Mas..."

Hamas merunduk, menyeka matanya setelah sesuatu yang terjun bebas dari sana. Lamat-lamat suara berat Hamas terdengar meski agak kacau.

"Gue takut, Ad..."

Tercenung menyaksikan sahabatnya begitu kalut, Saad tergagap seorang diri. Baru kali ini dia melihat seorang Hamas meneteskan air mata. Bahkan di saat Hamas mengalami kecelakaan motor, atau cedera saat futsal maupun basket... Hamas tidak pernah menangis. Dia selalu menertawakan keadaan. Hamas selalu berpikir bahwa keadaan terjadi untuk diambil sisi humornya. Tapi sekarang...

[✓] HAMASSAAD Ukhayya HabibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang