28. Sunnah yang Terlupakan

4.9K 544 248
                                    

Serial HAMASSAAD - 28. Sunnah yang Terlupakan

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2016, 22 September

-::-

Hari masih pagi, sekitar jam setengah delapan. Sementara kelas baru akan mulai di jam sembilan. Duo Hamas dan Saad memang ada jadwal mata kuliah yang sama di hari ini, jadilah mereka janjian untuk bertemu di kampus agak lebih pagi. Saad bilang dia akan shalat Dhuha di masjid kampus. Ya apalagi kalau bukan sekalian memastikan si Hamas juga ikut menunaikan shalat sunnah yang empat rakaat itu.

Tiba lebih dulu, Hamas keluar dari tempat parkir dengan ponsel di tangan. Dia merapikan hoodie biru yang dikenakannya selagi melangkah terburu menuju gerbang utama kampus, sebab Saad menginformasikan melalui aplikasi WhatsApp, bahwa dia sedang berada di angkutan umum menuju kampus.

Hamas baru akan menanyakan di mana posisi Saad berada sekarang ketika dilihatnya sosok tinggi dengan rambut hitam dan wajah sejuk mengenakan kaus kemeja kelabu dan celana bahan yang memperlihatkan mata kakinya, tengah melangkah santai...

Bersama Mutia.

"Lah itu bocah kok bisa bareng Mutia?" gumam Hamas seorang diri. Dia terbatuk pelan.

Bukan, bukan gara-gara ada Mutia. Hamas memang sedang tidak enak badan.

"Assalamu'alaykum," Saad menyapa sahabatnya, melebarkan tangan dan memeluk Hamas seolah mereka tidak bertemu selama setahun.

Tapi Saad memang demikian, tidak hanya pada Hamas, tapi juga pada kawan-kawan karibnya yang lain. Apalagi sama Indra, bisa heboh pelukannya. Saad bilang, ini salah satu sunnah Nabi yang harus dilestarikan. Daripada sekadar tepuk punggung atau pundak doang, pelukan lebih bernilai lebih.

Hadits Anas Radiallahu anhu, dia berkata,

"Adalah para sahabat Nabi Shalallahu 'Alayhi Wasallam apabila mereka bertemu mereka saling berjabat tangan, dan apabila datang dari safar mereka berpelukan."

( HR. Thabrani )

"Wa'alaykumussalaam," balas Hamas, tapi pandangannya langsung fokus ke Mutia.

"Kak, saya duluan ya. Assalamu'alaykum," kata Mutia dengan tangan menangkup di depan hidungnya, sedikit menyembunyikan senyumannya pada Hamas dan Saad.

"Alaykumussalam," balas Hamas dan Saad berselingan. Mutia segera berlalu di hadapan mereka, dan Hamas beralih pada sahabatnya.

"Lu berangkat bareng dia? Emang searah?" tanyanya. Hamas sendiri tidak tahu di mana rumah Mutia, tapi pasti jadi pertanyaan melihat Saad bersama Mutia di pagi begini.

"Bukan bareng, Mas," Saad berjalan menuju masjid. "Tadi ngga sengaja ketemu di depan. Ya gue sapa..."

"O," Hamas membulatkan bibir, "ngga sengaja ya," kali ini suaranya terdengar samar.

"Kuy lah. Dhuha dulu," ajak Saad.

Hamas menyejajarinya sembari terbatuk-batuk, berdeham dan terdengar tidak nyaman. Batuk ini menjangkitinya baru dari tadi malam, agaknya karena dia kebanyakan makan semangka? Asisten rumah tangga menyediakan semangka sebagai camilan Hamas menonton DVD film Scarlett Johansson di rumah.

"Meludahnya ke kiri, Mas," kata Saad begitu dilihatnya Hamas membuang ludah atas batuknya. Hamas melongo.

"Emang ngapa dah?"

"Diriwayatkan oleh Imam Muslim; Rasulullah Shallallahu 'Alayhi Wasallam bersabda, 'Apabila salah seorang dari kalian di dalam shalat maka dia sedang bermunajat kepada Rabbnya, janganlah dia meludah di hadapannya, dan jangan pula di samping kanannya, akan tetapi hendaklah di sebelah kirinya di bawah kakinya'," jelas Saad.

[✓] HAMASSAAD Ukhayya HabibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang