BAB 3 : Rumah Alexzandra Bersaudara

5.7K 735 286
                                    

─── ・ 。゚☆:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───

TIDAK ada serangkaian acara formalitas nan signifikan selain kepala serta wakil kepala sekolah memberikan beberapa amanah dan petuah kepada murid-murid baru SMA Atraxia. Sekaligus menegaskan bila sekolah ini memiliki aturan-aturan tegas dan akan menindak keras para pelanggar yang coba-coba bermain dengan serangkaian peraturan Atraxia. Setelahnya, mereka dibebaskan berkeliling sekolah tanpa perlu pengawalan seperti masa-masa MPLS minggu lalu.

Seharian ini Ghaitsa mengikuti langkah kaki Joanna untuk mengelilingi setiap sudut Atraxia dan melupakan tugas utama mereka untuk mencari lokasi kelas. Ghaitsa juga tidak punya pilihan lain selain menurut dan mendengarkan kata demi kata yang teman barunya lontarkan.

Joanna itu … berisik sekali!

Ghaitsa seolah-olah baru saja keluar dari goa sewaktu mendengar semua cerita Joanna. Ternyata dunia luar indah juga, pikirnya. Ada hal-hal tertentu dan unik yang tidak ia ketahui sebab terus-menerus menjadi anak rumahan beberapa tahun belakangan ini. Miris memang, tetapi fakta berbicara Ghaitsa jarang sekali menjejakkan kaki di luar rumah. Kemana-mana pun kalau tidak ditemani Jeviar, berarti Yaziel yang menjadi partner jalan-jalan. Dibebankan tugas kuliah yang cukup banyak pun menyita waktu Haidden berada di rumah dan hanya sesekali mengajak si adik mengunjungi beberapa tempat tongkonan anak-anak zaman sekarang. The point, Ghaitsa tidak punya teman bermain selain sekumpulan orang-orang aneh itu.

Dan dipertemukan dengan manusia sejenis Joanna. Jujur saja, Ghaitsa terserang culture shock hebat! Masih kaget dihadapkan dengan seonggok daging berjalan yang memiliki perubahan emosional cepat serta energi tiga kali lipat lebih berlimpah ruah dari dia.

Ghaitsa kelelahan. Tenaganya sudah terkuras habis bergerak kesana-kemari mengikuti jejak kaki Joanna yang tidak mau diam di satu tempat dalam kurun waktu lama. Sang puan mendadak tidak yakinㅡtotal belasan kali berpikir ulang barangkaliㅡuntuk menjalin pertemanan dengan Joanna. Nyawanya bisa-bisa melayang bila terus beraktivitas seberat ini setiap hari nantinya.

Akan tetapi semesta barangkali masih senang bermain-main dengan Ghaitsa yang sudah berusaha semaksimal mungkin menggeret langkah kaki guna mencapai rumah dan melompat ke atas pulau kapuk pribadi. Sebab beberapa belas meter di depan sana Ghaitsa mendengar ribut-ribut di depan rumah. Irisnya melotot menemukan sekumpulan anak laki-laki, mengenakan almamater Atraxia dan bercengkerama ramah bersama Yaziel.

Sial! Persetan akan sifat social butterfly!

Keberlangsungan hidup Ghaitsa nyatanya masih pada zona adrenalin, teman-teman!

Rasa panik menyerang raga sementara dia mencoba menarik perhatian Yaziel di depan sana, sebisa mungkin tidak ketahuan. Ghaitsa mengumpat setengah berbisik, “Bangsat! Bocah sontoloyo! Dia bego atau pikun, sih? Di rumah 'kan ada foto-foto gue, anying! Pake acara bawa pulang temen sekampung dia.”

Story Of Ghaitsa | Zoo UnitWhere stories live. Discover now