BAB 46 : Siapa Cepat Dia Tertangkap

1.4K 348 106
                                    

─── ・ 。゚☆:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

─── ・ 。゚☆: .☽ . :☆゚. ───


BUMANTARA barangkali membisikkan sebuah gambar gembira pada seisi bumi sampai-sampai melukis biru terang nan kapabel mengetuk relung hati namun tetap rendah hati bersama kumpulan awan berbentuk domba dan  sang mentari menjadi pusat keindahan serta hangat. Oleh karena itu, cuaca cerah ini tidak boleh dilewatkan secara angkuh hingga beberapa anak adam dan hawa berusaha menjejalkan sebuah permainan Siapa Cepat Dia Tertangkap guna mengusir bosan. Aturannya begini, masing-masing tim berisi dua orangㅡsesuai jumlah mereka sekarangㅡdan para penjaga alis induk harus "menculik anak" dari tim lain agar menjadi grup unggul yang kemudian mendapat hadiah sebagai hadiah bagi seorang pemenang.


Tentu saja.

Ide permainan ini berasal dari Kanaya yang merasa janggal atas dunia yang mendadak tentram, katanya.

Namun bagian rumpang di sini di mana mereka kekurangan anggota sebab ganjilㅡkembar tiga, dua macan betina, satu peri dan setangkai bunga matahari yang kalian ketahui siapaㅡdan mereka merasa harus terpaksa menerima kehadiran Narendra yang datang bersama seulas ringan dalam senyuman dan gerakan kikuk menyapa. “Boleh gabung, nggak?”

Penolakan pun sempat diterima laki-laki tersebut yang bermanifestasi menjadi seekor kelinci yang berhadapan dengan koloni serigala kelaparan. Joanna mendengus dan menukik bibir jengah. “Keberadaan tiga laki-laki di sini aja udah bikin stres apalagi nambah satu. Nay, lo harus inget. Kita punya misi membasmi serangga yang merupakan anak-anak cowok.”

“Lagian kita kekurangan orangㅡoke, gue diem jadi berhenti natap gue kayak mau ngulitin gitu. Mending lo aja, deh, Zira, yang ngejelasin. Gue masih mau hidup tentram,” kata Haiga, akhir-akhir ini merasa nyawanya terancam tewas melulu. Dia lantas bersembunyi dibalik punggung Ghaitsa. “Mending lo ruqyah kembaran dan temen-temen lo itu. Meresahkan umat manusia banget.” dan hanya dibalas kekehan geli belaka oleh lawan.

Kanaya baru saja ingin menyahut tetapi diinterupsi oleh suara halus Ghaitsa. “Naya, nggak papa. Permainannya, 'kan, emang butuh banyak orang supaya seru.”

“Oke, kata Aisa bolehㅡdan lo! Dilarang manggil Aisa pake Aisa juga. Nggak boleh! Cuma yang spesial yang boleh!” tandas Kanaya memutuskan seiring obsidian melotot memperingati Narendra sembari menunjuk lawan yang langsung ditarik mundur Yezira. “Inget, ya! Manggilnya nggak usah Aisa juga atau gue injek tulang rusuk lo nanti. Camkan itu!”


“Heh, nggak sopan!” tukas Yezira, pusing tujuh keliling kadang kala menghadapi temannya ini. Ia melempar senyuman menyesal pada anak kelinci itu, “Maaf-maaf, dia kalau nyaman sama situasi bakalan kurang ajar tanpa sadar. Anaknya baik, kok.”

Story Of Ghaitsa | Zoo UnitWhere stories live. Discover now